┈─𒀭 Lomba Ngelawak

LOMBA NGELAWAK
ft. Chiaki, Izumi, Kaoru
by :: shiahzw

"Woi, cepetan! Lombanya udah mau dimulai!" teriak Chiaki kepada dua temannya, Kaoru dan Izumi.

"Sabar napa, lagian gue ga tertarik sama lomba ini." balas Izumi memasang wajah kesal.

"Kenapa gue juga ikutan lu teriakin?" tanya Kaoru.

"Lu berdua kan udah gue daftarin ikut lomba ini, ya kali gue sendirian doang." jelas Chiaki.

"HAHHHH?!" Sontak Kaoru dan Izumi bersamaan.

"Kemaren gue dah ngasih lembaran kertas kan, itu formulirnya?! Lu berdua ga ngebaca kertas itu?" tanya Chiaki.

"JADI KERTAS KEMAEREN YANG GUE JADIIN PERAHU KERTAS BUAT NGEHIBUR CEWE KAMPUNG SEBELAH, ITU FORMULIR?"

"Lah, kok lu ga bilang-bilang sih kalo nih anak ngasih kertas formulir?!" Protes Izumi pada Kaoru.

"Ya, KAN GUE JUGA GA TAU KALO ITU FORMULIR."

"Terus, ini gimana? Siapa aja pesertanya, biar bisa disogok buat gantiin gue." ucap Izumi.

"Pesertanya cuma kita bertiga, makanya gue daftarin kalian. Kasian mereka udah nyariin peserta tapi kagak ada yang mau, sebagai seorang Hero gue harus bantu walaupun sedikit. Makanya, cepetan yuk ke sana, sebentar lagi mulai." lanjut Chiaki dengan senyum tak berdosanya.

"Sok bijak lu. Ga mau gue." Izumi membalikkan badannya, tetapi dengan cepat ditahan oleh Chiaki. "Kok lu gitu sih?"

"YA SALAH LU JUGA KALI, DAFTARIN ORANG TAPI GA IZIN DULU MANA LOMBA LAWAK, KAGAK BISA GUE. POKOKNYA GUE GA MAU IKUT."

"Jangan gitu dong, Sena." Chiaki mengeluarkan unek-uneknya.

"APAAN LU? Gue tetap ga ikut."

"Sen, gue ada foto—"

"Oke, gue ikut."

"Ha? Beneran? Emang lu tau ini foto siapa? Gue belum selesai ngomong lho."

"Iya tau, gue ikut cepetan dah." balas Izumi.

"YESSS." Chiaki bersorak senang. Tapi, siapa sangka di balik keributan mereka, ternyata Kaoru udah melarikan diri duluan.

"Tunggu, Hakaze mana?" Izumi menoleh ke kanan-kiri. "Dia kabur."

"Buset dah, mau mulai ini lombanya. Lari ke mana tuh anak?"

"Elu sibuknya ama gue aja, dia kabur kan jadinya?!"

"Ish, siapa juga sibuk sama elu, kan gue ngajakin kalian berdua buat ikutan lomba."

"Lu ngeselin banget ya, gue kagak jadi ikutan."

"Tadi lu bilang mau, gimana sih?! Kan gue ada foto terbaru—"

"Oke, ga jadi. Gue ikutan aja, sekarang ayo cari tuh anak."

Chiaki mengangguk. "Mau cari dia ke mana Sen?" tanya Chiaki kemudian.

"Mana gue tau."

"Terus gimana dong?"

"JANGAN TANYA KE GUE, KARENA GUE GA TAU."

"Kok lu ngegas sih?"

Izumi yang hendak membalas, tiba-tiba tertahan karena ada suara khas dari sebuah mikrofon. "Oi, oi, Moricchi, Senacchi."

"Lah? Hakaze udah di sana?" Chiaki dengan cepat menghampiri Kaoru yang bisa-bisanya mengambil alih tempat perlombaan itu. Izumi yang merasa kesal karena ditinggal, kini melepaskan sandal swallow yang dipakai, lalu melemparkannya pada Chiaki.

Buuk!

Pas banget, sesuai yang diinginkan, sandal itu melayang dan mendarat mengenai punggung Chiaki. "Lho, kok gue dilemparin sandal?!" tangis Chiaki, merengek kesakitan.

"GUE UDAH SETUJU BUAT IKUT, LU MALAH NINGGALIN GUE. GA DIAENGGEP BANGET GUE." Izumi mengambil kembali sandal itu, lalu memakainya.

"Yaelah Sen, tinggal nyusul di belakang gue aja susah. Apa perlu ku gendong?" Balas Chiaki masih mengelus punggungnya.

