┈─.᪥ָ࣪ Tomoe Hiyori
WARM HEART
Tomoe Hiyori & Child! Reader
by :: shiahzw
Napas tersengal disertai suhu dingin yang terus menusuk tulang, pemuda surai hijau ini sudah tak dapat menahan rasa lelahnya; Hiyori berkeliling sepanjang distrik guna mencari hewan peliharaan kesayangannya, Bloody Mary yang lepas dari penjagaannya.
Hiyori memutuskan duduk sejenak di salah satu deretan bangku taman. Dengan bibir tercibir bernapas ke telapak tangannya yang terbuka, Hiyori memperhatikan sekitar, memfokuskan pandangan hanya pada satu hal yang dicarinya.
Dering ponselnya yang begitu nyaring membuat Hiyori tersentak, lantas segera merogoh saku untuk meraih ponsel itu, dan menjawab sebuah panggilan yang masuk.
"Ohii-san." Suara cukup tinggi namun penuh khawatir dari seberang telepon, membuat Hiyori sedikit takut.
"... Jun-kun, aku belum menemukan Bloody Mary." ucap Hiyori pelan pada Jun, temannya yang ikut menemani dirinya untuk membawa Bloody Mary jalan-jalan sore. Mereka kini saling berpencar untuk mencarinya.
"Aku sudah berkeliling distrik di sini, tapi dia tidak ada. Bisakah kau mengingat di mana Mary lepas dari penjagaanmu?" tanya Jun.
"Hmm, aku rasa di salah satu stan makanan, setelah dari sana, Mary sudah tidak ada."
"Kenapa kau bisa lengah, Ohii-san? Padahal biasanya─"
"Ah, Jun-kun, Mary ada di dekat sini, aku melihatnya." ucap Hiyori mendadak, kemudian memutuskan sambungan begitu saja pada Jun.
"Hei, itu milikku!" teriak Hiyori berlari menghampiri seorang anak kecil yang tengah memeluk anjing kesayangannya─Bloody Mary.
(Name), gadis kecil yang diteriakkan oleh Hiyori kini menoleh saat Hiyori sudah berdiri persis di hadapannya.
"Kakak siapa?" tanya (Name) bingung.
"Anjing itu milikku." ucap Hiyori tanpa basa-basi.
"Aku yang menemukannya, jadi ini milikku!" balas (Name) memeluk Mary semakin erat.
Hiyori berkacak pinggang, kemudian kembali bersuara. "Bloody Mary ini milikku, aku yang menemukannya duluan, jauh sebelum dirimu!"
(Name) menatap Hiyori takut, "T–tapi tadi aku yang menemukannya."
Hiyori mendesah berat, tangannya bergerak mengambil ponsel dari sakunya. Membuka sesuatu di sana, lalu menunjukkannya pada (Name).
"Lihat, ini Bloody Mary, kami sudah bersama sejak lama! Kamu mungkin memang baru menemukannya, tapi itu karena dia lepas dari penjagaanku!" jelas Hiyori.
(Name) memperhatikan lamat-lamat foto yang ditunjukkan Hiyori. Pria itu tengah berfoto bersama Bloody Mary dan temannya. Kelihatan sekali memang miliknya, tapi (Name) tak ingin memberikan anjing itu kepada Hiyori.
"Sekarang, ayo berikan dia kepadaku!" ucap Hiyori penuh perintah.
(Name) menggeleng cepat. "Orang dewasa bisa melakukan apapun untuk mengolok-olok anak kecil. Itu pasti bohong kan?"
"Tidak mungkin, aku bukan tipe orang seperti itu! Jadi cepat berikan Mary, berbicara denganmu sangat menghabiskan waktuku, warui hiyori!" Hiyori tidak habis pikir dengan perkataan (Name), ia jadi pusing sendiri dan kesal.
"Engga mau, ini milikku!" kukuh (Name), tetap tak mau memberikan Bloody Mary kepada Hiyori.
"Sudah ku bilang bukan? Mary milikku, aku menemukannya duluan, jauh sebelum dirimu!"
(Name) kehabisan kata-kata, ia menatap Mary yang berada di pelukannya dan Hiyori secara bergantian.
"Seekor anjing pasti akan menurut pada majikannya, tapi tidak dengan Kakak! Dia seperti takut pada Kakak!" (Name) menunjuk wajah Hiyori yang membuat pria itu semakin kesal.
"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu? Jelas-jelas Mary ingin bersamaku, dia sesak karena terus kau peluk, jadi cepat berikan dia kepadaku!"
