┈─♡ 𝐇idaka 𝐇okuto

CHOCOLATE OR KISS ?
" Play It or Cancel It "
Hidaka Hokuto x Reader
by :: horuinzum


Sewaktu ketika aku membawa buku-buku ke ruang guru, dalam perjalanan aku melihat seorang gadis yang mengalihkan pandanganku. Tidak. Dia bukan Anzu. Dia adalah murid pindahan baru beberapa hari lalu, selain Anzu.

Dia itu sedang apa di sana--ah, kenapa aku mengurusnya? Segera diriku berjalan menuju ruang guru dan mengantar semua buku-buku yang ku bawa tetapi, "Hokuto!" Sebuah suara memanggilku, membuat diriku berhenti melangkahkan kakiku menuju ruang guru.

Suara tersebut, membuat diriku menoleh ke arah sumber suara itu berasal. "Kau perlu bantuan?" Dia bertanya padaku, ku merasa dia ada maunya. Spontan dia mengambil beberapa buku yang kubawa sekarang.

"Apa yang kau inginkan, (Last Name)?" Dia malah cengar-cengir, tanpa menjawab, kemudian berujung menggerutu.

"Ya sudah, kalau begitu, tidak perlu bantu." Dia lantas meletakan kembali buku-buku yang tadi sempat di rampas dariku, ketempat semula--di pegangan tanganku---hei, dia itu!

"Ah, iya. Boleh ku pinjam saku mu? Baiklah, arigatou." Dia memasukkan sesuatu di sakuku. "Apa yang kau masukkan, (Last Name)? Kau ingin membuat masalah lagi kali ini?"

Apa-apaan dia itu? Hah, lihat sekarang dia sudah pergi, dan meninggalkan sesuatu di sakuku. Ah, nanti saja seusai aku memberikannya pada Sagami-sensei.

"Permisi," kataku, sesampainya di ruang guru, ku lihat Sagami-sensei tengah membereskan beberapa berkas-berkas di mejanya. Menyadari keberadaanku, membuat dirinya menoleh ke arahku.

"Ah, Hidaka. Letakan disini saja," katanya, sambil menujuk ke sebuah tempat. Segera aku meletakan buku-buku itu di tempat yang dia suruh letakan. "Kau bisa kembali ke kelas sekarang, terima kasih sudah mau membawakannya." Aku mengangguk pelan. "Permisi."

-

Dalam perjalanan kembali ke kelas, diriku mengambil sesuatu yang di masukkan sewaktu tadi. Sebuah kertas? Aku mengambilnya. Bisa ku lihat terdapat tulisan di dalamnya. Membuat diriku membaca tulisan tersebut.

Berikan lah kasih sayang padanya.
Peroleh sebuah hadiah darinya.

Apa maksudnya? Hah, lebih baik ku simpan saja dulu. Langsung saja aku menuju ke kelas untuk menemui dirinya. Mencoba mempertanyakan apa maksud dari isi kertas itu.

Sesampainya di kelas. "Oh, kau sudah kembali, Hokuto." Dengan wajah tidak berdosa nya, dia menyengir dengan tangan melambai-lambai kepada diriku yang baru saja memasuki kelas.

"Hokke~" sebuah suara yang tidak familier lagi, membuat diriku menatap ke asal suara itu. "Akehoshi, ada apa?" Dia menatap dengan berbinar-binar padaku. Apa yang terjadi sebenarnya?

"Nee, Hokke~ apakah aku boleh memberikan mu kasih sayang?" Terdengar suara tertawa. Menatap ke asal suara itu. (Last Name), sebenarnya apa yang kau perbuat?

"Anzu~ bolehkah aku memberikan mu kasih sayang hari ini?" Hah? Akehoshi sekarang meminta Anzu? Sebenarnya, apa yang terjadi. "Eh?"

Ku lihat Anzu menatap (Last Name). "Lakukan saja, kalau mau~ toh, mungkin balasannya sepadan dengan festival besok," sahutnya, sambil menutup mulutnya.

"Ah, besok--" ucapan Anzu terpotong, hingga ku lihat tiba-tiba saja dirinya kaget tidak mempercayai apa yang di lakukan oleh (Last Name). Hah, dia itu. "Kau benar-benar memberikan usulan tempo hari itu, padanya?"

Dan di angguki oleh (Last Name). "Dan sekarang, kau membagikannya?" (Last Name) senyam-senyum sekarang. Dia itu, kerasukan sesuatu? Apa memikirkan hal aneh-aneh?

"Hm ... baru anak-anak kelas ini, memangnya kenapa?" Dia bertanya seperti itu pada Anzu. "Tapi, (Name)-san. Bagaimana kalau yang kau harapkan nantinya berbeda?"

"Atau (Name) saja? Boleh aku memberikan kasih sayang?"

-

Kelas telah usai, semua siswa sudah banyak yang pulang ke rumah mereka masing-masing. Aku berada disini, bersama dengannya, mempertanyakan apa maksud dari isi kertas, dan ucapannya sewaktu di kelas tadi.

