┊ 003.3. Line of Hypocrisy

.

.

.

.

.

Setelah semua perkara itu, Dokja memilih untuk mendudukkan [Name] diantara Sangah dan Gilyoung, sementara ia duduk di sisi lain Sangah bersama dengan Hyunsung. Gadis itu menghela napasnya sambil memejamkan mata, berusaha meredakan amarahnya yang masih bisa ia rasakan karena kelakuan Cheon Inho yang kurang ajar seperti itu.

"Ah, benar juga, ini sudah hampir malam. Apa kalian lapar? Ambil ini masing-masing satu."

Dokja mendorong kantong plastik itu mendekat pada Sangah, memandangi [Name] yang masih berusaha untuk tenang dan Gilyoung yang memeluk perempuan itu.

"Ah, benarkah?"

Dokja mengangguk, "Tentu, tapi setelah ini kalian harus bayar."

"B-Berapa...?"

"Bukankah kalian semua punya koin? Harganya 10 koin untuk satu makanan."

Dokja bertemu dengan ekspresi bingung dari Sangah dan Hyunsung. Mereka kelihatan seperti sangat tidak berekspektasi bahwa mereka harus membayar makanan ini.

"Tentu, aku akan membayarnya sekarang. Aku tidak perlu yang gratisan."

Mengejutkannya, yang bicara seperti itu adalah Heewon; dia sudah sadar, rupanya.

"Aku Jung Heewon. Terima kasih atas pertolonganmu tadi pagi."

"Bukan apa-apa."

"Sangah-ssi, Hyunsung-ssi. Semuanya, dia mempertaruhkan hidupnya untuk mendapatkan makanan ini, jadi apakah kalian berpikir bahwa kalian bisa mendapatkan makanan ini dengan gratis?"

[Name] menoleh pada Heewon ketika perempuan itu mengatakan hal tersebut, dengan samar ia mengulas senyum dan kembali menolehkan kepalanya⸺sekarang dia sudah jauh lebih tenang.

"Ah," Sangah memerah, sadar bahwa ini cukup memalukan, "aku tidak berpikir hingga kesana, maafkan aku. Tentu, aku akan membayarnya, apa yang Heewon-ssi katakan adalah benar. Aku juga benci gratisan dan bergantung pada orang lain."

"Aku juga setuju dengan Sangah-ssi. Aku akan membayar koin mulai sekarang."

Dokja cukup terkejut akan hal itu. Namun, kembali lagi, karena saat ini dunia telah hancur bukan berarti orang-orang seperti Jung Heewon dan yang lain tidak ada.

Dimulai dari Heewon, Sangah dan Hyunsung membayar 10 koin untuk makanan yang mereka ambil. Dokja melakukan ini bukan untuk mendapatkan lebih banyak koin dari yang sudah dia dapatkan. Mungkin keputusan seperti ini akan terlihat seperti keputusan yang jahat, tapi di dunia yang sudah hancur seperti ini, keputusan ini adalah keputusan yang benar.

[Lee Gilyoung has paid you 20 coins.]

"Eh? Kau membayar lebih dari 10 koin?" Dokja menunduk dan memandang pada Gilyoung.

"Itu untuk chocolate bar tadi pagi."

Setelah mengatakan hal itu, Gilyoung melangkah menghampiri [Name] dan duduk disebelahnya sambil menyandarkan kepalanya. Dokja hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan ketika melihat hal tersebut.

"HEI!"

Semua yang ada di dekat Dokja menoleh, mendapati beberapa orang dari Grup Terasingkan menghampiri mereka.

"Hei, apakah rumor itu benar?"

"Apa kau benar-benar memonopoli makanan?"

"Apa kau akan memakan semua makanan itu bahkan jika itu cukup untuk semua orang disini?"

"Kita semua tinggal disini! Kenapa hanya kau yang bisa memiliki makanan itu dan tidak membaginya?!"

"Berikan makanannya pada Inho-ssi! Dia akan membagikannya dengan merata!"

Dokja tahu apa yang sedang terjadi disini, begitu pula dengan [Name]. Mereka berdua bisa melihat senyum penuh kemenangan di wajah Cheon Inho yang berada dibelakang sana. Bibirnya bergerak mengatakan sesuatu⸺

'Pilihlah.'

