┊ 004.1. Shadow Keeper
.
.
.
.
.
[K-Kalau begitu, aku akan membiarkan kalian untuk menyelesaikan ini.]
Setelah mengatakan hal tersebut, dokkaebi itu menghilang, meninggalkan orang-orang stasiun Gumho dalam kepanikan. Food Penalty dan survival penalty adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi oleh siapapun, kecuali Dokja dan [Name]. Tapi dibandingkan dengan Dokja yang hanya tahu tentang food penalty, [Name] sudah tahu bahwa akan ada survival penalti.
"Dokja-ssi, apa mungkin kau tahu bahwa ini akan ter⸺"
"Aku hanya menebak karena para dokkaebi pasti akan melakukan segala hal agar kita sengsara."
"Kau benar-benar ahli dalam menebak hal seperti ini, ya?"
Mengabaikan kalimat Heewon, Dokja memanggil Hyunsung dan yang lain. Karena situasinya sudah menjadi seperti ini, sudah saatnya mereka semua bergerak.
Sebagian besar orang-orang dari Grup Terasingkan menangis. Bahkan Cheon Inho dan anak buahnya pun merasa dipermainkan karena mereka sama sekali tidak memprediksi hal seperti ini akan terjadi. Dalam kekacauan seperti itu, Dokja bertemu pandang dengan Cheon Inho yang tengah dilanda kepanikan akan situasi ini.
[Mungkin... kau sadar bahwa hal seperti ini akan terjadi? Tidak, itu tidak mungkin.]
Cheon Inho sudah jelas akan berpikir seperti itu dan Dokja menebaknya dengan tepat.
[You have accurately read the thoughts of character 'Cheon Inho'.]
[Your understanding of the character 'Cheon Inho' has increased.]
"Dokja, sekarang kita harus apa?"
Laki-laki itu menoleh, mendapati [Name] yang tengah memandanginya sambil memegang lengan bajunya. Ia tersenyum tipis, sambil mengelus surai hitam tersebut, "Tentu saja berburu makanan."
"Jadi, kita harus ikut mereka juga? Diatas pasti masih banyak makanan yang tersisa."
Dokja menggeleng sambil memproses untuk merangkul [Name], mengelus surai hitam perempuan itu dan menjawab, "Tidak. Kita tidak akan pergi ke atas. Itu sama saja dengan bunuh diri," katanya sambil melirik beberapa masker gas yang tergeletak di lantai⸺masker gas itu tidak akan bisa menahan udara beracun diluar sana.
"Tapi, jika tidak seperti itu, darimana kita akan mendapatkan makanan?"
"Hyunsung-ssi, dunia kan sudah berubah, tentu saja makanannya juga harus berubah."
Atas pernyataan itu, mata mereka melebar sembari Dokja berbalik untuk melihat lorong menuju Stasiun Yaksu. [Name] tidak perlu bertanya lagi karena semuanya sudah jelas, mereka akan berburu dibawah tanah, karena di lorong-lorong itu memiliki terlalu banyak tikus tanah yang bisa diburu.
Di dunia yang hancur ini, rantai makanan dimana manusia sebagai predator utama juga sudah hancur. Tapi meskipun begitu, manusia juga tidak akan serta-merta menjadi buruan.
"Kita akan berburu disana."
Setelah beberapa saat, orang-orang dari Grup Utama maupun Grup Terasingkan berkumpul, sementara Dokja dan yang lain sudah berdiri di depan lorong rel kereta menuju Stasiun Yaksu.
"Ah, jadi kalian memutuskan untuk masuk ke sana?" Cheon Inho bertanya, Dokja mengangguk menjawab pertanyaan itu.
Dokja pikir, Cheon Inho akan membujuk mereka ketika dia dan yang lain menolak untuk ikut grup scout, tapi dia kelihatan lega melihat Dokja dan yang lain tidak ikut grup scout tersebut. Dia mungkin berpikir bahwa Dokja dan yang lain adalah ancaman untuk kekuatan yang sudah dia kumpulkan selama ini.
