┈─.᪥ָ࣪ Rinne-Niki
SNOW WHITE
Amagi Rinne x Shiina Niki
by :: Mizuri_Tsubasa
Hari natal hanya tinggal menghitung jari, seluruh kota terus disibukkan olehnya. Banyak toko-toko dan distrik perbelanjaan yang sudah memulai mendekor ulang tempatnya dengan berbagai pernak-pernik natal.
Begitu juga dengan industri hiburan.
"Heeuggh ... melelahkan sekali -ssu! Sudah mau dekat hari natal bukannya libur, malah jadwalku makin padat..!" keluh sang surai cyan blue itu sambil membetulkan posisi tas yang sedang ia pikul.
Setelah melihat tempat tujuannya, ia segera mempercepat jalannya sembari menghebuskan nafas guna menghangatkan tangannya.
"Fuaahh! Aku pulang..!" Dengan terburu-buru Ia membuka pintu apartemennya. Setelahnya segera menyimpan jaket di tempatnya serta melepas sepatu boots nya.
"Oh? Selamat datang kembali, Niki~! Orecchi nonton acara talkshowmu tadi loh! Kau kayak orang bodoh aja di situ!" ucap Rinne yang sedang tidur terlentang di sofa.
"Baru pulang udah ajak berantem, nanti kau tidur di sofa ya -ssu?!" ketus Niki sembari menaruh tasnya di dalam kamar.
"No, no~ kau yang mesti tidur di sofa dong! Orecchi kan majikanmu." bantah Rinne sembari menyibak rambutnya yang menutupi wajah.
"Huh?! Padahal kan aku yang sudah menyelamatkanmu dulu -ssu! Harusnya kau berterimakasih kepadaku dong?!" Niki menghampiri Rinne dengan kesal.
Ia menyondorkan plastik berisikan sekotak kue tepat didepan wajah Rinne, "Nih, aku bawakan brownise -ssu. Ayo makan bareng!"
"Ooh?! Serius?! Yess~!! Niki-kyun memang terbaik deh! Orecchi mencintaimu~☆" seru Rinne sembari mengambil plastiknya dan melayangkan ciuman.
"Iya iya, aku memang baik dan rendah hati -ssu~" Niki segera mengambil pisau dan kembali ke ruang depan agar bisa duduk bersama Rinne.
"Ohiya, Niki! Orecchi udah kosongin jadwal pas malan natal nih! Jadi kan kita ngumpul bareng MeruMeru dan Kohaku-chan?" seru Rinne sembari menunggu diberikan kue.
"Tentu saja jadi -ssu! Aku juga sudah mengosongkan jadwalku! HiMERU-kun dan Kohaku-chan juga katanya sudah~!" jawab Niki sembari memberikan piring berisikan sepotong kue kepada Rinne.
"Hohoo~ memang deh kalian, pada gercep semua kalau sudah menyangkut liburan ya?!" Rinne menerima kuenya dengan raut wajah senang, tanpa basa-basi iapun segera melahap kuenya.
"Ittadakimaーsu~★"
"Tentu saja -ssu! Aku sudah kehabisan tenaga karena setiap hari mesti pergi kesana sini buat kerja -ssu!" keluh Niki sembari mulai memakan kuenya juga.
"Ittadakimasu~! Uwah??! Kuenya benar-benar enak -ssu! Aku suka sekali!! ✨"
"Kyahaha! Niki-kyun mah apapun suka asal makanan~"
"Benar sekali -ssu! Semua makanan akan kumakan ... apalagi yang lezat dan menggugah selera!"
"Gabaik loh milih-milih makanan~ Padahal makanan aja ga milih-milih siapa yang bakal memakannya." ucap Rinne sembari menggelengkan kepalanya.
"Hah? Gimana -ssu?? Aku tidak paham maksudmuー"
"Intinya tuh gini, kau jelek. Nah." kata Rinne dengan wajah yang mengesalkan.
"Mou..!! Jangan ejek aku terus -ssu! Tidak bisakah kau jadi anak baik sehari saja?!" Niki mengacungkan telunjuknya kepada Rinne sembari menatap kesal kepada sang surai merah cerah tersebut.
"Ish jangan marah-marah dong~ orecchi cuman bercanda ihh! Sini sayang, orecchi cium sampai kau mabuk~♡" Rinne mengedipkan matanya dengan genit guna membuat Niki ilfeel.