"Ngga mau, dia takut sama kol!"
"Apa maksudmu kol?"
"R–rambut Kakak terlihat seperti kol, itu membuatnya takut!"
"Kol? Apa matamu tidak sehat? Rambutku ini indah, kau bilang terlihat seperti kol? Warui hiyori, kau ini tidak diajarkan oleh orang tuamu ya?! Bahaya sekali anak sepertimu dibiarkan berkeliaran begini, tidak ada sopan santunnya sama sekali!"
Kedua mata (Name) berkaca-kaca mendengar balasan dari Hiyori. Hingga akhirnya tangis (Name) pecah.
"Hei, kenapa kamu malah menangis?" Tanya Hiyori yang awalnya kesal jadi khawatir.
Tangis (Name) semakin kencang, membuat orang-orang sekitar menoleh ke arah mereka, terutama Hiyori.
"Hei, berhentilah menangis, orang-orang pasti berpikir aku yang membuatmu nangis, padahal jelas-jelas ini bukan kesalahanku!" Hiyori mengambil posisi duduk, menyejajarkan wajahnya pada (Name), kemudian mengusap pelan kepala gadis kecil itu.
"Ayo, berhentilah menangis, kamu boleh bermain dengan Mary tapi di bawah pengawasanku."
Seorang wanita tua tiba-tiba menghampiri Hiyori yang tengah berusaha meredakan tangisan (Name).
"Ya ampun, (Name). Masalah apalagi yang kamu buat?" Wanita tua itu memijit pelipisnya.
Hiyori menatap wanita tua yang baru saja datang itu.
"Maaf, tuan muda, cucuku pasti berbuat sesuatu. (Name) kemarilah dan kembalikan anjing itu, itu bukan milikmu." ucap sang wanita tua, lalu menarik lengan (Name) secara paksa.
"Ayo pulang (Name), kembalikan anjingnya! Aku tidak pernah mengizinkanmu untuk memelihara hewan."
(Name) menggeleng, masih memeluk Bloody Mary.
────────────────
"Jadi (Name)-chan itu cucu nenek? Kedua orang tuanya sudah meninggal?" ulang Hiyori saat selesai mendengar neneknya (Name)─Sada menceritakan sedikit hal tentang (Name).
"Iya, dia jadi tidak mau sekolah karena hal itu." Sada mengucapkannya dengan tertunduk.
"Sudah berapa lama sejak (Name)-chan meninggalkan sekolahnya?" tanya Hiyori.
"Dua bulan, aku lelah membujuknya, dia selalu menolak, bahkan membentak." ungkap Sada.
Hiyori menatap penuh rasa khawatir pada (Name) yang tengah tertawa ceria bermain bersama anjingnya. Mereka kini berada di sebuah taman dekat dengan rumahnya (Name).
Sebuah ide mendadak muncul di kepala Hiyori. "Nenek, apa aku boleh membujuk (Name)-chan untuk kembali bersekolah?" tanya Hiyori penuh hati-hati kepada Sada.
"Hah, itu akan membuatmu repot, anak muda, biarkan saja dia." Sada sudah tidak peduli (Name) akan melanjutkan sekolah atau tidak, selama dirinya masih bisa mendampingi (Name) itu tidak membuatnya khawatir sama sekali.
"Tidak apa-apa, Nenek. (Name)-chan harus kembali sekolah, ini demi masa depannya." ucap Hiyori meyakinkan.
"Terserah kau saja, anak muda, yang jelas aku sudah memperingatkan dirimu kan?"
Hiyori mengangguk mantap, kemudian berjalan mendekati (Name).
"(Name)-chan." Panggil Hiyori.
"Apa saja yang kamu bicarakan dengan nenek, sampai-sampai mengetahui namaku?" balas (Name) sedikit sinis.
"Aku ingin buat perjanjian denganmu. Kamu boleh bermain dengan Mary, tapi janji kepadaku, kamu harus kembali sekolah, setidaknya tujuh hari saja, bagaimana?" jelas Hiyori lagi-lagi tak perlu banyak basa-basi.
"Tujuh hari terlalu cepat!" sahut Sada yang duduk tidak jauh dari tempat Hiyori dan (Name).
"Tidak apa-apa Nenek, percaya padaku!" Hiyori mengacungkan jempolnya.
"Apa kamu bersekongkol dengan Nenek? Orang dewasa memang punya cara apapun ya!" ucap (Name) memasang wajah tidak senang.
"Tidak, ini keinginanku sendiri, kamu harus kembali sekolah jika ingin bermain dengan Mary."