"Semoga kalian kembali dengan selamat."
Dokja hampir saja mendengus ketika dia mendengar Cheon Inho berbicara seperti itu, 'Lucu sekali,' pikirnya. Orang itu berbicara seolah dia peduli dengan Dokja dan yang lain.
[Your understanding of the character 'Cheon Inho' has increased.]
[Your understanding of the character 'Cheon Inho' has reached a certain level.]
'Ah, ternyata begitu,' Dokja melirik pada Cheon Inho. Dia sekarang mengerti; ada dua alasan yang menjadi pemicu pemahamannya terhadap satu karakter.
Yang pertama adalah ketika dia mendapatkan kepercayaan dari karakter tersebut. Lalu, yang kedua adalah ketika dia menebak dengan benar apa yang sedang karakter tersebut pikirkan. Mungkin apa yang terjadi pada Cheon Inho sekarang adalah alasan yang kedua.
[The character 'Cheon Inho' is suspicious of you.]
"Kalau begitu, Dokja-ssi," Cheon Inho mengulas senyum tipis, "bisakah salah satu dari anggotaku bergabung denganmu? Aku ingin mendapatkan beberapa informasi juga untuk hal ini."
Tentu saja, Cheon Inho tidak akan melepaskan mereka dengan mudah. Dokja memandangi pria yang ada dibelakang Cheon Inho, 'Tentu saja dia akan mengirimkan orang ini sebagai mata-mata.'
"A-Aku harus pergi dengan mereka?"
"Tentu saja, Han hyung. Bukannya kau ingin berbaikan dengan Dokja-ssi kemarin malam?"
"I-Itu...."
Anggota grup Cheon Inho yang akan bergabung dengan mereka adalah Kepala Departemen Han Myungoh.
"D-Dokja-ssi, jika kau tidak keberatan, aku akan ikut dengan kalian."
"Tentu. Ayo kita pergi."
Han Myungoh terkejut ketika Dokja memberikan respon seolah dia benar-benar sudah siap akan situasi ini. Dia pikir Dokja akan menolak, melihat bagaimana Hyunsung yang memasang ekspresi khawatir. Tapi, Dokja memiliki rencana lain.
"Apa aku bisa ikut juga?"
"Tubuhmu belum sepenuhnya pulih. Apa tidak bahaya?"
"Hanya seperti ini tidak akan jadi masalah."
Selain enam orang yang selamat dari gerbong 3807 saat itu, kini ada Jung Heewon yang menjadi orang ketujuh di dalam grup ini. Terlalu besar untuk disebut sebagai grup dengan jumlah anggota yang kecil.
[A new sub scenario has arrived!]
⸻ ⸭ ⸻
[Second Scenario - Food Acquisition]
Category: Sub
Difficulty: E
Clear Conditions: Directly hunt the monsters that can be used as food and cook them.
Time Limit: None
Compensation: 500 coins
Failure: ???
⸻ ⸭ ⸻
Tepat setelah mereka menginjakkan kaki di terowongan jalur kereta itu, sebuah sub-skenario muncul.
Perolehan makanan; adalah sub-skenario yang harus mereka lewati sebelum mereka bisa berpartisipasi di skenario utama yang kedua.
[A few constellations are anticipating your performance.]
Gelapnya terowongan jalur kereta itu benar-benar terlihat bahkan sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh. Lantas, Dokja menyalakan sentar yang ia bawa, namun hal itu juga tidak banyak mengubah situasinya; sebagian besar tempat sekitar mereka sama sekali tidak kelihatan.
Itu adalah bukti dari sebuah pembatas yang menghalangi cahaya. Hal sebenarnya yang akan mereka hadapi ada di balik pembatas itu.
"Dokja-ssi, tunggu sebentar. Ini akan benar-benar bahaya dari sini."
Heewon yang berjalan di sebelah Dokja adalah yang berhenti lebih dulu.
"Apa kita sungguhan akan melewati jalan ini? Bagaimanapun aku melihatnya, ini kelihatan seperti bunuh diri. Disini juga ada Gilyoung."