Dan Niki beneran ilfeel sambil menatap Rinne dengan aneh.
"Gamau, mulut Rinne-kun bau, huwek."
"Ahh? Apa maksudmu, sialan?! Mau orecchi gunting rambut kesayanganmu ini kah~? ☆"
"Gyaaah??!! J–jangan apa-apakan rambut emas ini -ssu..!"
•~•~•~•~•
"... katanya sih gitu -ssu."
"Huuhh..! Memang Rinne-han selalu saja belagu, padahal dia yang merencanakan untuk merayakan natal bersama, tapi malah dia yang tak bisa datang. Mengesalkan sekali!" gerutu Kohaku sembari mengetukkan jarinya ke meja.
"Sudahlah, Oukawa ... mau bagaimana lagi? Hal yang berlalu biarlah berlalu. Lagipun, sebagai idol, hal ini sudah menjadi makanan sehari-hari mereka." HiMERU memberi jeda sejenak dalam perkataannya, "Padahal sudah mengosongkan jadwal tapi malah pihak agensi dengan egoisnya tetap memaksa talentnya untuk tetap bekerja ... HiMERU juga sering diberi harapan palsu begitu."
"Ughh ... benar apa katamu, HiMERU-han. 'Tapi tetap saja daku merasa ini tak adil ... padahal daku sangat 'menantikan menghabiskan waktu bersama meski si rambut cabai sialan itu 'mengesalkan.." ucap Kohaku sembari menunduk sedih.
"Aah ... benar juga -ssu ... apalagi kalau ada Rinne-kun, suasana akan jadi sangat heboh dan riuh..." ucap Niki sembari tersenyum kecil.
"HiMERU setuju, meski mengesalkan namun dia tetaplah leader kita. Yang selalu membuat Crazy:B terasa seperti keluarga. Kami merasakan hal itu, meski rasanya aneh untuk mengatakan rekan kerja sebagai keluarga."
"Benar juga, daku merasa 'kalian sangatlah penting. Padahal 'kita baru bertemu sebentar saja, 'namun daku merasa kita sudah 'membuat kenangan selama bertahun-tahun lamanya! Daku jadi merasa 'bahagia~♪"
Mendengar pengakuan HiMERU dan Kohaku membuat Niki merasa senang, ia mengulas senyuman lembutnya, "Nahaha! Aku juga merasa begitu -ssu. Rinne-kun ... sudah membuat hidupku berwarna sih~"
".... H–HATCCHOO!!? A–apa? Apa??! Pasti ada yang lagi bicarain orecchi nih!" keluh Rinne sembari mengelap hidungnya menggunakan tisu.
'Huhh ... orecchi padahal mau party bareng Niki dan yang lain! Dasar agensi sialan ... padahal udah orecchi bilang buat cuti!' Batin Rinne merasa kesal.
Iapun membuka ponsel sejenak, melihat Niki mengirim fotonya bersama Kohaku dan HiMERU.
'Niki ... senyumanmu terlihat lesu begitu lho? Padahal seharusnya bersama MeruMeru dan Kohaku-chan bakal seru kan??' Rinne terdiam sejenak sembari menatap sedih layar ponselnya.
'... Haish!!! Mending sekarang fokus dulu sama kerjaan, biar cepat siap! Baru orecchi teror wakil ketua~'
Rinne pun segera melaksanakan seluruh pekerjaan yang dia dapatkan dengan sempurna meski tersirat dendam di dalam hatinya karena telah mengganggu liburannya bersama teman dan pujaan hatinya.
'Ttaku ... padahal biasanya ngerocos mulu karena gasuka ada orecchi. Tapi sekalinya orecchi ngilang, malah jadi suram begitu ... tunggulah orecchi ya, dasar Niki jelek~☆'
...
"T–tunggu ... HiMERU-han, apakah tak apa seperti ini? Niki-han kasihan lho..."
"HiMERU melakukan ini bukan tanpa maksud, hanya saja ... ini untuk memastikan agar tidak terjadi kehancuran dalam unit." jawab HiMERU dengan tenang.
"M–Maksudnya? Daku 'tak mengerti cara berpikirmu..." Kohaku menyerngitkan alisnya kebingungan.
"Hweheh ... mau ... makann~ uuuh ... dagingnya banyak sekali..~??" seru Niki dengan intonasi lemas dan wajahnya yang memerah.
