┈─♡ 𝐇akaze 𝐊aoru
MY SWEETEST LOVE
" Perasaan Kita Masih Sama"
Hakaze Kaoru x Reader
by :: sakuya_uchuu
Dalam lingkaran pertemanan, acara pertemuan alumni di senggelarakan, terpaksa ikut oleh teman masa SMP-nya bersi keras untuk dirinya ikut dalam lingkaran ini.
Menghelakan nafas manik iris [e/c] melihat datang orang-orang yang ia kenal, wajah mereka sudah agak samar oleh lamanya tidak bertemu dan perubahan drastis. Hanya nama lah tergiang di kepala sang gadis, ia tidak bisa menjelaskan siapa mereka atau apapun.
Terdengar desas-desus pembicaraan, telinga miliknya panas, meninggilah keinginan tahuan,
"Hei, apa kalian ingat teman sekelas kita bernama Kaoru Hakaze? Tak ku percaya ia menjadi model terkenal loh~"
"Iya! Aku soalnya SMA di Yumenosaki dan benar ia jadi idol... ganteng banget masa~ fanservis miliknya pun ngebuat pingsan tau~"
"Hebat banget! Eh, yang model tampan bernama Izumi Sena itu katanya sekelas sama Hakaze-kun... Kalo ketemuan sama Hakaze-kun... boleh kali ya minta di kenalin... hehe~"
"Pfft- diri si model itu dingin loh~ katanya ia pernah di tolak mentah-mentah model Azuka Misaki yang cantik itu,"
"Heh~ iman-nya kuat~"
"Tapi aku serius... si Hakaze-kun itu tambah ganteng banget, padahal dulunya ia kan anak-nya pendiam dan dingin kan ya? Tapi pas ia masuk ke Yumenosaki astagaa!!! Itu berubah drastis jadi badboy bagaikan film drama!!"
"Haha~ Umika mah bucin terus-terusan~"
"Lagian aku kan sekolahnya di Yumenosaki, dan pas ada DreamLive pasti ikut nonton, pokoknya UNDEAD itu ganteng-ganteng semua! Masuki-chan entar ku jejelin nih sama mereka!"
"Haha~ iya iya~"
"Ih aku serius!"
"Tenang kok, tenang... aku malah bucin sama adiknya Rei Sakuma itu... suaranya ituloh astagaa lembut banget!!"
"Heh~ si lelaki di UNDEAD berambut abu-abu pasir itu lumayan juga~"
Hanya tersenyum mendengarkan lingkaran gossip para wanita itu, [name]. Hanya tersenyum bersweatdrop-ria akan betapa entusias diri mereka.
"Yo~ [name]-chan... mereka ngomongin orang yang kamu suka loh~" Membalas hanya dengan tawaan renyah, surai [h/c] itu hanya bisa tersenyum dengan paksa akan gugup dari pembicaraan teman satunya ini.
"Tapi.. ya, [name]-chan. Hakaze-kun itu making ganteng sih, ia juga pintar dan bisa di semua bidang... nanti dirimu palingan jatuh cinta lagi sama-nya~" Memukul pelan perut gadis yang dari tadi mengejaknya dengan pelan. Manik [e/c] menatap tajam sambil cemberut mengerucutkan bibirnya.
"Hanya bercanda kok, [name]-chan! Tapi enggak juga!"
Kedua kali sodokan dari siku sang gadis menyikut perut gadis di sebelahnya itu dengan pelan, sayang teman satu nya ini dikenal sebagai dramatic. Jadi ia sendiri berpura-pura tersedak, dan memeluk perutnya akan "sakit" sodokan [name] itu.
Kesukaan dirinya pada lelaki bernama Hakaze Kaoru itu sudah sangat lama, entah apa yang membuatnya suka dengan dirinya. Tapi ia bukan melihatnya bagaikan lelaki tampan atau bagaimana pun itu. Ia suka rambutnya, hanya itu saja.