"Sebenarnya, aku khawatir sejak awal. Karena belum terlambat, bagaimana jika Gilyoung tetap berada di stasiun? Dan jika bisa, para perempuan⸺"
"Hyunsung-ssi, aku memang tidak sehebat dirimu, tapi aku bisa melindungi diriku sendiri. Aku pernah ikut kelas Kendo."
"Tapi⸺"
Dokja menghela napas pelan dan menginterupsi mereka melihat jika ini terus berlanjut, maka hal ini tidak akan berakhir hanya dengan adu mulut.
"Hyunsung-ssi, aku sudah bilang sebelumnya bahwa dunia sudah berubah. Meskipun perempuan memang lemah secara fisik, namun sekarang mereka dan yang lain bisa jadi lebih kuat dengan menaikkan status mereka. Tapi Heewon-ssi, kata-katamu juga bermasalah."
"...apa?"
"Sama seperti perempuan yang bisa jadi lebih kuat, anak-anak juga seperti itu. Gilyoung, tunjukkan pada mereka."
Gilyoung melangkah maju dan melihat sekelilingnya selama beberapa saat, sebelum akhirnya ia berjongkok dan meletakkan tangannya di lantai terowongan itu. Heewon melebarkan matanya ketika ia melihat sesuatu yang muncul.
"Ya tuhan, itu kecoak?"
"K-Kecoak?!"
Kecoak yang muncul dari kejauhan terhubung dengan jemari Gilyoung melalui sebuah benang tipis. Kecoak-kecoak itu mendengarkan kalimat Gilyoung seperti anjing penurut dan menghilang dalam kegelapan.
"Atributku adalah Insect Collector."
Insect Collector; adalah atribut langka yang dimiliki oleh Gilyoung, yang membuatnya mampu untuk berkomunikasi dengan serangga-serangga melalui skill 'Diverse Communication' miliknya.
"Tidak ada apa-apa dalam 100 langkah ke depan."
Gilyoung menunjukkan kemampuannya yang luar biasa dan membuat yang lain terpaku sejenak. [Name] mengangguk dengan senyum tipis, merasa bangga bahwa Gilyoung mampu menggunakan kemampuannya hingga seperti ini.
"Terima kasih atas kekhawatiran kalian. Tapi aku tidak mengikuti kalian hanya untuk menjadi beban," ia menoleh pada [Name] dan meraih tangan perempuan itu untuk di genggam. Lagipula, aku harus menjadi kuat untuk bisa melindungi noona.
"Ah, ya."
Atribut Gilyoung adalah atribut yang belum dimunculkan di TWSA dan menyelamatkan Gilyoung bukanlah pilihan yang salah sejak awal.
Setelah insiden itu, mereka akhirnya melewati pembatas tak kasat mata dan memasuki area yang penuh dengan kegelapan.
[You have entered a dangerous area.]
"Y-Yoo Sangah-ssi. Ini berbahaya, peganglah tanganku."
"...bukannya kau yang lebih ketakutan daripada aku?"
"T-Tidak!"
Udara di dalam pembatas itu benar-benar tidak nyaman dan [Name] sudah bisa mencium aroma busuk dari sana.
"Redupkan lampunya."
Sangah dengan segera menurunkan sentar yang dia bawa, mengarahkan ke bawah dan dengan instan menyinari mayat-mayat yang ada disana. Heewon membekap mulutnya ketika matanya melihat mayat-mayat yang berserakan di sana⸺dengan instan, ia merasa mual.
Sangah menutup matanya kuat-kuat melihat hal itu, bahkan Hyunsung saja juga sudah tidak nyaman melihatnya.
Sementara Gilyoung, anak laki-laki itu, mengejutkannya, begitu tenang tanpa sedikitpun kelihatan ketakutan. Dokja khawatir melihat situasi tersebut, dia bepikir, apa anak ini mengira bahwa ini semua adalah permainan? Lalu, ia menoleh pada [Name]⸺fokus perempuan itu hanya tertuju pada Gilyoung.