"Kau pasti tahu maksud kami bukan? Dalam rangka untuk mempermainkan Shiina lah, HiMERU memesan bir," kata HiMERU sembari tersenyum misterius.
"... Daku khawatir Rinne-han 'bakal marah kalau kita mempermainkan Niki-hanー"
"Tak apa, sekali ini saja pasti dimaafkan. Lagipun, malah nanti dia yang bakal ikut mempermainkan Shiina bukan?" HiMERU perlahan mendekati Niki guna memakaikan jaketnya kepada Niki.
"Shiina, kami ingin memastikan sesuatu, apa kau bisa menjawabnya dengan jujur?"
"Huwhh~?? Ayam goreng?" Niki malah membalasnya dengan tersenyum manis kearah HiMERU dan Kohaku, lalu menaruh kepalanya di meja.
"Kayaknya ini percuma saja, HiMERU-hanー"
"... suka...."
"Huh??"
"Semua ... suka~ Rinne-kunn...♪"
".... Oh??!" Kohaku kaget mendengar pengakuan Niki yang mendadak, namun spontan Ia menoleh kearah HiMERU dengan tatapan khawatir.
"Jikalau kau ingin mengatakan kata-kata manis agar HiMERU tidak berkecil hati, itu tak diperlukan, Oukawa." HiMERU menoleh kearah Kohaku sembari mengulas senyum kecil.
"E–eh.. tapi HiMERU-han kan menyukai Niki-han??"
"Tidak, pasal dia menyukai Shiina itu hanya bualan belaka. Demi memancing serta melihat reaksi Amagi.♪" HiMERU melipat tangannya sembari mengeluarkan senyum khas.
"B–begitu kah?? Tapi daku 'tak menyangka engkau mendadak 'menjadi jahil begini, HiMERU-han."
"HiMERU hanya ingin membalas kejahilan Amagi terhadap kami saja. Lagipun terlihat sangat seru."
"Benar juga ya~ daku juga sangat terhibur melihat sikap bodohnya Rinne-han 'saat cemburu.♪" ucap Kohaku sembari terkekeh ria.
"Benar bukan? Apalagi disaat dia mengatakan kepada Amagi bahwa Shiina sudah menerima perasaan kami dengan lapang dada. Dia langsung naik pitam layaknya gorila di kebun binatang." HiMERU terkekeh kecil sembari mengingat kejadian absurd tersebut.
"KoKoKo~♪ Daku 'yang melihat dari jauh saja sudah 'sangat terhibur! Rinne-han memang 'sesuatu sekali ya~" ucap Kohaku sembari mengeluarkan ketawa khasnya.
"Maka dari itu, HiMERU ingin dia segera kembali dan bergabung bersama kita disini. Untuk menikmati malam tahun baru yang hanya dapat dinikmati sekali dalam setahun ini." HiMERU melirik Niki yang sudah terlelap di situ sembari terus mendumel tidak jelas.
"Sekaligus menikmati malam yang spesial ini bersama seseorang yang spesial bagi dirinya~"
"HiMERU-han 'sangat pandai dalam merangkai kata ya. Daku sangat kesulitan dalam hal mengekspresikan emosi begitu!" seru Kohaku sembari tersenyum kecil.
"Kami hanya mengatakan kata-kata hambar tanpa emosi yang terpancarkan sekalipun di dalamnya~" HiMERU mengangkat gelas berisikan jus jeruknya, mendekatkannya kepada Kohaku guna mengajak bersulang.
"Mari kita berbagi cerita sejenak sampai pangeran datang membawa putri saljunya yang sedang tertidur~♪"
"Ou! Kebetulan daku ingin 'sekali menceritakan keluh kesah serta meminta saran ke HiMERU-han." Kohaku juga mengangkat gelasnya kepada HiMERU, dan mereka pun bersulang di situ sembari memulai percakapan mereka yang akan entah berantah mengalirnya.
Hingga tak terasa mereka akan menyambut pergantian tahun dalam beberapa puluh menit lagi.
Melihat hal itu, Rinne langsung berlari terbirit-birit ke restoran tempat mereka berjanjian bak dikejar anjing.
'Semoga belum bubar..!!'