Teringat oleh memori lama memikul di kepala, teriang oleh kemaluan dari aksi dirinya dulu agak membuat [name] terkekeh sendiri, dan juga malu.
Ia pernah menyatakan cinta-nya pada lelaki itu, dan di tolak mentah-mentah karena aneh, memang menyakitkan, tapi apa boleh buat itulah siklus hidup.
Menompakan dagunya di telapak tangan, lengan miliknya di taruh ke atas meja, dan sikunya ia lipat. Pemandangan indah di daerah Kobe bersejuk bersama angin ria yang tidak begitu dingin.
Febuari masih termasuk musim dingin, dari jaket bulu tidak begitu tebal, lekat menemani agar pemilik tidak kedinginan oleh cuaca. Seharusnya ia memang memakai yang lumayan tebal. Akibat berdiaman malas-malasan di dalam rumah, semuanya jadi agak samar untuk dirinya mengkonek isi sel otak yang ikut-ikutan istirahat bersamanya.
"Hmm~ kebiasaan diri [name] tidak memakai jaket tebal dari dulu~" Suara bariton husky berbisik di samping telinganya, tanpa sadari berat beban lengan-nya memeluk tubuh miliknya.
Ia terhipnotis...
"E-eh? [name]-chan? Kok bengong?" Ayunan tangan-nya di depan wajah sang gadis membuat pendatang baru itu terkejut. Surai yang ia rindukan muncul di depan-nya, dan juga... "Chan"?
Nampak ekspresi kerut di dahinya, antara senang atau bingung, pemuda di depannya yang barusan itu memanggil nama depannya dengan santai, menambahkan sebuah suffix "Chan" di belakangnya. Kayak seperti mereka kenal aja...
"Heh~ jangan mengkerut begitu dong~"
Bibirnya mengerucut menatap imut dirinya, dengan senyuman lembut pemuda bersurai pirang pasir itu lalu mencium kening sang gadis dan pergi ke teman lain-nya.
Apa-apaan itu?
"Ih... zina,"
Mengelap dimana bibir bekas pemuda itu lekat kecup. Wajah berekspresi linglung menatap pemuda itu, baru saja datang ia sudah di kerumuni oleh anak lelaki dan perempuan. Semua pada penasaran oleh kehidupan baru miliknya.
Apa boleh buat, toh memang Kaoru Hakaze dulu dan sekarang itu amat-amatlah beda, ia malah seperti angin bebas bagaikan namanya, beda di kala dulu. Dirinya lebih memilih berdiam, hanya bercakap jika di butuhkan.
Dalam benak diri, apa yang membuat dirinya menjadi idol? Ia bahkan pernah bilang idol itu menghabiskan waktu. Gadis itu ingat, dirinya sangat ingat dengan jernih, lebih jernih banding mengenal nama dimana wajah sudah sangat samar.
Karena gadis itu, menyukai pria bersurai pirang pasir itu...
Menjadikan-nya garis tipis si gadis menekan bibirnya. Bingung oleh perbuatan pemuda itu, tapi akan lama perginya tahun dan datang baru ia hampir saja melupakan lelaki bernama Hakaze Kaoru, sampai kelas tiga SMA. Semuanya berubah.
Ia masih ingat di papan iklan matanya tertancap oleh figur miliknya, manik amber hangat-nya itu sudah tidak di salahkan lagi, rambut-nya yang sekarang panjang membuat surai pirang pasir itu memukau. Membuat diri gadis terhipnotis oleh keindahan.
"Hoi~! [name]-chan bengong terus~ apa karena gara-gara dicium oleh Hakaze-san di kening, kah~?" Menyendol diri gadis dengan siku-nya. Sang lawan malah hanya terdiam menatap datar, sebelum ia berkedip dan dengan dingin menampis perkataan dari perempuan bersurai coklat gelap itu.
"Berisik..."