Dokja menyeringai tipis, pilihannya hanya ada dua; menjadi pahlawan dan memberikan semua makanan ini secara cuma-cuma atau menjadi penjahat yang memonopolinya untuk diri sendiri.

Dokja sudah tahu jawaban dari situasi ini; jika dia memilih menjadi pahlawan, maka dia akan jatuh ke dalam permainan Cheon Inho, 'Mereka tentu akan menusukku dari belakang detik dimana aku menyerahkan makanan ini untuk didistribusikan.'

Lalu, disisi lain, Dokja tahu bahwa dirinya akan terus diusik jika dia memilih untuk memonopoli makanan ini.

Jawabannya sudah jelas⸺Cheon Inho sengaja membuat situasi seperti ini khusus untuk Dokja.

Tapi⸺

"Jika kau memberikan makanan ini padanya, aku akan memukulmu."

⸺apa yang bisa Dokja lakukan jika [Name] sekesal ini terhadap Cheon Inho?

Laki-laki itu mengulas senyum tipis, kemudian menggenggam tangan [Name] dan mengangguk, "Memangnya aku kelihatan seperti akan memberikan makanan ini pada mereka dengan cuma-cuma?"

"Tidak," [Name] mendongak, memandang pada Dokja, "tapi jika itu terjadi, aku akan memukulmu dan pergi pada Yoo Jonghyuk."

[The eyes of a few constellations are shining.]

[The constellation Secretive Plotter has snorted.]

Dokja mengulas senyum dihadapan [Name], lalu melirik pada Cheon Inho yang kini telah melangkah maju berbaur dengan orang-orang disana.

"Semuanya, tolong tenang. Sepertinya disini ada sebuah kesalahpahaman. Kim Dokja-ssi bukan orang yang seperti itu, kok."

'Apa lagi ini? Sebuah jebakan?'

"Kim Dokja-ssi memutuskan untuk bekerja sama dengan kita. Makanan yang dia bawa hari ini akan diberikan kepada Grup Utama dan akan dibagikan dengan adil. Dia juga berjanji untuk terus bekerja sama dengan kita⸺"

Sudah jelas Cheon Inho percaya bahwa Dokja akan memilih untuk berpihak padanya, karena dia berpikir bahwa Dokja tidak memiliki pilihan lain dengan segala tekanan dan kalimat provokasi darinya, begitu juga yang lain⸺dia percaya bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain selain menurut dan mengikuti permainannya.

"Hentikan."

Tapi, Kim Dokja bukan orang yang akan dengan mudah goyah hanya dengan gertakan dan intimidasi seperti ini. Dokja tidak akan peduli, karena ada hal yang lebih penting yang harus dia pedulikan.

"Tentu saja, aku akan memberikan kalian makanan," Dokja dan [Name] melihat Cheon Inho menarik ujung bibirnya ke atas. Tapi, itu bukanlah ujung dari kalimat Dokja, "tapi, aku tidak akan memberikannya dengan gratis."

Tidak seperti Jonghyuk, Dokja tidak akan membuang segalanya hanya untuk terus melangkah ke depan. Tapi, dia juga tidak akan bertanggung jawab pada setiap orang yang ada disini. Rencananya memang seperti itu, makanan akan dibagikan⸺tapi tidak gratis.

Orang-orang yang mendengar itu kebingungan seolah mereka tidak mengerti kalimat Dokja barusan.

"T-Tunggu! Makanan ini tidak gratis?"

Dokja mengangguk, "Aku memang tidak akan memonopoli makanannya, tapi aku tidak akan memberikannya pada grup Cheon Inho. Aku bukan relawan dan aku tidak percaya pada mereka."

Dokja memandang pada Cheon Inho sambil terus melanjutkan kalimatnya, "Aku akan menjual makanannya dengan harga yang pas."

"D-Dijual?"

"Apa...?"

"Uh, apa bisa dibayar dengan... uang?"

Dikejauhan sana, Dokja dapat melihat Cheon Inho yang tengah mengeraskan rahangnya melihat ini semua terjadi. Maka, dia tersenyum sambil memandangi Cheon Inho.