Dan tanpa salam Ia langsung mendobrak pintu ruang VIP yang telah mereka sewa, "DUAR, ORECCHI NYAMPE! SORI LOH TELAT, INI GARA-GARA SI VIー"
"Shhhtt...!! Dasar brengsek, 'baru datang langsun' nyari ribut?! Pelankan suaramu, tolol!" kesal Kohaku namun dengan suaranya yang kecil.
"Kau ini sungguhlah berisik ya, Amagi. Tak bisakah kau lihat kalau Shiina sedang terlelap disitu?" HiMERU menggeleng-gelengkan kepalanya sembari menunjukkan tangan kearah Niki yang sedang terlelap puas.
"I–iya iya, sori ih. Orecchi kira masih pada semangat!" Perlahan Rinne mendekat agar bisa duduk, namun aksinya langsung dicegah oleh HiMERU.
"Kau, tahu bukan bahwa Shiina sedang memakai jaket siapa?"
"Jaketmu kan? Kalo Kohaku-chan kekecilan~"
"Daku bakal membunuhmu—"
"Kalau kau tahu, kenapa tidak segera membawa kabur tuan putrimu ini? Bukankah dia berharga bagimu?" ucap HiMERU sembari meminum segelas air hangat hingga kandas.
"Hah? Tuan putri?? MeruMeru ngomong apasih? Habis mabuk ya?" Rinne menyerngitkan alisnya bingung.
"Dasar, padahal memiliki otak encer, namun tidak dipakai dengan semestinyaー" HiMERU berdehem kecil sejenak, "Maksud kami ialah agar engkau segera membawa Shiina kembali ke kediamannya. Sekaligus menikmati waktu berduaan kalian."
"Benar kata HiMERU-han! 'Kita kembali bertemu besok saja, oke?" Kohaku menepuk punggung Rinne sembari tersenyum.
"H–hah? Apasih kalian, kan kita udah janjian malam ini. Lagian bagaimana mau menikmati waktu kalau dia sedang tidurー"
"Sudahlah! 'Cepat sana pergi pulang! Besok kita bertemu di distrik xxx 'buat natalan, 'bego!" Kohaku yang mulai naik pitam segera menendang kaki Rinne agar pergi dari situ sambil membawa Niki.
"Ouch! I–iya hey, iyaa! Jangan ngegas dong!" Rinne segera menjauh dari Kohaku, lalu Ia segera menggendong Niki dan ditaruh di pundaknya.
"Ohiya MeruMeru, ambil jaketmu nih! Makasih lho udah khawatirin Niki." Rinne melempar jaketnya kearah HiMERU dan tentu berhasil ditangkap dengan mulus.
"Sudah menjadi tugasnya untuk berbuat baik kepada sesama." tukas HiMERU sembari mengulas senyuman kecil.
Rinne yang mendengar hanya tersenyum kecil, "Nanti kabarin ya ketemunya dimana! Bubaai~☆"
"Tentu saja! 'Nikmati waktumu bersama Niki-han~♪"
Rinne pun keluar dari restoran tersebut sembari menggendong Niki.
"Ttaku ... apasih tujuan mereka ngusir orecchi gini. Mau mesra-mesraan di sana kah?" heran Rinne.
"Unnh ... daging bakar..~" Niki mengigau kecil dalam tidurnya sembari memeluk leher Rinne.
Rinne yang melihat tingkah laku Niki begitu jadi merasa gemas sendiri. "Dasar, jangan jadi imut banget dong ... kau gatau kan orecchi bisa melakukan apa kepadamu nanti?" Rinne membenarkan gendongannya.
"Huuh ... stasiunnya terlalu jauh dari sini. Apa naik bis saja?? Tapi memangnya masih ada kah?" Rinne jadi kebingungan sendiri selagi berjalan. Namun dia memberhentikan perjalanannya dikarenakan terpaku oleh satu objek yang sangat besar terpapar disana.
"... Pohon natal tahun ini juga sangat megah dan indah ya ... kalau di desa, orecchi mana mungkin bisa melihat hal seperti ini." Rinne menoleh kearah Niki sembari tersenyum lembut.
"Andai kita bisa bersama menikmati pemandangan ini, tapi bukan sebagai teman..." Rinne terdiam sejenak ditempat, karena masih ingin melihat pohon natal yang telah dihias dengan sedemikian rupa itu.
"H-hugh..? Rinne ... kun??" Niki perlahan membuka matanya dengan linglung. "Kenapa tiba-tiba ada disini..??"