"Mayat-mayat ini tidak semuanya manusia," kata Gilyoung.
Dokja melirik pada mayat-mayat yang berserakan di bawah. Seperti yang Gilyoung katakan, mayat-mayat itu tidak semuanya manusia. Ada mayat-mayat lain yang ukurannya seperti serigala dewasa dan berbentuk seperti tubuh tikus, berserakan di sana.
Makhluk bawah tanah kelas 9; Tikus Tanah. Itu adalah nama hama yang ada di bumi, tapi itu hanyalah sebuah nama. Makhluk-makhluk itu adalah piranha bawah tanah. Tikus tanah adalah para pemburu gigih yang menggali tanah secara berkelompok dan memburu mangsanya.
Namun, melihat bagaimana mereka mati, para tikus tanah ini seperti terkena pemboman massal.
Heewon menghela napas, "Siapa yang melakukan ini? Apa dia orang gila?"
Tentu saja, hanya ada satu orang yang bisa membunuh para tikus tanah seperti ini.
Yoo Jonghyuk, dia melanjutkan perjalanannya menuju stasiun berikutnya melalui jalan ini sendirian.
Namun, Dokja menjadi penasaran. Seharusnya, kejadian ini terjadi malam ini atau besok, ketika Jonghyuk putaran ketiga berpindah ke stasiun selanjutnya.
Kenapa dia menjadi begitu tergesa-gesa? Apa dia menjadi tidak sabar? Apa alasannya?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar dalam kepalanya, sampai Sangah memanggilnya.
"Dokja-ssi, apakah daging mereka bisa kita jadikan makanan?"
Dokja menggeleng, "Skenario ini mengatakan bahwa kita harus memburu mereka, jadi kemungkinan daging mereka tidak bisa kita jadikan makanan."
"Ini agak tidak nyaman, sih. Lalu, bagaimana kita memasaknya? Apa kau ingin membakarnya diatas api?"
Daging-daging itu bisa dibakar. Yang jadi masalah adalah, api yang dipakai harus api khusus.
"Heewon-ssi, kau bilang kau ahli dalam kendo, kan?"
"Uh, berlebihan sekali kalau bilang aku ahli, tapi apa yang sedang kau lakukan sekarang?"
Dokja menusuk tubuh dari salah satu tikus tanah dan mulai memotong serta mengulitinya dengan pisau. Dokja tidak tahu banyak karena informasi yang ada di dalam novel juga terbatas, dan karena hal itu, dia jadi kesulitan untuk mengulitinya.
Setelah menguliti semua daging dan kulit keras tikus tanah, Dokja berhasil mendapatkan tulang-tulangnya. Karena ini adalah pertama kalinya Dokja melakukan hal ini, hasilnya juga tidak terlalu bagus, tapi tulang-tulang itu masih sangat bisa untuk digunakan.
"Kenapa kau mengambil tulangnya?"
"Kau perlu senjata untuk kendo."
Duri babi batu itu tidak cukup, tapi tulang belakang tikus tanah terdiri dari satu tulang, menjadikannya senjata yang cukup bagus di awal skenario.
Setelah tulang rawan yang menuju ke kaki dipotong dan dibentuk, tulang itu benar-benar berbentuk pisau. Lantas, Dokja memberikannya pada Heewon.
"Terima kasih. Rasanya seperti aku kembali ke zaman Paleolitikum."
"Kau masih harus mengasahnya sedikit lagi supaya bisa digunakan sepenuhnya. Ada batu-batu yang bisa kau gunakan untuk mengasah senjata itu."
"Aku mengerti, kapten."
Heewon dengan segera mengasah tulang itu disekitar dengan bersemangat. Dokja kemudian menoleh dan menemukan Hyunsung yang memperhatikan Heewon dengan sedikit rasa iri.
"Kau juga mau?"
"Kau akan membuatkan senjata untukku juga?"
Dokja menghela napas pelan, "Kalian semua, mendekatlah. Lebih baik jika kalian belajar membuatnya. Ayo kita lakukan ini bersama."