"Aku tidak menerima uang. Aku hanya akan menerima koin."

.

.

.

.

.

Setelah semua perkara itu, Dokja dan yang lain kembali pada kegiatan mereka. [Name] duduk di sebelah Dokja dengan tenang seolah dia tidak menghasut Dokja untuk menaikkan harga makanannya dari yang seharusnya beberapa saat yang lalu.

"Itu... Dokja-ssi, [Name]-ssi, apakah ini pilihan yang bagus?"

"Bukankah ini sedikit keterlaluan?"

Semuanya memandang pada [Name] yang masih belum bicara, kemudian perempuan itu mendongak, "Itu tidak keterlaluan, kok," katanya dengan lembut, "mulai sekarang kalian juga akan membayar 10 koin pada Dokja, kok."

"Tapi...," Hyunsung masih kelihatan tidak bisa mengerti isi kepala [Name].

"Mereka harus belajar untuk bertahan hidup, kan, Hyunsung-ssi? Dokja bukan penunjang hidup mereka, dia disini juga sedang bertahan hidup."

"Dan lagi," iris hitam yang awalnya mati itu, perlahan menyala, meskipun masih redup, "mereka yang mengemis tidak pantas dikasihani."

"Apa yang [Name]-ssi katakan adalah benar. Kita semua sedang bertahan hidup, tidak etis jika kita hanya bergantung pada Dokja-ssi seperti itu," Heewon mengacungkan ibu jarinya, "kerja bagus Dokja-ssi, [Name]-ssi, aku jadi merasa lebih baik."

Heewon mengabaikan kekhawatiran Hyunsung dan mengapresiasi apa yang telah Dokja dan [Name] lakukan. Setelah deklarasi jual-beli makanan itu, ada lebih banyak orang yang mulai menjauhi mereka⸺mungkin mereka kecewa, pikirnya.

"Aku setuju dengan Heewon-ssi. Orang-orang disini terlalu menurut pada Grup Utama," Sangah menimpali.

"Benar. Manusia-manusia keparat itu... Stasiun Gumho sekarang berada ditangan mereka. Orang-orang diperlakukan seperti ternak dan kemudian dibawa ke rumah jagal," ia bicara dengan menahan amarah, "seperti kejadianku tadi pagi."

Tubuh Heewon bergetar dalam amarah, [Name] dapat melihat bagaimana emosinya perempuan cantik itu.

'Pada faktanya, bukan aku yang memonopoli makanan. Tapi grup utama,' Dokja melirik [Name], menggenggam tangan perempuan itu yang kemudian mendapatkan perhatian darinya.

Manusia adalah yang paling lemah ketika mereka percaya bahwa seseorang akan melindungi mereka. Saat otoritas mulai terbentuk dalam sebuah hubungan sepihak, orang-orang akan mulai bergantung pada mereka.

"Aku setuju. Itulah kenapa aku percaya bahwa deklarasi Dokja-ssi dan [Name]-ssi begitu berpengaruh. Orang-orang harus memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu dengan kemampuan mereka sendiri. Tapi⸺"

Hyunsung melirik pada makanan, "Tidak ada satupun yang terjual. 75 koin untuk satu makanan, bukankah ini terlalu mahal? Kenapa kau tidak menjualnya dengan harga 10 koin seperti yang kau jual pada kami...?"

Keputusan ini tidak diambil tanpa alasan. Orang-orang hanya fokus pada Grup Utama dan tidak akan menunjukkan ketertarikan untuk membeli makanan pada mereka. [Name] dan Dokja tahu ini, orang-orang itu hanya sedang memerlukan waktu.

"Tunggu saja sebentar lagi."

"Lagipula 75 koin tidak semahal itu, kok."

Dokja mengelus surai hitam milik [Name] ketika perempuan itu melontarkan kalimat tersebut. Berbicara selembut dan setenang itu setelah menghasut dirinya untuk menaikkan harga makanan hingga 75 koin⸺Dokja mengulas senyum tipis.

Waktu berlalu dengan cepat dan malam pun tiba.

