┈─.᪥ָ࣪ Izumi-Fem! Leo

FIRST SNOW
Sena Izumi x Fem! Tsukinaga Leo
by :: KirigayaHaruna

"Chou uzai~ dimana dia?" Sebuah suara bergema di seluruh ruang latihan.

Sena Izumi, pemilik suara tersebut bergumam kesal. Pasalnya, orang yang sejak tadi ditunggu belum saja muncul. Padahal sudah sejam penuh mereka menunggu di ruang latihan.

"Tch, bagaimana kita bisa berlatih kalau seperti ini," gumam Izumi lagi.

Seakan tidak bisa diam, Izumi melangkah ke arah jendela kemudian kembali lagi. Ditambah dengan erangan kesal yang sering terdengar darinya. Membuat kedua orang yang juga berada di dalam ruangan bersamanya merasa jengah.

"Ara~ Izumi-chan tenanglah. Aku yakin Tsukasa-chan akan datang bersama Ousama-chan sebentar lagi." Arashi bersuara, berharap bisa menenangkan temannya yang sejak tadi terus gelisah.

"Nacchan benar Secchan. Kamu tidak perlu khawatir berlebihan~" tambah Ritsu sembari memunculkan dirinya dibalik kotatsu. Pemuda bermarga Sakuma tersebut kemudian menarik bantal yang berada tak jauh darinya.

"Aku sama sekali tidak khawatir, Kuma-kun," Izumi menghentikan kalimatnya sembari melipat tangan.

"Aku hanya tidak ingin Knights tertinggal karena tidak berlatih dan terus bermalas malasan!"

"Terserah Secchan saja. Aku ingin lanjut tidur~" gumam Ritsu malas sembari kembali menenggelamkan dirinya di dalam kotatsu.

"Maa maa~ lebih baik kita menunggu Tsukasa-chan kembali," kata Arashi menengahi.

Bertepatan dengan selesainya kalimat Arashi, pintu ruangan terbuka. Menampakkan Tsukasa yang terengah engah. "Sena-senpai..." Tsukasa langsung menegakkan tubuhnya ketika manik miliknya bertemu dengan manik Izumi.

"Kasa-kun, bagaimana? Kamu menemukannya?"

"Maaf Sena-senpai. Aku tidak menemukan Leader dimanapun." Tsukasa menunduk, mengisyaratkan bahwa ia sangat menyesal karena tidak berhasil menemukannya.

"Chou uzai~ sudah kuduga. Entah dimana dia sekarang."

"Maafkan aku..." Tsukasa membungkukkan badannya 90 derajat. Arashi yang tidak tega menepuk nepuk pundak Tsukasa. "Tsukasa-chan duduk saja. Mencari Ousama-chan tidak semudah itu," kata Arashi menyemangati.

"Aku akan mencari Ousama. Kalian jangan kemana mana." kata Izumi kesal sembari melangkah keluar ruangan.

"Semoga beruntung Secchan~"

"Izumi-chan selalu seperti itu. Coba saja dia lebih jujur." Arashi menopang dagunya. Menyayangkan sifat temannya yang terkenal dengan gengsi nya yang tinggi.

"Secchan memang seperti itu, ma oyasumi~" Ritsu kembali menguap dan kembali terlelap.

---

"Kira kira dimana dia berada?" gumam Izumi sembari menatap sekeliling.

"OOHHH SENAA!!" Baru saja dibicarakan, seorang gadis bersurai oranye berteriak keras memanggil pemuda bersurai coretubanancoret abu-abu tersebut.

"SENAA SENAA!! MITTE MITTE, AKU MEMBUAT KARYA TERHEBAT!!" Leo kembali berteriak sembari melompat turun dari pohon.

"O–oi, kamu bisa saja terluka kalau melompat seperti itu! Itu akan sangat merepotkan."

"Mou~ Setidaknya puji aku, Sena! Aku berhasil membuat karya terhebat. Sekarang, tidak akan ada yang menandingi Knights! WAHAHAHA!!" gadis tersebut tertawa bangga.

Namun sayangnya, Izumi segera menarik kerah bajunya. Membuat seorang Tsukinaga Leo tertarik ke belakang.

"Hum ... biar kutebak. Karena 'karya'mu itu, kamu pasti melupakan latihan kan, Ousama~" kata Izumi sembari menyeringai tipis.

"Latihan? Ada ya—EEHH SENA, KOK AKU DISERET?!" protes Leo saat Izumi mulai menyeretnya.

"Chou uzai~ diamlah. Kita ke ruang latihan sekarang!" Izumi mengeratkan pegangannya, mengabaikan Leo yang masih memberontak minta dilepaskan.

---

Izumi melangkah menyusuri jalanan kota. Di sekelilingnya terdapat beberapa toko yang dihiasi hiasan khas natal. Izumi mengeratkan syal juga jaket miliknya, hawa dingin semakin menusuk kulitnya.

Entah kenapa kakinya membawanya ke tempat tersebut, padahal tujuan awalnya adalah rumahnya sendiri.

"Aku tidak suka panas, tapi tidak sedingin ini juga...." gumam Izumi sembari menatap langit.

Memang sudah musim dingin, tapi salju belum turun sama sekali. Artinya seharusnya sekarang tidak sedingin saat sudah turun salju.