"Engga bodoh!"

"Ya udah, sini! Kita jalan barengan!" Senyum Chiaki.

"LU PIKIR GUE ANAK KECIL?"

"Udah kali, jan ngebacot mulu, kagak jadi dimulai lombanya."

"Elu yang ngajak ribut."

———

"Eh, Hakaze. Kok lu bisa di sini? Gue pikir lu kabur." tanya Chiaki saat sudah berdiri di samping Kaoru.

"Setelah gue liat, ada banyak cewe di sini, gapapa lah kalo ngelawak buat mereka," Kaoru sibuk memperbaiki mikrofon, maklum udah agak jadul, suaranya rada muncul rada engga.

"Halah, paling elu nge gombal." celetuk Izumi. Chiaki yang mendengarnya tertawa menyetujui. Tapi Kaoru ga dengerin semuanya. "Tes tes, satu, dua, tiga. Oke dah beres."

"Eh, mending kita minggir dari sini. Coba lu liat, tuh anak ngambil alih acaranya, panitianya mana coba? Lu mau malu barengan sama dia?" bisik Izumi pada Chiaki. "Bener sih, ya kagak mau lah. Bentar, panitianya ke mana yak? Ini bukan acara lomba ngelawak, tapi gombal cewe kalo si Hakaze yang ngambil alih."

Baru saja dibicarakan, seorang wanita muda berjalan mendekat ke arah Kaoru.

"Wih, se—" Sebelum selesai, Izumi menabok wajah Chiaki. "Sakit Sen, lu suka banget nampol gue, tadi lempar pake sandal, salah gue apa sih Sen?" rengek Chiaki.

"Salah lu terlalu goblok."

"Kan sekarang gue lagi muji orang, kok goblok sih?"

"Yang elu puji itu postur tubuh, ga sopan lu. Lama-lama lu mirip sama si Kaoru."

"Masih mending gue muji cewe, lah elu?"

"Apa maksud lu, hahh? Fix, lu ketularan virus nya."

Di sisi lain...

"Anu..." panggil seorang wanita kepada Kaoru.

"Ah, halo Nona. Apa kau perlu bantuan?"

"Eh? Tidak—"

"Baiklah, kalau begitu aku akan membantumu."

"Tidak, aku—"

Chiaki yang melihat dari jauh, gatau mau ketawa apa nangis. "Bodoh, itu panitianya 😭"

Malu banget punya temen kayak gini, batin Izumi.

"Apa yang perlu ku bantu, nona?" Tanya Kaoru.

"Yah, sebenarnya saya tidak memerlukan bantuan."

"Tidak usah sungkan, katakan saja, akan ku bantu."

"Maaf, saya panitia perlombaan ini." Jelas wanita itu.

"Eh? Nona panitianya? Wah, maaf aku telah mengambil alih. Silakan dimulai Nona!" Kaoru memundurkan tubuhnya dan mempersilahkan wanita itu untuk memulai.

"Bodoh banget sih, bisa-bisanya kayak gitu buat nutupin rasa malu?!" Chiaki gak tau kenapa, malah nangis-nangis liatinnya. Izumi kembali geleng-geleng kepala.

"Baiklah, siang semua. Panas ya? Masih semangat untuk melihat lomba selanjutnya?" Wanita muda itu memulai acara kembali.

Kaoru menghampiri dua sobat-sobatnya.
"Woi, lu kenapa Mor?" tanya Kaoru kaget banget pas liat Chiaki yang tepar sambil ngelap air mata.

"Dia nangis liatin kebodohan lu." jawab Izumi. "HAHH? Lu nangisin kebodohan gue? Gue ga sebodoh itu, Moricchi. Lu lebih bodoh dari gue. Masa pahlawan nangis, cepat bangun! Lu duluan yang mulai lawakannya sana!"

Chiaki bangkit, setelah capek mewek liatin tingkah Kaoru. "Gue duluan yang mulai? Payah kalian."

"..."

Pas banget Chiaki dipanggil sama wanita yang tadi buat mulai lombanya. "Ahahaha, halo semua!!" sapa Chiaki dengan mata sembap. Semua orang tertawa melihat ekspresinya dan menjawab halo juga.

"Gue Hero merah. Salam kenal!!" Chiaki memasang pose andalannya.

"..."

"Gimana ya, aku ga bisa ngelawak, tapi aku bakal ceritain hidupku, semoga aja lucu."

"..."