"Perjanjian macam apa itu?"
"Apa kamu tidak ingin bermain dengan Mary lagi?"
(Name) diam sebentar, kemudian kembali bersuara. "Hanya tujuh hari saja kan?"
"Um, tujuh hari~"
"Baiklah ini demi bisa bermain dengan Mary. Tapi kamu harus ikut!" (Name) mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Aku?" tanya Hiyori menunjuk dirinya.
"I–iya, mereka yang sekolah itu selalu diantar oleh orang tuanya, aku tidak ingin datang sendirian. Karena pagi-pagi nenek selalu harus mengurus rumah, jadi kakak harus mengantarku, s–soalnya kakak yang menyuruhku sekolah kan?" jelas (Name) masih memandang arah lain.
Tak ada jawaban dari Hiyori, sudah beberapa detik menunggu, akhirnya (Name) menatap Hiyori dan berbicara lagi. "Kamu keberatan? Kalau begitu sekolahnya hanya tiga hari saja!"
"Aku tidak keberatan." jawab Hiyori cepat.
Kedua mata (Name) terbuka sempurna mendengar jawaban Hiyori, padahal dia sudah yakin pria itu akan menolaknya.
"Apa kamu yakin?" tanya (Name) memastikan.
"Tentu saja~"
────────────────
Pagi-pagi sekali (Name) sudah siap dengan seragam sekolahnya, sudah dua bulan lebih dia meninggalkan sekolah dan rasanya saat ini (Name) sangat takut untuk kembali ke sana.
"(Name), kau sangat merepotkan anak muda itu. Aku jadi tidak enak pada dirinya." ucap Sada sembari menyiapkan sarapan untuk (Name).
"Tidak apa-apa nenek, lagipula ini rencana dia bukan?"
"Ya ampun, harusnya kau berpikir panjang, anak muda itu pasti punya urusan lain. Kita bukan siapa-siapanya, kau harus tahu itu!"
(Name) mendesah pelan, neneknya benar, harusnya dia tak mengatakan hal itu. "Tapi Nenek juga salah kan? Harusnya Nenek tidak membiarkan hal ini. Dan harusnya lagi, kita langsung pulang saja kemarin."
Pembicaraan terpotong saat Hiyori sampai di rumah (Name) pria itu sudah siap untuk mengantarkan (Name) ke sekolah.
────────────────
Siangnya, Hiyori mendapat kabar dari Sada, bahwa ternyata (Name) kabur dari sekolahnya saat jam istirahat. Hiyori dengan cepat bergegas menuju sekolah (Name).
Dan benar saja, (Name) tak ada di sekolah, guru-guru sudah mencarinya, namun (Name) tetap belum ditemukan.
Hiyori juga ikut mencari (Name), sampai akhirnya Hiyori menemukan (Name) di sebuah taman tak jauh dari sekolah. (Name) terlihat duduk di ayunan dengan kepala yang tertunduk. Hiyori menghampiri gadis kecil itu.
"(Name)-chan." panggil Hiyori.
(Name) menoleh. "Kakak, kok bisa di sini?" tanya (Name) kaget.
"(Name)-chan yang kenapa di sini? Harusnya sekarang (Name)-chan ikut belajar sama yang lain."
"Aku ga mau sekolah." ucap (Name) kembali menunduk.
Hiyori mengelus hangat punggung tangan (Name). "(Name)-chan, ini demi masa depan (Name)-chan lho, jadi ku mohon kembalilah sekolah!"
"Ga mau."
"Kenapa?" tanya Hiyori.
"Untuk apa aku sekolah kalau nyatanya orang tuaku tidak peduli!"
"Sekarang orang tua (Name)-chan pasti ingin melihat (Name)-chan kembali bersekolah, jangan buat mereka kecewa."
"Jangan kecewakan mereka? Bukannya mereka yang lebih dulu membuatku kecewa? Kenapa mereka pergi tidak bilang-bilang dulu? Kenapa aku ditinggal sendiri? Kenapa aku ga pernah diantar ke sekolah, itu keinginanku saat mereka masih hidup, akhirnya selalu nenek lah yang menggantikan mereka. Aku ga mau merepotkan nenek."
"(Name)-chan, aku tahu perasaanmu, tapi ini sudah menjadi takdir Tuhan, maka dari itu (Name)-chan jangan membuat mereka kecewa."
"Apa gunanya sekolah dan belajar kalau aku tetap ga bisa lihat mereka lagi? Untuk apa??"
(Name) memukul Hiyori berkali-kali, tangisannya semakin menjadi-jadi.