Menyeruput kopinya, sang gadis lalu lanjut terdiam, tidak bercakap mengikuti arus pembicaraan yang lain.
Manik amber miliknya menatap figur sang gadis dengan intonasi penasaran, dari hangat matanya itu menerima banyak orang. Ia bersinar melihati gerak-gerik gadis yang terduduk sendirian itu. Dirinya malah terlihat seperti kelompok lain yang bukan dari mereka.
Membuka niat, dari pembicaraan yang terpotong oleh dirinya, Kaoru lalu duduk di depan bangku dimana sang gadis itu duduk.
"Hai~ [name]-chan!" Terkejut mata [e/c] itu membesar menatap dirinya tidak percaya. Tersenyum di kala ekspresi kaget sang gadis, Kaoru lalu menatap rindu manik [e/c] itu. Sudah berapa lama dirinya tidak bertemu dengan manik indah milik gadis itu?
Pas ia mendengar bahwa [name] akan di seret wajib ikut acara, Kaoru yang awalnya tidak berniat pun langsung mengikuti acara itu dengan terburu-buru, kiriman foto dari Bungo, gadis berambut coklat terang itu berselfie dengan diri sang gadis pas di jalan ke tempat tujuan.
Hatinya langsung senyap menatap perubahan drastis sang gadis, dan ia yakin untuk keratusan kalinya ia jatuh cinta ke gadis bernama [name] itu. Alangkah bodoh untuk dirinya menolak ajakan sang gadis dulu.
Tersenyum menatap diri gadis yang akan sibuk oleh gadget persegi panjang di tangan-nya membuat Kaoru mendengus geli. Dari dulu ia sama sekali tidak berubah, masih suka saja menyibukan diri dengan hal lain, dan tidak begitu peduli dengan dunia lain.
Sebuah semburat merah lalu menghiasi pipi pucat milik-nya, oleh ketidak sengajaan mata mereka bertemu manik [e/c] yang tertutupi oleh kacamata bulat itu membuat Kaoru meneguk ludah-nya sendiri.
"Eh~ ciee, couple lama kembali lagi~" Mendengar pembicaraan Bungou, gadis di depan-nya menggigit bibir bawahnya serasa tidak nyaman oleh perkataan gadis itu. Di ikuti oleh beberapa persetujuan yang lain.
Tatapan mereka sekilas agak membuat Kaoru merinding, sesak melihat bibir gadis itu mengerucut. Entah jika Kaoru masih bisa menahan diri, atau menguatkan iman. Tapi tentu itu hanyalah kebohongan belaka.
Gadis di depan-nya membuat daya tarik memikat begitu saja, dan untuk lelaki seperti dirinya ia amat rasa bersalah, menyentuh tangan sang gadis. Ia mengeratkan genggaman-nya mengetahui sang gadis pasti akan menarik tangan-nya itu.
Dari gerak gerik ia sudah mengenal begitu jelas, [name] memang sama sekali tidak berubah.
Dan itu membuat ia menyukai diri sang gadis lagi...
"Tumben... dirimu ikut,"
"Dan juga sangat tumbenan dirimu mau kesini, [name]-chan...~" Membalas penegasan si gadis, lawan bicaranya hanya bisa terdiam dengan sebuah semburat merah kecil di pipi-nya. Manis...
Diri sang gadis sangat manis, lebih manis ketimbang sebuah permen yang kadang ia makan, tapi jika berhubungan dengan pancake, itu sih masih nomor satu.
Untuk diri si gadis, ia menatap pemuda di depan-nya akan curiga, ia bukanlah mencurigakan dengan niat jahat, tetapi atas masa lalu mereka, dan ia begitu enak datang kembali memunculkan senyuman ramah.
Sontak ia tidak percaya, sakit dengan keluluhan hatinya menatap pemuda didepan-nya, ungkapan kata ia urungkan. Tidak berniat untuk melanjutkan dan mengumbar masa lalu.