"Jadi ya, temanku sering banget nanyain cewe, katanya mau minta nomor lah, ini lah, itu lah, maklum keong racun. Yah, aku jawabnya kagak ada, karena emang ga ada cewe yang kukenal, terus dia balesnya 'Elu sih, makanya nyari pacar, biar ga jomblo.'

Aku selalu mikir gini 'Jangankan pacaran, nyambungin ke hotspot temen aja sering diputusin.' Bener ga sih? Dan orangnya sama kayak yang tadi, pelit amat dia cuma bagiin hotspot doang."

"Cuma lu kata? Woi, beli kuota pake duid kali, dipikir gratis apa?!" kata Kaoru dari kejauhan.

"Nah iya, temanku yang lain pernah traktir aku makan bakso, tapi bakso nya panas banget, 'Keliatannya baksonya lagi demam ya?' Gitu kataku ke dia, dan kalian tau dibales gimana? Dilemparin pake sendok ama garpu, terus tukang jualnya malah marah-marah ke aku. Aku salah apa sih? Keknya salah terus di mata dia, pindah ke idung aja kali ya?" lanjut Chiaki.

"Salah lu karena ga berubah, malah makin goblok." Sekarang Izumi yang berkata dari kejauhan.

"Apa cuma aku yang ngerasa, sekarang itu kalau mau curhat ke teman harus pake No Drop, biar curhatannya enggak bocor ke mana-mana. Iya kan? Punya temen yang sangat kupercaya, malah nyebarin rahasiaku, katanya ga sengaja keceplosan. Hadeh, udah kayak emak-emak gosip pas beli sayur pagi-pagi, mulutnya kek ember. Terus gayanya oke banget, eh taunya cuma beli tempe.

Dan kita tuh hidup di masa kalau salah kena marah, pas bener dibilang tumben. Kek berasa dianggep bodoh ga sih? Padahal aku ga bodoh-bodoh amat. Sudahlah pren, sepertinya aku emang ga bisa ngelawak, dari tadi kuliatin kalian diem doang.

Ingatlah pren ini pesanku, jomblo tidak perlu malu, jomblo bukan berarti tidak laku, tapi memang karena tidak ada yang mau. Dan madu ada di tangan kananmu, racun di tangan kirimu, jodoh tetap di tangan Tuhan. Sekian terima kasih." Chiaki berjalan meninggalkan tempat itu.

Kaoru dan Izumi tertawa menyambut kedatangan Chiaki yang menghampiri mereka. "Lu curhat bro?" tanya mereka bersamaan.

"Udah dibilangin gue kagak bisa ngelawak, coba aja lu berdua sono."

Kaoru masih tertawa. "Awalnya gue kesel banget ama lu, tapi tiba-tiba jadi ngakak karena ga ada yang ketawa."

"Lu ngetawain gue juga karena itu?" Chiaki berjongkok di samping Izumi yang duduk di kursi.

"Awas keluar." kata Izumi.

"Ga lucu." balas Chiaki.

"Sen, ngelawak berdua yuk! Biarin dia yang ngejomblo." tawa Kaoru. Izumi mengiyakan saja, daripada sendirian, entar yang ada kayak Chiaki, begitulah yang di pikirkannya.

'Kok gue yang dikucilkan? Hakaze kan mainnya sama gue, kok sekarang sama Sena? Mereka punya hubungan di belakang gue? Miris amat sih gue. Hakaze, gue di mata lu kayak butiran rinso anti noda ya, sekali kucek langsung hilang.' Curhatan hati Chiaki.

"Jangan nangis Moricchi, gue ngelawak dulu sama Sena." kata Kaoru menepuk pundak Chiaki.

Chiaki bi like: ಥ╭╮ಥ

"Kalian tau? Aku selalu ketagihan sama perasaan saat aku terus memikirkannya." Kaoru membuka awalan.

"Cintaku padanya seperti utang. Awalnya kecil, didiemin, tau-tau gede sendiri." tambah Izumi.

"Lu punya utang, Sen?" tanya Kaoru.

"Ya kagak lah, gue punya duid sendiri. Itu cuma perumpamaan doang."

"Oke."

"..."

"Kamu suka kopi nggak? Aku sih suka. Tau kenapa alesannya? Kopi itu ibarat kamu, pahit sih tapi bikin candu jadi pingin terus."

"Berarti dia pahit ga manis." balas Izumi.

"Bukan gitu Sen, kan ada kopi yang manis."

"Tadi lu bilang pahit."

"Ganggu lu Sen, diem aja napa?! Entar giliran lu juga ada kok, kan gantian."

"Ya udah oke. Jodoh memang enggak kemana, tapi saingannya ada di mana-mana."

"Emangnya lu punya saingan?" tanya Kaoru.

