┈─.᪥ָ࣪ Hasumi Keito
BLANKET
Hasumi Keito x Reader
by :: HOTARU-HANA
Keito masih berkutat dengan tumpukan kertas yang ada di hadapannya. Belakangan ini dia terlihat kurang istirahat. Akan tetapi, jika tidak rajin, bukan Keito namanya.
"Keito ...." Seorang gadis memanggil nama sang lelaki bersurai hijau dengan nada rendah. Perlahan ia masuk ke dalam ruangan yang sedang Keito singgahi- kamarnya. (Name) meletakkan kotak yang cukup besar di samping meja Keito. Dirinya melangkah beberapa langkah lagi, upaya membuatnya lebih dekat dengan Keito.
Ketidaksadarannya akan sang gadis yang sudah berada di hadapannya, membuat Keito terkejut. Gadis itu menarik kertas yang berada di tangan Keito. "Sampai kapan kau mau begini? Ini sudah waktunya berlibur. Kasihan fisik dan mentalmu jika dipaksakan begini."
"Hah! J–jika mau masuk, ketuk dulu pintunya," protes Keito pada (Name). "Aku sudah mengetuk pintunya, tau. Kau saja yang terlalu fokus pada lembaran kertas itu. Sampai-sampai tidak mendengar suara ketukan pintu."
"Maaf jika membuatmu terkejut. Tapi, aku ingin memberimu hadiah natal. Maaf, tidak tepat pada tanggal di mana hari natal dimulai. Namun, aku harap kau suka dengan apa yang aku bawa untukmu," ujar gadis itu seraya tersenyum kecil. Tangan mungilnya menyodorkan kotak yang cukup besar.
Keito terdiam, selang persekian detik, dirinya mengangguk kecil. "Terimakasih."
(Name) mengacungkan jempolnya dan bertanya, "Keito, sudah makan malam? Jangan sampai kau lupa makan karena gila bekerja. Nanti kau sakit."
(Name) memang gadis yang cerewet, sifat keibuannya yang paling menonjol dalam dirinya. Ia selalu memberi perhatian penuh pada orang-orang terdekatnya.
"A—Belum. Nanti saja. Tak usah khawatir." Suara Keito menjadi begitu rendah, sampai-sampai terdengar seperti bisikan.
"Baiklah. Aku pinjam dapurmu, ya." Gadis dengan tingkat kepekaan yang tinggi ini tau, Keito tak mau bilang jika ia lapar. Sifat yang agak-agak tsundere itu sudah melekat pada lelaki bersurai hijau itu.
(Name) melangkah menuju ke dapur. Berniat memasak makan malam untuk Keito. Yah, paling juga memasak makanan sederhana. Bahan-bahannya juga menggunakan apa yang ada di dalam lemari pendingin saja.
Keito diam-diam melirik kotak yang gadis itu berikan. Tangannya mulai meraih kotak itu, penasaran apa yang ada di dalamnya. Yah, siapa juga yang tidak penasaran ketika diberi hadiah.
Dibukanya kotak tersebut, iris seorang Hasumi Keito mendapati sebuah kain tebal; selimut, dengan selembar kertas yang berisikan ucapan dari gadisnya. Perlahan, deretan huruf yang tertera di atas kertas itu dibaca olehnya.
"Happy holiday, Hasumi Keito. Semoga kau suka dengan apa yang aku beri. Ini selimut untuk menemanimu selama liburan musim dingin tahun ini. Semoga selimut yang aku berikan, bisa memberi kehangatan dikala aku tak ada di sampingmu. Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatanmu, dasar manusia gila bekerja. Daisuki, hontou ni daisuki."
Kira-kira begitu isi suratnya. Kedua sudut bibirnya terangkat, mengukirkan senyuman tipis. Tak lupa dengan wajahnya yang merona.
Keito bangkit dari duduknya, berjalan menuju tempat di mana sang gadis sedang memasak.
Sesampainya di dapur, Keito langsung menghamburkan pelukannya pada (Name). Wajahnya bersemu merah, jantungnya berdegup kencang, tak bisa mengontrol perasaannya saat ini.
"ASTAGA! KEITO BAKA!" Gadis itu terkejut, hampir saja dirinya terjatuh karena Keito menerjangnya dengan cukup kuat.
"... A–arigatou gozaimasu." Keito berterimakasih pada (Name). Walau dengan nada yang rendah, tentu saja (Name) bisa mendengarnya.
"Ha'i, ha'i. Tidak masalah. Kau suka?" Tak ada jawaban dari pertanyaan (Name). Keito malah menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu.
"Happy holiday, (Name) ...," bisik Keito.
"Oh, iya. Maaf, besok aku tak bisa menemanimu besok. Ada acara penting lainnya, jadi ... aku akan pergi ke luar kota! YEY LIBURAN!" seru (Name) sembari memasang pose bersemangat dengan lengan Keito yang masih bertaut pada dirinya.
"H–HE?! P–padahal besok kuingin mengajakmu ...," cibir Keito. Gagal sudah rencananya untuk hari esok.
"Tak apa, Minggu depan aku pulang, kok. Jaa, nikmati liburanmu bersama selimut hangat itu," kekeh (Name). Mendaratkan tangan mungilnya itu di puncak kepala sang lelaki, lalu mengelus surai hijaunya.
Malam ini, di akhiri dengan mereka berdua yang makan malam bersama sembari mengobrol kecil. Kebahagiaan seperti ini tak bisa dibeli dengan uang, tapi muncul karena perlakuan hangat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top