Bibir miliknya ia rapatkan menjadi garis tipis, ia gelisah. Sudah jelas oleh gerak-geriknya yang sama sekali memainkan handphone di tangan-nya membolak-balik barusan aplikasi.
Semua serasa tidak menarik perhatian-nya sama sekali, akan keberadaan pemuda di depannya ini tersenyum murah ke arah-nya.
Seperti kesalahan masa lalu miliknya tidak ada saja...
________
"Aww, kalian berdua imut~!" Sentak Bungo, di sana semuanya secara harfiah setuju. Mengacak rambut sang gadis, pemuda bersurai pirang pasir itu tersenyum menatap sendu, sebelum akhirnya menutup dengan tersenyum ke arah kelompok teman-teman-nya itu.
"Aku akan menjaganya sampai rumah~ kasihan dirinya diseret oleh Bungo-chan, ya kan~?" Menyeringai, dari ekspresi gadis itu Kaoru terkekeh sebelum ia jahil mengecup puncuk [name]. Dan itupun terbayar oleh sebuah tonjokan di perut.
"Sayang banget kalian tidak bisa lama-lama~" Mengerucutkan bibirnya, perempuan surai coklat terang itu terus menatap sinis kedua pasangan itu, membuat badan mereka bergidik ngeri.
Menatap ke bawah, merasakan lantai ia pinjak ini lebih menarik, si gadis berusaha menangkis perkataan Bungo tadi. Dengan sebuah kopi di tangan sang gadis, ia berjalan duluan meninggalkan Kaoru yang mengikuti-nya bagaikan anak bebek.
Dirasa ujung putus asa, terhilir lah waktu melewati banyak tantangan di dalam hidup. Hiruk pikuk daerah Kobe ini ia lewati. Derapan langkahnya yang tenang dengan sebuah kopi panas di tangan-nya. Lelaki bersurai pirang pasir melirik beberapa papan iklan, bersiul kagum untuk para model yang debut.
Di setiap sudut iklan membuat-nya mendengus geli. Kesudahan lulusan para alumni Yumenosaki, pemuda berambut pirang pasir itu melewati kehidupan baru sebagai orang dewasa.
Dalam sela itu diri pemuda bersurai pirang pasir itu dengan lembut bersenandung alunan kecil, dari suara khas mengundang beberapa pendengar yang berpapasan dengan dirinya terpesona.
Entah apa yang muncul di benak diri Kaoru, ia menerima undangan alumni SMP miliknya dulu, tidak ada niat untuk mengikuti tapi sesekali ingin melihat kilasan ketidak percayaan di wajah mereka semua agak membuat dirinya penasaran.
Ia bagaikan angin memang, "Ne... [name]-chan... mau enggak jadi pasangan miliku untuk model?" Ia bertanya, menghancurkan keheningan oleh pertanyaan miliknya.
Tentu saja ia di diamkan, tapi apakah silent treatment akan membuat Kaoru menyerah? Tentu saja tidak. Ia adalah lelaku egois, perempuan yang memikat ketertarikan dirinya adalah [name] sendiri.
Walau ia sangat bodoh akan tindakan masa lampau, yang sudah pasti membuat hati sang pujaan hancur berkeping-keping, seperti sebuah beling remah yang sama sekali tidak bisa di lem kembali.
Bisa dibilang Kaoru seperti menindas [name] dulu, dan mempermainkan hati dirinya sebagai korban pertama yang ia mainkan.
Kaoru egois, begitu pula dengan si gadis. Mereka berdua adalah manusia egois yang sama-sama tidak mengerti atau tidak ingin mengerti isi perasaan.
Untuk sang gadis ia lebih memilih mengurung diri, ia telah di permalukan, di tindas habis-habisan. Semua itu gara-gara lelaki bernama Kaoru Hakaze sendiri.
Dan ia muak oleh perasaan bodoh miliknya dulu.