"Punya lah."

"Siap yang ngejar dia?"

"Cewe-cewe."

"..."

'Mereka ngapain?' batin Chiaki.

Dan akhirnya, selama setengah jam, Kaoru dan Izumi cuma ngomong kayak gitu, sampai-sampai orang yang duduk di bangku kursi penonton, banyak yang pergi, bahkan ada juga yang molor sampe jatuh.

Lho panitianya mana? Dia udah bilang kalau waktunya selesai, tapi Kaoru sama Izumi nolak sambil ngegas dan mereka juga malah ribut.

"Lu berdua!" Panggil Chiaki.

"APAAN?" Sahut mereka bersamaan.

"WAKTUNYA UDAH SELESE DARI TADI."

"KOK LU GA BILANG-BILANG?"

"KAN PANITIANYA UDAH INGETIN, LU BERDUA MALAH ASIK RIBUT."

Kaoru dan Izumi mundur dan menghampiri Chiaki. "Bodo, malu banget gue. Harusnya dari awal gue kagak usah ikut." kata Izumi.

"Lagian, lu tiba-tiba aja mau ikutan, cuma gegara foto." balas Chiaki.

"Emang lu kasih dia foto? Foto apaan?" tanya Kaoru. Chiaki menjawab, "Belum gue kasih dan ini cuma foto biasa."

"Cuma foto biasa? Maksud lu? Itu foto penting." tanya Izumi.

Chiaki merogoh sakunya dan mengeluarkan secarik kertas foto. "Cuma ini, gue pikir Sena ga bakal seneng sama foto ini, tapi ternyata dia mau, bahkan relain buat ikut." Chiaki menyeka hidungnya yang basah, ia menunjukkan sebuah foto mereka bertiga, itu dipotret saat liburan beberapa bulan kemarin.

"Lho, foto kita bertiga? Jadi lu anggap kita penting, Sen? Kenapa lu kagak bilang dari dulu, bawaannya lu kayak males sama kita." Kaoru ikutan mewek dan meraih foto itu.

"Bukan."

'....GUE KIRA ITU FOTONYA YUU-KUN, MAKANYA GUE MAU, TERNYATA FOTO BERTIGA? AMBIL AJA DAH, GUE GA MAU.'

Begitu lah, pada akhirnya. Dan lomba lawakan yang ga jelas pake banget itu, Chiaki yang menang. Hadiahnya ga usah ditanya lah.

"Gue menang, mau traktir ga? Mumpung baik nih dan duid gue lagi ada."

"Mor, lu kayaknya ngikut lomba ini gegara panitianya kan?" sahut Izumi.

"Kok gitu Sen? Gu—"

"Moricchi, traktir gue makan bakso yuk! Di tempat biasa."

"Lu mau gue traktir?" tanya Chiaki dengan mata berbinar.

"Makan itu enak Mor, apalagi kalau ditraktir sama elu, ya mau lah gue. Lu napa seneng banget kayak gitu?" Kaoru ganti bertanya heran.

"Gapapa, gue pikir lu dah bosen temenan ama gue, ayok Hakaze, kita makan bareng." Chiaki yang saking senangnya menarik lengan Kaoru dan meninggalkan Izumi begitu saja.

"KAN. GA DIANGGEP LAGI GUE." kesal Izumi.

"Hampir lupa hahaha! Sen, hayuk ikutan."

"Mor, lu tau juga akhirnya, kalo gue tuh pengen diajak. Laper banget gue."

"Bilang aja mau makan apa, biar gue traktir, lu juga Hakaze. Mumpung dapet ini." Chiaki memegang amplop hadiahnya tadi.

"Oke Mor, lu emang temen baik kita, dapet duid bagi-bagi buat makan bareng."

"Iya dong." Chiaki berujar sambil tersenyum, 'Gini amat mereka, kalo gue lagi ada duid, awas aja kalo besok-besok gue minta ditraktir kagak dikasih.' batin Chiaki kemudian.

Pas mau bayar makanan Chiaki buka amplopnya, ternyata cuma 50 ribu. Kirain 500 ribu—jadinya cukup buat bayar, ujung-ujungnya duit di dompetnya yang kepake. Chiaki hanya bisa tersenyum miris, sedangkan Kaoru dan Izumi sibuk mencari tempat selanjutnya buat minta traktiran dari Chiaki yang udah janji tadi.

"Habis ini kalo kalian mau gue traktir lagi, bilang aja di mana. Gue baik banget kan, hari ini?"

"Beneran?"

"Iyak, lu berdua mau gue beliin apa, tapi jan terlalu mahal."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top