Faktanya, ini juga adalah pertama kalinya untuk Dokja. Tentu saja, dia tidak akan bisa melakukannya jika dia tidak membaca TWSA.
Jadi, kenapa TWSA tidak populer? Simpel saja; penulisnya terlalu detail dalam menulis TWSA.
"Dokja-ssi, kau pemula, tapi kelihatannya sangat ahli dalam hal ini."
Mereka duduk disana dan membuat senjata bersama. Kali ini, senjata yang mereka buat adalah tombak. Karena mereka tidak memiliki keahlian dalam kendo, Dokja memutuskan untuk membuat tombak panjang, karena senjata itu akan lebih mudah digunakan untuk mereka.
Tombak milik Hyunsung dibuat dari tulang punggung tikus tanah yang paling besar, sementara senjata milik Sangah dan Myungoh dibuat dari tulang punggung tikus tanah biasa. Dan untuk senjata milik Gilyoung; Dokja memutuskan untuk membuatkannya senjata dari tulang kepala tikus tanah muda.
[You have succeded in acquiring weapons by yourself.]
[A very small number of constellations are interested in the primitive nature of humanity.]
[The constellations have sponsored you 100 coins.]
Semuanya menerima pesan tersebut dan Dokja menghela napas pelan sambil memandangi sebuah tombak panjang yang baru saja selesai dia buat. Ia menoleh pada [Name] dan menemukan perempuan itu masih fokus terhadap Gilyoung yang kelihatan begitu antusias dengan senjata barunya.
Lalu, perlahan, ia menarik lengan kemeja [Name] untuk mendapatkan perhatian perempuan itu. [Name] menoleh dengan sorot tanya, kemudian ia melirik tombak panjang yang baru selesai Dokja buat. Laki-laki itu memberikan tombak panjang tersebut padanya.
"Kau perlu senjata untuk bertahan hidup."
[Name] ragu untuk menerimanya, karena seumur hidupnya, ia tidak pernah memegang senjata dalam bentuk apapun. Dokja yang melihat itu menarik tangan [Name] dan meletakkan senjata itu di sana.
Dan tepat setelah senjata itu membuat kontak dengan tangan [Name], beberapa memori yang terdistorsi memasuki kepalanya. Rasanya sakit dan kepalanya berdenyut hebat; sebagian besar memori yang masuk adalah tentang senjata dan bagaimana dia dengan ahli menggunakan.
Namun, selain hal itu, semuanya terdistorsi⸺[Name] tidak bisa melihat wajahnya sendiri dan kondisi disekitarnya. Yang dia tahu adalah, 'dia' di dalam memori itu begitu ahli dalam menggunakan senjata.
"[Name]!" Dokja mencengkeram bahu perempuan itu ketika dia melihat ekspresi pucat tersebut, "kau baik-baik saja? Apa memegang sesuatu seperti ini membawa memori buruk?"
[Name] tidak bisa menjawab pertanyaan itu, karena apa yang dia lihat di memori itu begitu terdistorsi dan dia yakin bahwa itu bukanlah memori yang baik.
"Aku baik-baik saja," jawabnya dengan senyum tipis sambil mencengkeram senjata tersebut, "suasana disini membuatku sedikit tidak nyaman."
Namun, Dokja bukan orang yang bisa dibodohi, "Sungguh? Hanya karena suasana disini? Bukan karena memori buruk atau yang lain?"
Ia mengangguk dan menggenggam tangan Dokja, "Aku serius. Semuanya hanya karena suasana disini."
"Tidak ada hal yang serius, Dokja."
Melihat bahwa [Name] tidak berbohong, Dokja akhirnya menghela napas dan menangkup wajah perempuan itu, "Kau kelihatan pucat. Bilang padaku jika terjadi sesuatu."
"Kau mengerti?"
[Name] mengangguk, "Aku mengerti."
[Bagaimana memorinya, [Name]?]
'Tolong beritahu aku terlebih dulu jika memori seperti itu akan muncul lagi.'