"[Name]... maaf..." Dikala jalan sepi, melewati beberapa gang perselisihan jalan besar, mereka berdua terhenti oleh suara kecil penuh akan hasrat kesedihan di dalam kata itu.
Bodoh... kenapa baru minta maaf sekarang? Bertahun-tahun ia terkena trauma oleh pembulian itu, cinta miliknya di terima, tetapi tidak terbelaskan.
Mereka saat itu memang pacaran, tetapi tidak bisa di sebut berpacaran. Ia malah terlihat bagaikan orang bodoh waktu itu, sangat bodoh untuk jatuh ke pemuda berambut pirang pasir seperti diri Kaoru.
Terdiam melanjutkan jalan-nya, seakan menutup perkataan dari pernyataan pemuda itu, untuk apa didengar jika Kaoru hanya akan menikmati wajah tangisan miliknya?
Ia muak oleh semuanya, semua orang memang tidak akan menerima gadis seperti diri sang gadis. Siapa memangnya yang mau menerima gadis pemalas seperti dirinya?
Tentu jawaban itu adalah nol. Dengan tatapan sendu, sang gadis akhirnya berbalik menatap Kaoru itu dengan tatapan kesal.
Kelopak daun berjatuhan, ujung kata tergiang di kepalanya, berekspresi angin dingin menyelimuti diri mereka. Suasana cuaca siang menjelang sore itu menghiasi langit dengan warna indah-nya.
Memgingatkan masa berdua mereka berintimasi untuk pertama kalinya, sebelum pada akhir kelulusan sang pemuda memilih untuk menghentikan hubungan mereka.
Sang gadis tidak membenci itu, hanya benci akan ketidak jujuran isi hati dari seorang pria bernama Hakaze Kaoru itu. Gerak-gerik kecil tertuju, isi hatinya luluh tidak lupuk begitu mudah. Sendu manik amber miliknya menatap punggung sang gadis.
Ia masih mencintai dirinya, rasa perih, sesak, tercekik dan tertusuk dimana ia berpapasan dengan gadis itu. Tidak berdarah maupun mengeluarkan aroma amis.
Sampai di depan rumah sang gadis, Kaoru menatap alamat itu dengan intense. Gadis di depan-nya belum memasuki pagar rumahnya, ia hanya menatap figur pemuda itu.
Lelaki itu membalas dengan sebuah senyum, dalam hatinya yang lupuk oleh cinta. Si gadis akan sendu ungkup tidak bisa bercakap antara wajah.
"A-aku masuk dulu... maaf menganggu..."
"U-un..." Menatap figur pemuda di depannya sekali lagi, sang gadis membungkuk trimakasih, sebelum ia membuka pagar rumahnya. Sebelum tertutup pagar itu terhalangi oleh tangan Kaoru yang menatap akan ragu dirinya.
"I-itu... nnn... apa kita berdua akan bertemu lagi?" Ia berkata. Memerah membalas perkataan-nya ia terbata-bata, mengangguk kecil walau ragu.
Pemuda di depan lalu menghelakan nafasnya lega, sebelum ia tersenyum dan mengecup kening sang gadis yang berakhir ia pamit. Dari kejauhan di mana sang gadis bisa hanya melihat punggung-nya, Kaoru terlihat memiliki aura senang di sekujur tubuhnya.
"Dasar... lelaki bodoh masih sama saja..."
Tersenyum, di bulan Februari indah mendekat dengan arti hari cinta. Langit sore indah oranye menyambut, terlukis oleh awan putih bergradasi indah menemani. Bagaikan sebuah takdir mereka di sangkutkan.
_______
Pada mekar-nya dedaunan, surai pirang pasir itu, datang begitu saja di hari esoknya dengan senyuman lebar. Seperti sebuah anak kecil mengajak teman-nya bermain.