"Oh? Niki, udah bangun toh. 'Met pagi~" ucap Rinne sembari memberikan senyuman hangatnya, membuat Niki kebingungan sembari salah tingkah karena tak pernah melihat senyuman begitu dari seorang Rinne.
"Rinne-kun? Kita kenapa ada disini -ssu ... apa tadi aku ketiduran sehabis minum ya?" Niki memijat kepalanya yang pusing, saat pusingnya mereda. Ia baru menyadari bahwa mereka sedang berada didepan pohon natal yang ditaruh dipusat kota.
"Waah ... pohon natal tahun ini megah sekali -ssu~" seru Niki sembari tersenyum lebar.
"Benar kan? Padahal yang punya tahun lalu tidak sebegininya lho. Ada apa nih kok mencurigakan banget~?"
"Mungkin dibuat semegah ini dalam rangka untuk mengabulkan segala permohonan dan doa di tahun ini -ssu??"
"Hah, orecchi gatau pohon natal sebegitunya mempunyai arti pentingー" Rinne mengerjapkan matanya sejenak, namun setelahnya langsung menatap lembut Niki.
"Orecchi turunin kau ya? Sudah tidak pusing lagi kan??" Perlahan Rinne jongkok dan menurunkan Niki dari gendongan.
"Iya -ssu! Aku juga ingin melihat pohon natalnya dari tempat yang lebih dekat -ssu!" ucap Niki sembari turun dari gendongan, lalu Iapun berjalan mendekat ke pohonnya.
"Indahnya..." Niki terkesima dibuatnya, tanpa bisa melepas pandangan dari pohon natal tersebut.
Rinne yang berada disampingnya malah terus terpaku dengan wajah Niki yang terlihat sangat bahagia.
"Ah iya, hari belum berganti kan -ssu?? Aku tidak tahu seberapa lama tadi tertidur." tanya Niki sembari menoleh kearah Rinne.
"Belum kok, masih ada sisa beberapa menit lagi~" Rinne tersenyum kecil melihat Niki begitu, tangannya bergerak sendiri untuk mengusap kepala Niki.
Niki kebingungan mengapa kepalanya diusap, namun hal tersebut membuatnya senang. Iapun mengulas senyuman kecil dengan wajahnya yang agak memerah.
"Malam seperti ini memang sangat menyenangkan kalau dihabiskan bersama orang yang penting -ssu!" ucap Niki sembari senyum pep*sodent.
"Oh?? Orecchi dianggap orang terpentingnya Niki nihh~? Orecchi terharu banget ihh! Tumben deh kau beginー" Rinne berhenti berbicara saat melihat wajah Niki yang memerah saat Ia mendekatkan wajahnya.
"I-–ya ... Rinne-kun orang yang sangat penting untukku -ssu ... meskipun kau mengesalkan..." Niki menundukkan pandangannya agar tidak terlalu malu.
"A–apa sih kau ini, gausah malu-malu begitu dong! Malunya terasa ampe kesini tahu!" ucap Rinne yang wajahnya juga ikut memerah melihat reaksi Niki.
"Heeh?! Iyakah -ssu!? A–aku tidak sadar -ssu yo..!" ucap Niki yang jadi panik sendiri karena perasaannya terumbar.
Rinne hanya terdiam di situ, namun tangan dan kakinya terus-menerus gelisah bak ingin mengungkapkan sesuatu.
'Sial, padahal sudah sampai dibantu sama MeruMeru dan Kohaku-chan, tapi kenapa mulut ini gaberani bicara?! Ini bukan orecchi banget!' kesal Rinne dalam hatinya, namun Ia terus gelisah di situ dengan mulut yang terkatup-katup karena terus memaksakan diri agar bisa mengungkapkan perasaannya kepada orang yang sedang berada disampingnya sekarang.
"N–Niki ... o-orecchi...ー" akhirnya Ia mengeluarkan suara meski terbata-bata, membuat Niki segera menoleh.
"Nn? Ada apa -ssu..ー heh??!! Wajahmu kok memerah begini -ssu?! Apa kau kedinginan karena terus berada disini?! M-maafkan aku -ssu..! Ayo kita pulー"
"Bukan!! Bukan begitu, Shiina Niki!" Rinne menggenggam kedua tangan Niki sembari menatap Niki dengan lembut namun penuh kepercayaan diri, meski wajahnya terus diiringi rona merah.