Manik Izumi menatap sekeliling. Ia menemukan beberapa pasangan yang sepertinya sedang berkencan. Iri? Tidak juga.

Sampai akhirnya, manik Izumi berhenti menatap sebuah pohon raksasa. Pohon yang sengaja dipasang di tengah kota untuk memperingati natal. Penuh berbagai ornamen dan beberapa kotak hadiah sebagai pelengkapnya.

"WHAHAHA! AAH IDE KU MENGALIR DERAS! AHAHA AKU MEMANG JENIUS!"

"... Jangan bilang," Izumi melangkah menyusuri sekitaran pohon natal. Mencari figur yang diduganya ada di dekat sana.

Dan benar saja, ia menemukan Leo yang sedang mencorat coret di atas kertas miliknya. Sang gadis nampak tak peduli dengan pandangan aneh orang orang di sekitarnya. Yang dipedulikan gadis itu sekarang adalah menggubah musik.

"Chou uzai~ sudah kuduga kau akan berada di sini." kata Izumi agak kesal sembari melipat tangannya. Namun sayangnya, pemuda tersebut tidak mendapatkan respon apapun. Izumi berdecak kesal.

"Hey, kamu sudah tuli atau bagaimana? Ousama." panggil Izumi lagi. Namun sama saja, dia kembali tidak mendapatkan respon sekecil apapun.

Izumi menatap rumit gadis di hadapannya. Segitu fokusnya kah Leo dengan sesuatu yang berhubungan dengan musik?

Izumi menghela napas lelah. Niat ingin meninggalkan gadis tersebut. Namun hatinya mengatakan tidak, bagaimana Leo akan pulang nantinya? Apalagi ia mengetahui bahwa Leo itu buta arah dan pelupa.

"Huh ... akan kutunggu." gumam Izumi pelan lalu melangkah menuju kursi yang terletak tak jauh dari tempat tersebut. Maniknya tidak terlepas dari gadis tersebut sedetik pun.

---

"Aah! Akhirnya selesai!" kata Leo senang sembari meregangkan tangannya.

"Sepertinya tadi aku mendengar suara Sena ... Apa aku cuma berhalusinasi? Atau itu uchuujin?!"

"Chou uzai~ tidak ada yang namanya uchuujin, Ousama. Dan juga, aku disini." Suara Izumi menginterupsi.

Leo berbalik menghadap Izumi. Menatap pemuda tersebut yang sedang duduk menatapnya sembari menopang dagu. Entah kenapa, wajah Leo sedikit memanas. Apakah Izumi menunggunya sejak tadi?

Leo menggeleng cepat. Tidak mungkin, Izumi melakukannya. Palingan pemuda tersebut menunggu saat untuk mengomelinya lagi.

"Tch, berhentilah bersikap aneh seperti itu, Ousama."

"S–SENA! KAMU MENGAGETKANKU!" Leo terlonjak mundur saat menatap Izumi yang entah sejak kapan telah berada di hadapannya.

"Sejak kapan kamu disini, Sena?"

"Sejak tiga puluh menit yang lalu." Izumi melirik jam tangannya.

"Selama itu...." Leo terdiam sembari melirik kertas musik di tangannya.

"Hum? Apa apaan reaksi itu. Sudahlah, lebih baik aku membawamu pulang sebelum masalah merepotkan terjadi." Izumi membalik badan. Mengisyaratkan Leo untuk mengikuti langkahnya.

Namun belum mengambil satu langkah, Izumi kembali membalik badan. Dengan cepat pemuda tersebut melepaskan syalnya kemudian memasangkannya ke Leo.

"Pakai. Akan sangat merepotkan kalau kau sakit."

Bukan tanpa alasan, Leo hanya memakai sebuah sweter tanpa jaket ataupun syal. Udara juga sangat dingin, jadi tidak mungkin sweter tersebut bisa menangkal rasa dingin.

Wajah Leo kembali memerah. Jika dibandingkan, mungkin lebih merah dari surai Tsukasa. Untung saja, Izumi sudah membalik badan dan tidak sempat melihat reaksi Leo.

"S–Sena...." panggil Leo sembari menarik ujung jaket Izumi.

"Apa lagi?" ujar Izumi tanpa membalik badan. Tersirat sedikit nada khawatir di perkataannya.

"B–bisakah kita ... bergandengan tangan?" Leo meremas roknya pelan. Kenapa dia sangat gugup? Wajahnya juga semakin memerah.

"A–apa apaan itu..?" Izumi ikut memerah. Hal tersebut dapat terlihat jelas dari telinganya yang ikut memerah.

"S–supaya aku tidak tersesat lagi...."

Izumi menghela napas kasar. Tangannya meraih tangan Leo yang menarik ujung bajunya.

"Aku akan berbaik hati sekarang. Jadi, jadilah gadis baik dan jangan kemana-mana."

Bersamaan dengan selesainya kalimat Izumi. Salju pertama tahun ini turun menghujani keduanya.

"WHAA SENA LIHAT SALJU TURUN!!" teriak Leo sembari melompat-lompat senang layaknya anak kecil.

Izumi semakin mengeratkan pegangannya, agar Leo tidak terlepas dan tersesat saking senangnya.

"Chou uzai..~" gumamnya sembari tersenyum tipis menatap tingkah Leo yang sibuk mengagumi salju yang turun.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top