Kegiatan dari jalan-jalan pendek, hanya berdua merasakan kedua hangatan mereka rindukan. Kelembutan dari telapak tangan mereka, amat menghangatkan memori rindu.
Terjalani dalam beberapa waktu, mereka berdua menikmati kebersamaan yang jarang. Ada satu alasan kenapa ia menjadi idol, itu hanya demi [name] sendiri.
[Name] adalah gadis yang ia amat jaga, walau kebodohan miliknya mungkin membuat sang gadis membenci dirinya. Dari hiruk pikuk kota, ramai di kerumuni oleh banyak pekerja, dan siswa. Mengeratkan genggaman manik miliknya ia tatap ke orang di sebelah dirinya.
Tubuh kecil dari gadis itu tertutupi oleh tebal-nya baju, dan ia terlihat seperti tenggelam daru tumpukan baju, itu pun membuat Kaoru terkekeh atas keimutan sang gadis.
Papan-papan iklan begitu mencolok di mata, oleh warna neon mereka menunjukan para produk. Tanggal cinta dikit lagi mendatang.
Di ujung bibir Kaoru, ia tersenyum lebar walau tertutupi oleh sebuah masker. Sang gadis pun bisa meyakinkan anak itu tersenyum sendiri, telah di pastikan bagaimana matanya menyala akan senang.
"Senyuman-mu mengerikan... Hakaze-kun.." Dengan jijik ia menatap lelaki di samping akan sinis. "Ahaha~ benarkah~?"
Tidak begitu memperdulikan, sang gadis lalu mengangkatkan bahunya menunjukan sudah tidak tertarik. Walau ada sedikit semburat merah dari balik masker dirinya.
"Ne... [name]-chan, dikit lagi valentine loh~ kau tidak ingin memberikan sesuatu ke pacar mu ini?" Pacar? Memangnya mereka pacaran? Tentu iya.
Seminggu setelah pertemuan itu, perasaan mutual mereka masih terseksama di dalam. Tersimpan dengan rapat. Walau sering terjadi perselisihan kecil yang amatlah absurd, keegoisan masa SMP oleh kasih sayang membesar untuk kedua kalinya.
"Ngapain beri sesuatu ke, Hakaze-kun... toh cewek mu banyak,"
"Dih... jangan begitu dong~"
"Di hari valentine dirimu ada dua jadwal loh... siang ke variety show, lalu nanti sorenya diadakan live oleh agensi..."
"Ah... itu ya.." Menghelakan nafas pasrah, lelah oleh jadwal yang agak padat, Kaoru lalu menggaruk rambutnya frustrasi. Mereka memang balikan, tetapi masih mencoba untuk mengenal lebih dalam lagi akan tertinggal banyak tahun mereka lewati tanpa keberadaan satu sama lain.
Terkekeh sang gadis lalu tersenyum, dari sinar jatuh ke figur-nya, bagaikan sebuah malaikat jatuh. Dan bagi Kaoru itu sangat ilegal untuk membuat hatinya kacau, "Tenang kok... Kaoru-kun pas dirimu pulang, aku akan seperti seorang istri menunggu suaminya..."
Niatan Kaoru untuk ajak nikah kambuh lagi deh...
Meneguk ludahnya sendiri, ia memejamkan matanya mengulang kata di dalam hati bahwa ini adalah mimpi. Walau aslinya ini adalah kenyataan, dan ia bersyukur atas itu, Semburat merah di pipinya pemuda itu. membuat sang gadis terkekeh geli.
Sedikit jengkel tangan dari pemuda itu mencubit kedua pipi tembab sang gadis. Sakit oleh perbedaan antara kekuatan, si gadis malah menampis tangan si pemuda, dan membalasnya dengan mencubit pipi pemuda itu, walau ia harus agak berjinjit akan beda tinggi.
"[Name]-chan! Sakit!!!"
"Bodo, nyet..."
┈─♡ 2.770 words
by :: Sakuya
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top