"R–Rinne-kun?" Niki menjadi salah tingkah ditatap begitu, apalagi namanya yang dipanggil dengan nama panjang.
"Shiina Niki, maukah kau menjadi pendamping hidupku?" Rinne menatap lurus kearah Niki.
Niki yang mendengar Rinne bilang begitu tertegun sejenak, bingung mesti bereaksi bagaimana.
'Ah ... apakah ini artinya ditolak?' Seolah sudah tahu hal ini akan terjadi, Rinne langsung mengulas senyuman terbaiknya, meski terlihat bahwasannya itu ialah senyuman yang memancarkan kesedihan.
"Cuma bercー"
"A–aku mau -ssu..!!" Niki menjawabnya dengan lantang, dengan wajahnya juga yang sudah memerah padam. Namun Ia tetap memberanikan diri untuk terus menatap lurus Rinne.
Rinne dan Niki saling bertatap-tatapan sejenak, setelahnya keduanya malah saling kaget.
"H–huh?!! T-tadi Rinne-kun bilang bercanda ya -ssu?!"
"K–kau sendiri katanya mau..?! O-o-orecchi kaget tahu!"
"Ya kan aku b–benar-benar mencintaimu ssu!! Kau benar-benar jahat bercanda dengan cara begini -ssu!!" seru Niki sembari menatap Rinne dengan tatapan tajamnya namun juga tersirat kesedihan yang mendalam.
"O–orecchi tidak bermaksud untuk bercanda! Orecchi benar-benar tulus dari dalam lubuk hati untuk mengatakan hal tadi!" seru Rinne juga sembari mendekatkan wajahnya kepada Niki.
"Bohong! Aku tahu kau lebih suka dengan onee-san berdada besar -ssu! Jangan bercanda lagー"
"Aku tidak bercanda! Shiina Niki! Aku benar-benar ingin menjadikanmu pendampingku!" Rinne memeluk pinggang Niki guna mempertipis jarak mereka.
Ia menempelkan dahinya dengan dahi Niki, "Jadilah milikku, Shiina Niki."
Wajah Niki langsung kembali memerah mendengar pengakuan Rinne, "K–kau serius -ssu?"
"Duarius! Orecchi janji bakal menjadikanmu orang yang paling bahagia di dunia! Dan juga kita bakal menjelajah dunia untuk memakan segala jenis makanan! Apa kau ... mau?"
"... Tanpa hal seperti itupun aku tentu saja mau -ssu..." Niki mengulas senyuman terbaiknya, lalu memeluk leher Rinne.
"Tapi ... apa kau tak apa-apa bersamaku yang hanya pandai memasak ini -ssu? Aku mohon jangan melamarku begini dengan perasaan setengah-setengah."
"Orecchi tak masalah! Malah hal itu yang jadi daya tarikmu tahu! Sampai-sampai orecchi mau langsung melamarmu tanpa berpacaran terlebih dahulu..." ucap Rinne sembari mengelus pipi Niki.
"Rinne-kun ... Aku juga menyukai Rinne-kun apa adanya -ssu! Meski kau mengesalkan ... tapi aku tetap mencintaimu -ssu!" Niki tersenyum manis kearah Rinne, "Jadikan aku laki-laki yang paling bahagia karena sudah memilihmu, Rinne-kun."
"Tentu saja! Tak akan orecchi biarkan kau sedih jikalau sudah menjadi milik orecchi!"
Loncengpun bergema diseluruh penjuru kota, menandakan bahwasannya sudah berganti hari. Dimana menandakan bahwa mereka sudah memasuki hari natal.
Dimana ciuman pertama mereka dilakukan di depan pohon natal yang megah itu, menjadi saksi bisu bahwa kisah romansa Rinne bersama Niki akan dimulai-pada hari natal yang sangat ditunggu-tunggu segala kalangan.
"Selamat hari natal, Niki." Rinne melepas ciuman mereka dengan lembut, lalu mengulas senyuman terbaiknya kepada Niki.
"Selamat hari natal, Rinne-kun..." Niki juga membalas senyuman Rinne dengan senyuman terbaiknya, lalu menggandeng erat tangan Rinne agar saling berbagi kehangatan pada bulan Desember yang dipenuhi dengan salju ini. Dimana bulan ini akan sangat dikenang keduanya hingga maut memisahkan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top