Suara dari para monster yang berkeliaran bisa terdengar dari tanah dan orang-orang selalu bermimpi buruk karena hal itu. Gilyoung dan Sangah sudah tidur lebih dulu, sementara Heewon masih setengah sadar. Lalu ada [Name] yang sibuk mengelus surai Gilyoung sambil bersenandung dengan lembut.

"Dokja-ssi harus tidur juga. Aku akan berjaga disini."

"Tidak apa-apa. Lee Hyunsung-ssi tidur saja duluan."

"Tapi kau akan kelelahan."

"Masih ada yang harus aku kerjakan."

"Sesuatu yang masih harus kau kerjakan?"

Dokja menunjuk ke belakang Hyunsung dan mengejutkannya, ada beberapa orang disana yang menghampiri mereka.

"Itu... apakah kau masih menjual makanannya?"

Dokja mengulas senyum miring dengan samar dan [Name] menonton dari pinggir.

'Akhirnya, orang-orang ini mulai bergerak.'

.

.

.

.

.

Di pagi harinya, Dokja hampir kehabisan semua stok makanannya. Heewon memandang pada kantong plastik dengan mata yang melebar⸺dia benar-benar tidak percaya bahwa hal ini terjadi hanya dalam semalam.

"Astaga, semuanya habis?"

"Ya."

"Ha, lucu sekali. Padahal sejak awal semua hanya menonton dan sekarang...."

"Yang membeli makanan-makanan ini bukan hanya dari Grup Terasingkan."

Orang-orang yang mendatangi Dokja tadi malam bukan hanya orang-orang dari Grup Terasingkan⸺lebih banyak dari mereka adalah anggota dari Grup Utama.

"Kim Dokja-ssi, kau membuat keputusan yang salah," diantara mereka adalah Cheon Inho, "kau akan menyesal."

'Yah, terserah mereka saja lah. Aku juga tidak peduli.'

Lebih dari setengah makanan yang Dokja miliki dibeli oleh Grup Utama. Tentu saja mereka membayar lunas semua makanan yang mereka beli tanpa ada penawaran apapun.

Dan Heewon yang mendengar itu menjadi marah.

"Tunggu sebentar. Kalau seperti itu ceritanya, bukankah makanannya tetap akan dimonopoli oleh Grup Utama?"

Dokja mengangguk, "Ya, sepertinya begitu."

Heewon memasang ekspresi tidak mengerti, "Bukannya kau ingin melemahkan Grup Utama dengan mempromosikan transaksi seperti itu diantara mereka semua?"

"Benar, niat awalku memang seperti itu. Aku ingin mereka bergerak sendiri."

"Jadi kenapa kau menjual hampir semuanya pada Grup Utama? Situasinya tidak akan berubah jika seperti itu!"

"Situasinya sudah berubah, kok. Aku jadi dapat koin."

"Hah?"

Dokja mendapatkan lebih banyak koin dari yang seharusnya dia dapatkan karena harga makanan yang juga naik menjadi 75 koin dan [Name] yang melihat itu hanya bisa tertawa pelan.

"Sangah-ssi, apakah kita benar-benar bisa percaya pada orang ini?"

Mendengar hal itu, Sangah terlonjak pelan dan kemudian tersenyum lebar, "Aku percaya padanya!"

Heewon kemudian menoleh pada Dokja, "Apa kau menyisihkan makanan itu untukmu sendiri?"

"Tidak, aku menjual semuanya."

Pada detik ini, [Name] tertawa mendengarnya. Perbincangan antara Dokja dan Heewon benar-benar lucu⸺ekspresi tidak bersalah yang Dokja berikan saat menjawab pertanyaan itu dan ekspresi Heewon seolah perempuan itu telah menyaksikan orang paling bodoh sedunia mengambil keputusan yang sama bodohnya. Bertepatan dengan itu, Gilyoung menarik ujung baju Dokja yang membuat laki-laki itu menunduk.

"Kau ingin aku memakan ini?" tanyanya sambil menunjuk pada biskuit yang disodorkan Gilyoung padanya, dengan senyum, Dokja mengambil biskuit itu dan menyodorkannya ke depan mulut Gilyoung, "Kau makan saja. Aku tidak apa-apa."

Lalu, setelah berbicara seperti itu, ia menoleh lagi pada yang lain, "Ah, benar juga, kalian masih memiliki makanan yang kemarin, kan?"

