π™Žπ™„π™“

π˜Ύπ™Šπ™π™‹π™‡π™€ | π™ˆπ™π™‰π˜Όπ™†π˜Όπ™π˜Ό π™π™€π™„π™Žπ™„ 𝙓 π™Šπ˜Ύ

╭──────────────────

Karpet merah membentang jauh. Menginjakkan kaki di atasnya mengubah persepsi selayak dirinya seorang selebriti terkenal tengah bermodel di acara red carpet. Asyik membanggakan fisik-- pendek mungil-- nya di pajangan cermin, apa daya imajinasi belaka tersadarkan sapaan jamuan petugas hotel.

"Selamat siang, mari saya antar."

Belum sempat menolak, Reisi terburu menolak. "Tidak perlu." Semua ransel di bagasi diangkat, lalu ia ditarik ke lift menuju kamar sewaan. Tapak mereka tepat berhenti menghadap pintu ruangan sampai ia didorong masuk. "Tidak ada yang boleh mengganggu."

Tiba-tiba Reisi menguncinya.

Lengan kekar entah mengapa melingkar di pinggangnya. "Baiklah... sekarang tolong ikatkan dasinya," pinta Reisi manja, menunjuk kerah kemeja yang dikenakan.

Bergemetar tokoh utama meraih sehelai kain dalam bungkusan. "Bukankah kau tahu aku tidak pandai mengenai penampilan?" Bagaimanapun ia mencoba sekuat tenaga.

"Benar, tetapi tidak apa. Aku menyukainya, sayang," tawa Reisi gemas.

Telunjuk, juga ibu jemari bekerjasama menarik simpulan rapi. Ia sendiri yakin hasilnya tidak mungkin bagus. "Sudah..." tuturnya gugup.

Benar, bentuknya berantakan. Tidak kalah kacau ketimbang kapal pecah. Anehnya, Reisi tetap mempertahankan senyum.

"Terima kasih," dilanjuti kecupan kasih sayang di tepi bibir. Merogoh sesuatu dari celana, kanzashi sisir bermotif bunga heliotrope muncul. "Kuharap kau suka."

Mengukir senyum bahagia, ia mengenakan aksesoris termaksud.

"Happy couple day."

╰───────────────

BαΊ‘n Δ‘ang đọc truyện trΓͺn: AzTruyen.Top