Joesu diseberang sana memandangi layarnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Melihat bagaimana [Name] tidak memberikan reaksi yang dia inginkan membuatnya sedikit kecewa.
"Aku pikir, kau akan memberikan reaksi yang menarik," paparnya pelan, matanya menyorot intens pada wajah [Name] yang terpampang dilayarnya.
Kemudian, sebuah senyum licik terulas di bibirnya, "Jika aku menyentuh protagonis yang sangat kau cintai itu⸺"
"⸺apa kau akan memberikan reaksi menarik itu seperti yang sudah-sudah?"
[Aku sedikit kecewa karena reaksimu tidak seperti yang aku harapkan.]
[Name] memiringkan kepalanya, 'Maaf.'
[Tapi itu bukan masalah. Kita masih punya banyak waktu, kan, [Name]?]
Tubuhnya meremang ketika melihat kalimat itu dan tanpa sadar, ia beringsut mendekat pada Dokja dan mencengkeram lengan laki-laki itu dengan erat. Dokja melirik sebentar dan mengulas senyum tipis, lalu mengelus tangan [Name] dengan lembut, sebelum akhirnya ia menoleh pada yang lain.
"Kalian masih punya koin, kan? Aku tidak ingin kalian mati disini."
Semuanya mengangguk, "Jika memungkinkan, sisakan koin yang cukup untuk biaya bertahan hidup dan pakai sisanya untuk meningkatkan kekuatan, stamina, dan kelincahan. Kalau tidak, kalian tidak akan bisa bertahan hidup."
Mereka mengangguk mendengar hal tersebut dari Dokja. Lalu, ia menoleh pada [Name], menyentuh wajah perempuan itu dan mendongakkannya, "Itu juga berlaku untukmu, [Name]."
"Jangan mati tanpa seizinku."
"Aku mengerti."
Setelah mereka selesai dengan senjata dan persiapan lainnya, mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka. 100 langkah yang Gilyoung katakan sekarang sudah ada dihadapan mereka.
[The sub scenario ⸺ Food Acquisition has begun!]
Para tikus tanah mulai keluar dari tanah, tempat mereka bersembunyi. Dokja dengan cepat menghitung semua tikus tanah yang muncul dan ada 13 ekor tikus tanah⸺jumlah yang banyak dari apa yang Dokja perkirakan.
Kelompok tikus tanah itu menarik garis diantara mereka dan mulai mengancam. Detik dimana mereka melewati garis tersebut, pertarungan tidak akan bisa dihindari.
"Kita semua adalah pemula, jadi tidak ada rencana apapun. Ini mungkin terdengar jahat, tapi sebenarnya aku tidak berekspektasi kalian akan bertahan hidup di situasi ini."
Yang lain menelan saliva mendengar hal itu; apa yang Dokja katakan adalah benar, mereka semua adalah pemula, tidak ada rencana atau apapun⸺wajar jika laki-laki itu tidak berekspektasi tinggi pada mereka.
"Tapi, aku tetap berharap kalian akan bertahan hidup."
"Aku mohon."
[Name] menggenggam erat senjata itu ditangannya, memori tentang bagaimana dia menggerakan tubuhnya untuk menusuk, menebas, dan merobek, tertanam dengan jelas dalam kepalanya. Dokja tidak akan bisa melihatnya karena saat ini bertahan hidup adalah satu-satunya hal yang bisa ia pikirkan⸺namun, [Name] kini bergerak mengikuti memori tersebut.
Ekspresi dingin itu menjadi hal terakhir yang bisa dilihat oleh para tikus tanah yang berhadapan dengannya dan tangan yang penuh dengan darah itu adalah bukti bahwa, pada akhirnya, ia bisa menjadi berguna untuk Dokja.
[Benar. Aku merindukan ekspresi itu darimu, [Name].]
.
.
.
.
.
⧼Aku harap kau membunuh semua yang menghalangi tujuanmu, [Name].⧽
tbc! 2,8k+ words. kayaknya bab ini cukup bagus deh. selain lagu die for you, lagu lay all your love on me by abba juga jadi national anthem buat work ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top