Mereka mengangguk dan Dokja mengulas senyum tipis, "Kalian harus menghabiskannya sebelum malam ini."

"Hah?"

"Makan saja semuanya sebelum malam ini. Habiskan atau kalian akan menyesal."

Setelah mengatakan itu, Dokja menoleh pada [Name] yang masih betah duduk di tempat duduk stasiun dan memandanginya dengan sorot yang lembut. Dokja menghela napas dengan senyum di wajahnya, melangkah mendekati perempuan itu.

[Name] mendongak ketika melihat sepasang kaki yang berdiri di depannya. Ia mengulas senyum tipis sambil memandang Dokja dan laki-laki itu menangkup wajahnya yang membuat [Name] menyandarkan wajahnya disana.

"Makananmu sudah habis semua?"

[Name] mengangguk, "Iya, sudah."

Lalu, Dokja mendudukkan dirinya disebelah [Name] dan membiarkan perempuan itu bersandar pada bahunya. Ia menggenggam tangan [Name] dan ikut menyandarkan kepalanya pada kepala [Name] sambil memejamkan mata.

"Sangah-ssi, apakah kita benar-benar bisa mempercayai orang itu?" tanyanya sambil menunjuk pada Dokja yang menikmati waktunya dengan [Name].

Sangah mengangguk, "Dokja-ssi selalu punya alasan, jadi aku percaya padanya," katanya sambil tersenyum manis.

Heewon menghela napas pasrah dan melirik Dokja sekali lagi sambil bergumam, "Dia lebih kelihatan seperti suami yang akan melakukan apapun untuk istrinya."

Pada akhirnya, Heewon memilih untuk menyisakan satu bungkus biskuit miliknya.

Waktu berlalu dan sekarang sudah memasuki waktu makan siang. Pada waktu ini, Grup Utama membuat pengumuman mengenai pembagian makanan⸺Cheon Inho berdiri di depan orang-orang dan mengatakan;

"Pembagian makanan akan dibatas mulai hari ini. Satu orang hanya akan mendapatkan 3 biskuit dan⸺"

"Apa? Hanya tiga biskuit? Bagaimana kita bisa bertahan jika hanya tiga biskuit perorang?"

"Itu benar! Bukankah anggota scout mendapatkan lebih banyak makanan? Kau pikir kami tidak tahu?"

Meskipun mendapatkan seperti itu, Cheon Inho tetap tenang dan malah tertawa pelan, "Kalian benar. Anggota scout memang mendapatkan lebih banyak makanan. Jika kalian ingin mendapatkan lebih banyak makanan, mendaftarlah sebagai anggota scout."

"Tapi yang kembali hanya beberapa orang dan itupun hanya orang-orang dari grup Cheoldu!"

"Kalian ingin kami mati?!"

Bahkan setelah menyaksikan reaksi seperti itu, Cheon Inho tetap tidak peduli, "Orang-orang yang tidak kembali itu adalah orang-orang yang tidak beruntung. Jika kalian merasa tidak puas dan tidak senang, kenapa bukan kalian saja yang naik ke atas dan mencari makanannya?"

"I-Itu...."

Orang-orang yang sebelumnya begitu agresif pada Cheon Inho menjadi bungkam setelah Cheon Inho mengutarakan hal tersebut. Tapi, orang itu belum selesai bicara.

"Ah, tapi kalian bisa mendapatkan makanan tanpa menjadi anggota scout."

"Apa itu?"

"Barter. Kami akan dengan senang hati memberikan makanan jika kalian mampu memberikan sesuatu yang menurut kami bernilai. Setiap orang bisa memberikan sesuatu yang berbeda, kan?"

[The character 'Cheon Inho" has activated the 'Incite Lv. 2' skill.]

"Sebenarnya, aku tidak ingin melakukan ini. Tapi kemarin, Kim Dokja-ssi mengajarkanku sesuatu yang sangat bermanfaat," paparnya sambil tersenyum, "apa yang Kim Dokja-ssi katakan adalah benar. Memangnya ada yang gratis di dunia ini? Jika kalian ingin makanan, maka buktikan bahwa kalian pantas mendapatkannya. Itu sudah hukum alam."

