➤ ⧼Memory Log #1: The Memory of Their World⧽
.
.
.
.
.
⸻
[Memory Log #1]
[Currently checking the memory to be displayed.]
[Please, wait a moment. There's an error regarding some part of the memory.]
[Because the owner is still unconscious, some part of the memory will not appear.]
[Please note that the owner of this memory will be affected by this process.]
⸻
⧼YOU DIED⧽
Kalimat itu terpampang jelas di layar ponselnya dan untuk yang kesekian kalinya, ia menghela napas berat. Melihat bahwa dia gagal lagi, padahal hanya ingin mengumpulkan material untuk para karakternya, [Name] menutup aplikasi tersebut lalu berdiri dari tempat duduknya. Ia melangkahkan kakinya keluar dari kedai kopi yang menjadi tempatnya bersantai selama dua jam ini.
Angin musim dingin menerpa wajahnya dengan instan ketika ia keluar dari kedai kopi tersebut. Matanya melirik kiri dan kanan sebelum akhirnya melihat pada jam tangan yang bertengger di tangan kirinya. Setelah memastikan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat, ia melangkahkan kakinya menuju stasiun bawah tanah.
Bertepatan dengan dirinya yang sampai, seseorang keluar dari sana dan ekspresinya dengan jelas mencerah. Ia mengangkat tangannya dan melambai, meneriakkan nama orang tersebut sambil tersenyum.
"■■■■■!"
Orang yang dia panggil, seorang laki-laki, mendongak dan mengulas senyum lembut ketika melihatnya. Ia melangkah lebar dan ketika sampai dihadapan si gadis, ia menangkup wajah tersebut dan mendaratkan sebuah kecupan ringan pada kening.
"Halo, [Name]. Senang melihatmu bisa menjemputku disini."
[Name] semakin melebarkan senyumnya dan kemudian melingkarkan lengannya pada tubuh laki-laki itu, "■■■■■, aku senang bisa menjemputmu!" katanya sambil mendongak, "apa kau sudah makan? Kau lapar? Ayo kita beli makanan!"
Laki-laki itu mengulas senyum dan menepuk pucuk kepala [Name], merangkul gadis itu dan berjalan meninggalkan stasiun bawah tanah. Selama perjalanan menuju tempat makan yang bisa laki-laki itu dengar hanyalah suara manis [Name] yang sedang memberitahukannya semua hal yang dia lakukan.
Matanya tidak pernah beralih dari [Name]. Ia memandang dengan serakah semua ekspresi yang terlihat pada wajah cantik gadis ini. Ekspresinya melembut dan sorot matanya penuh dengan afeksi, lantas mengikuti keinginannya, ia menunduk dan mengecup pipi [Name].
Yang dikecup pipinya menoleh dengan semburat tipis yang membuatnya kelihatan lebih manis. Matanya memandang tanya, "Kenapa aku dicium? Itu hadiah untuk apa?"
Laki-laki itu tertawa pelan, mengelus surai hitam yang dikepang dua itu, "Hadiah karena kau terlalu cantik."
[Name] melebarkan matanya, menampilkan cahaya yang membuat matanya menjadi semakin cantik. Lantas, melihat bagaimana mata itu memiliki cahayanya, ia tersenyum manis.
"Ayo, bicara lebih banyak. Kita masih punya banyak waktu."
[Name] mengangguk dan kembali berbicara selama perjalanan mereka. Laki-laki itu sesekali tertawa dan mengelus surai hitam [Name], selalu memperhatikan gadis itu dengan penuh afeksi seolah dunianya adalah gadis itu.
Benar, dunianya adalah gadis ini. Semua memorinya adalah tentang gadis ini.
Memori-memori itu juga adalah dunianya.
Dunia mereka.
.
.
.
.
.
⧼You have failed. Punishment will be given in a moment.⧽
Perasaannya membuncah dalam ketakutan. Kelopak mata yang terasa berat itu dipaksa untuk terus terbuka, untuk terus memandang pada laki-laki yang sudah hampir tidak bernyawa pada jarak 200 meter darinya. Darah yang terus mengalir dari kepalanya, mengotori baju kasual yang ia pakai, juga menghalangi pandangannya sama sekali tidak digubris olehnya.