"(Last Name), apa maksudmu tenang isi kertas ini?" tanyaku kepadanya, dan dia hanya memutar bola matanya malas. "Hanya permainan, kalau kau tidak ingin, ya sudah."

Lagi-lagi. Sewaktu di kelas juga jawabannya kepada Anzu adalah kalimat yang sama. "Kau bilang hanya permainan?"

"Memangnya, kau mau menanggapi itu dengan serius? Oh, iya ... festival yang di katakan Anzu juga tidak ada hubungannya. Jadi, jangan tanya aku lagi. Lakukan atau batalkan terserah padamu."

Apa maksudnya dengan penjelasan itu? Ekspresinya kini terlihat berbeda. Dengan akhir, dia meninggalkan diriku--- dan ekspresinya terlihat sedih.

-

Baru menuju sekolah saja, sudah banyak wanita yang mengantri dengan siswa-siswa disepanjang selasar sekolahan--ah, iya hari ini valentine, waktu kasih sayang yang sangat ditunggu-tunggu para wanita.

Sebentar, apa maksudnya hal ini berkaitan dengan apa yang di berikan (Last Name) kemarin? Festival, kah? Ah, sepertinya itu yang membuat ekspresinya sedikit sedih hari itu. Menuju ke kelas.

Menelusuri sosoknya di dalam kelas. Tidak ada. Apa dia tidak masuk? Apa dia sakit? Kemarin, ku lihat dia sepulang sekolah, seperti tidak enak badan sering kali terhuyung, dan tangannya selalu memegang kepalanya ketika pelajaran berakhir.

Apa terjadi sesuatu?

"Nee, Hokke~ (Name) tidak ada kabarnya. Apa kau tahu dia ada di mana?" Ku alihkan pandanganku ke arah Akehoshi. Aku menggelengkan kepalanya pelan. "Entahlah. Aku tidak tahu," jawabku.

"Souka~" gumam Akehoshi yang masih bisa ku dengar. "Ano sa, Hokke~ apa yang akan kau lakukan untuk permainan itu, dan dengan siapa akan kau lakukan?" Ah, iya. Aku melupakan hal itu. Tetapi, itu hanyalah permainan. Hanya perlu di lakukan atau dibatalkan.

"Aku belum memikirkannya."

"He~ yang benar?"

-

Loh, itu dia. Entah kenapa ku lihat dirinya tiba-tiba saja ambruk begitu saja, ketika di depan sebuah toko--toko cokelat--segera ku membantu dirinya. "(Last Name), kau baik-baik saja? Apa yang kau lakukan?!"

Matanya berkedip-kedip pelan, melihat diriku. Apakah separah itu kondisinya. "Ayo, kita pergi ke rumah sakit terdekat!" Dengan suara terbata-bata. (Last Name) menolaknya.

Segera diriku membawanya ke tempat yang lebih hangat. Memberikannya sebuah minuman, dan duduk disampingnya. "Kau baik-baik saja, 'kan (Last Name)?" Aku bertanya padanya, sambil melihatnya memegang minuman yang ku berikan. "Terima kasih."

Dia meminum minumannya. "Kalau ku pikir-pikir lagi, sepertinya akan sangat seru, jika aku mencobanya padamu." Kaget. Ku lihat dia sontak menatapku. "Eh, apa?" Ah, mungkin dia melupakannya.

"Jangan bilang tentang permainan itu." Dia menghentikan aktivitasnya, dengan kepala di alihkan dari diriku. Sedikit ku menjauh dari dirinya, menyadari bahwa diriku terlalu dekat dengannya. "Jika, aku jawab iya, bagaimana?" tanyaku.

"Kau benar mau melakukannya?" Dia kemudian menatapku. Entah kenapa, sudut bibirku tertarik karena ucapannya, membuat diriku mengulas senyum kecil. "Tentu saja. Apakah aku tidak bisa memperoleh kasih sayang dari dirimu?"

Dia mengacak-acak rambutku tiba-tiba. "Apa yang kau lakukan, hei (Last Name)?" Entah kenapa wajahku merasa panas sekarang, apakah wajahku memerah? Semoga saja tidak, sontak membuat diriku menutup setengah wajahku dengan tanganku sendiri, menutupi ekspresi ku sekarang.

"Aku bisa saja melakukannya untukmu," katanya, sambil terkekeh pelan. Baiklah, ayo tenang sekarang, aku menoleh ke arahnya dan mengangguk pelan, "selagi kau mau menerima hadiah hariku."

"Apakah kau bisa menebaknya?" Dia terlihat begitu semangat sekarang. Membuat diriku bertanya-tanya dengan tanganku memegang daguku. Sekilas ku memikirkan sesuatu, dan kembali membuat wajahku panas lagi, spontan tanpa sadar ku ucapkan apa yang ku pikirkan.

"Cokelat atau Ciuman?"

┈─♡ 1099 words
by :: Rein

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top