"Mereka ga pernah sayang sama aku, jadi percuma! Aku ga akan pernah sekolah lagi!"
"(Name)-chan." Hiyori menahan (Name) yang terus memukulinya, kemudian mengelus lembut rambut (Name).
"Mungkin (Name)-chan berpikir mereka tidak sayang, tidak perhatian, tapi aku yakin ada alasan dibalik itu, dan alasan itu (Name)-chan belum boleh mengetahuinya."
(Name) menghentikan tangannya yang sedari tadi memukul Hiyori. "Kenapa belum boleh?" tanya (Name) mendongakkan kepalanya untuk menatap Hiyori, tangisnya perlahan mereda.
"Orang dewasa pasti menghadapi berbagai masalah dalam hidupnya, apalagi mereka yang sebagai orang tua, mereka tak ingin anak-anaknya tahu akan masalah itu, mereka hanya ingin anak-anaknya bahagia, masalah itu biar menjadi urusannya saja. Jadi (Name)-chan tidak boleh membenci mereka, buatlah mereka bahagia, sebagaimana mereka membahagiakan (Name)-chan."
"Tapi mereka tidak pernah membuatku bahagia." ucap (Name) menduduk.
"Bukan tidak pernah, tapi (Name)-chan yang tidak menyadarinya. Coba (Name)-chan ingat-ingat, dulu sebelum bersama nenek, siapa yang membelikan keperluan (Name)-chan? Siapa yang masak untuk (Name)-chan? Siapa yang merawat (Name)-chan?"
(Name) menggigit bibirnya, tangannya masih menarik lengan baju yang dikenakan Hiyori.
"Apa dengan aku sekolah, mereka akan bangga pada diriku? Mereka juga bangga?" tanya (Name).
"Tentu saja, maka dari itu, (Name)-chan harus balik bersekolah~!"
(Name) menyeka mata dan hidungnya, kemudian menatap Hiyori lagi. "Besok aku janji akan sekolah."
"Bagus~" Hiyori tersenyum mengacak pelan rambut (Name).
────────────────
"Ohii-san membuatnya kembali bersekolah? Apa itu benar-benar Ohii-san?" ulang Jun saat mendengar cerita panjang Hiyori.
"Tentu saja, itu diriku~" balas Hiyori.
Jun menatap Hiyori lama, dia tak yakin pria itu bisa bersikap seperti itu kepada anak kecil.
"Ah, sudah saatnya datang ke rumah (Name)-chan untuk bermain bersama Bloody Mary. Apa Jun-kun mau ikut?" tawar Hiyori sebelum benar-benar beranjak meninggalkan cafe, tempat saat ini ia dan Jun bertemu.
"Tidak, bukankah lebih baik Ohii-san jangan terlalu sering bertemu dengan dia?" tanya Jun mengalihkan pandangannya.
"Fufu, rupanya Jun-kun cemburu kalau aku bersama orang lain ya?" Senyum Hiyori mengembang.
Tanpa menunggu jawaban dari Jun, Hiyori pergi meninggalkan cafe tersebut, ia sudah tak sabar ingin bermain dengan (Name) dan Bloody Mary.
Sudah seminggu berlalu sejak (Name) memulai sekolahnya, (Name) meminta Hiyori untuk tidak terlalu sering datang menemuinya, (Name) tak ingin terus merepotkan Hiyori, jadi ia memutuskan untuk berangkat sekolah sendiri, membiarkan dirinya berlatih menjadi anak yang mandiri.
Hari-hari (Name) penuh kehangatan, dirinya perlahan mulai berubah menjadi anak yang baik, tentu saja itu semua karena Hiyori, (Name) tak menyangka ada orang sebaik itu kepada dirinya, padahal (Name) sadar, ia bukanlah siapa-siapa, tapi Hiyori tetap mendukungnya dan memberi semangat, (Name) tak bisa membalas kebaikan dan rasa tulus pria itu, (Name) merasa dirinya benar-benar beruntung.
"Hiyo-nii," sambut (Name) saat Hiyori datang mendekatinya.
Hiyori berlutut di hadapan (Name) untuk menyejajarkan wajahnya pada gadis kecil itu.
"(Name)-chan menyebut namaku?" Hiyori kaget begitu mendengar (Name) menyebut namanya, wajar saja karena (Name) lebih sering memanggilnya dengan 'kamu' dan 'kakak'.
(Name) tersenyum manis, kemudian mengecup singkat pipi kanan Hiyori.
"Terima kasih banyak, Hiyo-nii."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top