Atensinya hanya berada pada laki-laki yang tengah meregang nyawa disana dan isi kepalanya adalah bagaimana dia bisa sampai di sana tanpa harus mati ditengah jalan.
⧼Punishment will be given within⸺⧽
Ia melarikan dirinya dari posisi, memaksa kakinya untuk berlari mendekat pada laki-laki itu. Mengabaikan segala rasa sakit yang tubuhnya rasakan, mata cantiknya memiliki refleksi penuh ketakutan dan horor, hanya terfokus pada laki-laki itu. Suaranya tertahan, ia tidak bisa meneriakkan nama laki-laki itu⸺dia yakin, jika dia berteriak maka ia akan mendengar; namun suaranya tidak bisa keluar.
Ayo, teriakkan namanya.
Kakinya terus melangkah lebih cepat dari yang bisa dia bayangkan, namun semakin cepat ia melangkah, laki-laki itu terasa semakin jauh.
Ayo, [Name]. Teriakkan namanya.
⧼3⧽
Ia menggertakkan giginya, semakin mengabaikan rasa sakit yang membatasi pergerakannya. Air mata kini telah menumpuk di pelupuk matanya, perasaannya kini tidak hanya membuncah dalam ketakutan dan horor⸺rasanya sakit dan panas, seolah nyawanya ditarik seiring dia melangkah.
⧼2⧽
Air matanya jatuh, napasnya dibatasi oleh perasaan yang membuncah dalam hatinya. Matanya masih fokus ke sana, ke arah laki-laki yang mungkin saja sudah kehilangan nyawanya selagi ia melangkah.
Kapan terakhir kali dia menangis?
Apakah momen seperti ini juga pernah terjadi dalam hidupnya?
"■■■■■!"
Ini mengerikan, pikirnya. Ini mengerikan, bagaimana pada menit-menit sebelumnya, dia dan laki-laki itu masih bisa berbincang bebas di dalam kereta, membahas banyak hal, bahkan tentang bintang-bintang yang merupakan kesukaannya selama ia hidup di dunia ini. Semua skenario membahagiakan yang ia pikirkan selama berbincang dengan laki-laki itu hilang detik dimana malapetaka ini menghantam mereka.
"■■■■■!"
Lagi, namanya diteriakkan oleh [Name]. Ia berharap bahwa laki-laki itu masih memiliki kesadarannya untuk mendengar panggilan putus asa itu.
Namun, untuk kekecewaannya, laki-laki itu tidak bergerak sama sekali. [Name] merasakan hatinya jatuh pada kemungkinan yang bisa saja terjadi, atau bahkan sudah terjadi, dihadapannya.
⧼1⧽
"■■■■■!"
⧼The punishment will be given now.⧽
Matanya melebar ketika merasakan sesuatu menusuk jantungnya dan ketika melihat sesuatu yang lain menusuk laki-laki itu dari bawah kereta.
Sedikit lagi, ia hanya berjarak beberapa langkah dari laki-laki itu. [Name] sudah bisa menggapainya, namun sistem dan sesuatu ini lebih cepat dari yang bisa ia kira.
"■■■■■...."
Kelopak matanya yang sudah terlalu berat kini tidak bisa ditahan untuk tidak tertutup. Cahaya pada matanya meredup selagi ia mengulurkan tangannya pada laki-laki yang hanya berjarak beberapa langkah darinya.
Bahkan hingga ia mengembuskan napas terakhirnya, hanya laki-laki itu yang memenuhi pandangannya. Hanya laki-laki itu yang menjadi fokusnya⸺air matanya jatuh untuk yang kesekian kalinya ketika ia, untuk terakhir kali, memandang pada laki-laki itu.
.
.
.
.
.
❝My dearest, ■■■■■,
please forgive me.❞
❝Like petals of light
fallen from the moon.❞
.
.
.
.
.
tbc! ini filler chapter yang juga, mungkin, bakalan ada sangkut pautnya sama main storyline. dan disclaimer, aku gak bisa bikin romance atau momen-momen yang bikin kena, jadi aku bikin sebisa aku aja.
dan catatan, aku nggak bisa nulis beberapa part cerita ini dengan bahasa indonesia, karena beberapa part itu, menurut aku, lebih bagus ditulis dalam bahasa inggris dan aku lebih nyaman kayak gitu. jadi, aku nggak akan ganti bahasa inggris di cerita ini dengan bahasa indonesia.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top