"Haha, terima kasih banyak sudah mengajarkanku hal yang begitu bermanfaat, Kim Dokja-ssi."

Tepat setelah itu, atensi semua orang mengarah pada Dokja. Sorot mata mereka menunjukkan kebencian⸺Dokja hanya menghela napas dan [Name] menggeleng-gelengkan kepalanya.

Orang-orang yang ada di stasiun ini cukup bodoh dan Cheon Inho memiliki skill 'Incite', yang tentu akan dimiliki oleh setiap pemimpin sebuah grup. Jika tujuan Dokja bukanlah untuk mendorong Grup Terasingkan agar membenci dan menyudutkan Grup Utama, reaksi ini akan menjadi biasa saja⸺tapi sejak awal niat Dokja adalah untuk membuat Grup Terasingkan membenci Grup Utama.

Dokja memandang balik pada Cheon Inho dan berpikir bahwa skill yang Cheon Inho miliki cukup kuat⸺meskipun tidak akan bisa dibandingkan dengan orang-orang yang ada di stasiun selanjutnya.

"A-Aku akan membelinya dengan koin. Berapa harganya?"

"200 koin."

"Hah? Tapi aku tidak memiliki koin sebanyak itu."

"Kalau begitu, tidak usah beli. Simpel, kan?"

200 koin hanya untuk satu makanan. Bahkan jika ada dokkaebi yang mendengarnya, mereka pasti akan pingsan. Seketika, yang lain bersyukur bahwa [Name] tidak menghasut Dokja untuk menaikkan harga 10 koin untuk satu makanan itu.

"Dokja-ssi, apakah aku sudah pernah berterima kasih padamu?"

Dokja menolehkan kepalanya pada Heewon yang sudah berdiri di dekatnya, "Ya, aku rasa kau sudah pernah mengatakannya."

"Tetap saja, aku ingin berterima kasih lagi padamu," matanya terfokus pada salah satu anggota dari Grup Utama, "orang dengan kaki yang terluka itu, dia adalah orang yang berusaha memperkosaku kemarin."

"...ah, begitu."

"Jangan sentuh dia, karena aku yang akan membunuhnya. Mengerti?"

Intensi membunuhnya cukup memukau, Dokja jadi bertanya-tanya, 'Apakah dia dipilih oleh sponsor atau seseorang yang telat dalam mengembangkan atributnya?'

[The exclusive skill, Character List is activated.]

Dari sana, Dokja menemukan bahwa Heewon adalah salah satu dari karakter yang ada di TWSA, meskipun ia tidak bisa mengingat dengan jelas tentang Heewon, tapi itu lebih baik. Dokja juga menemukan bahwa Heewon memiliki atribut eksklusif yang menarik.

'Crouching Figure.'

Dari namanya, atribut eksklusif ini mungkin tidak kelihatan begitu bagus, tapi ini adalah salah satu dari segelintir atribut super evolusioner yang ada di TWSA. 'Crouching Figure' adalah atribut dengan rating yang biasa saja, tapi dalam kondisi dan situasi tertentu, atribut ini dapat mencapai rating atribut yang langka ataupun legendaris⸺tentu, semuanya bergantung pada kondisi dan situasi yang dialami oleh pemilik atribut ini.

Dan salah satu dari 100 orang terkuat di TWSA, si Crazy Butcher, berkembang dari atribut 'Crouching Figure'.

"Omong-omong, Dokja-ssi sangat tenang," dia kemudian menoleh pada [Name] yang sedang memangku Gilyoung, "[Name]-ssi juga sangat tenang."

Tenang, ya? "Aku familiar dengan situasi ini. Aku sering membaca novel."

"Hah? Memangnya itu masuk akal? Lalu bagaimana dengan [Name]-ssi?" Heewon melangkah mengikuti Dokja, "tunggu, kau mau kemana?"

Dokja tidak menjawab dan turun ke rel kereta. Ia menggeleng dan melambaikan tangannya dengan pelan pada Heewon ketika dilihatnya perempuan itu juga akan turun mengikutinya.

"Tidak perlu, kau disana saja."

Pada akhirnya, Heewon memilih untuk berjongkok dipinggiran sana, sambil menopang dagu ia memandangi Dokja yang melangkah maju untuk melihat lorong rel kereta tersebut. Lorong itu terlalu gelap dan Dokja tidak bisa melihat apapun, bahkan aromanya sangat-sangat tidak enak⸺aroma darah dan tubuh yang membusuk.

"Kau tidak berencana untuk pergi ke sana, kan?" tanyanya, "semua orang yang pergi ke arah sana sudah mati. Siapapun itu⸺mereka yang nekat pergi ke sana akan mati."

Kalimat Heewon tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar. Memang benar, semua orang yang masuk ke lorong itu akan mati, tapi setidaknya ada satu orang yang mampu bertahan dan sampai ke stasiun berikutnya dengan selamat.

Setelah itu, Dokja kembali naik ke atas dibantu oleh Heewon. Bertepatan dengan itu, mereka melihat beberapa perempuan masuk ke dalam tenda Grup Utama. Mengetahui apa yang akan terjadi pada para perempuan itu, Heewon melebarkan matanya.

"Kau melihatnya, kan?"

"Ya."

"Aku tidak bisa membiarkan ini."

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Tentu saja menghentikan mereka!"

"Para perempuan itu akan kelaparan."

"Apa kau hanya akan membiarkannya?"

"Ya."

Ada beberapa hal yang Dokja asumsikan jika Heewon melakukan hal itu. Dia sudah hapal dengan pola kejadian seperti ini, meskipun Heewon menghentikan mereka, hal itu tidak akan berpengaruh. Para perempuan itu memerlukan makanan untuk bertahan hidup, mereka perlu menunjang hidup mereka dan Cheon Inho mengatakan bahwa mereka bisa mendapatkan makanan jika barang yang mereka berikan bernilai.

"Heewon-ssi, menghentikan para perempuan itu tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan jika kau menghentikan mereka sekarang, hal yang sama juga akan terjadi."

"Aku akan menghentikan mereka. Aku akan terus menghentikan mereka."

"Lalu, bagaimana dengan makanan mereka? Diantara para perempuan itu, ada yang memiliki anak kecil. Jika kau menghentikan mereka dan mereka tidak mendapatkan makanan, apa yang akan terjadi pada anak kecil itu?"

"Apa kau ingin bertanggung jawab atas kematian anak kecil itu?"

Matanya melebar dan bergetar ketika ia menyadari hal itu, lantas ia menundukkan kepalanya dan mengepalkan tangan⸺Heewon merasa frustrasi.

"Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Cara lain agar hal ini tidak terjadi...."

"Heewon-ssi, akar dari masalah ini bukan makanan, kan?"

"...Benar."

"Maka dari itu, kita hanya perlu memusnahkan akar dari masalah ini."

"Hah?"

Bertepatan dengan itu, sebuah percikan listrik muncul di udara dan dokkaebi muncul. Beberapa orang terlonjak dan berteriak ketakutan, tidak akan ada hal baik yang akan datang jika makhluk ini muncul.

[H-Halo, apa kabar kalian semua? Apakah kalian baik-baik saja selama ini?]

'Ini bukan Bihyung,' pikirnya, bulu yang dimiliki oleh dokkaebi ini berwarna hitam, berbeda dengan Bihyung yang keseluruhan bulunya berwarna putih.

[T-Temanku yang menjadi penanggung jawab skenario ini sedang menjalani hukuman... j-jadi, aku yang akan bertanggung jawab atas skenario ini.]

[B-Bukankah kalian kelihatan damai sekali? B-Bihyung itu... dia berpura-pura menjadi ambisius hanya untuk memberikan level skenario yang seperti ini....]

"HEI! K-Kau bicara apa? Cepat katakan apa yang kau inginkan!"

[J-Jangan marah dulu! O-Omong-omong, aku datang untuk kalian....]

"Untuk kami?"

"Kalau begitu, berikan kami makanan!"

[M-Makanan? Aha... jika kalian ingin makanan....]

Setelah itu, sebuah pesan pemberitahuan muncul pada layar hologram mereka.

[A scenario penalty has been added.]

[From now on, food stockpiling is limited.]

[All existing stockpiled food has disappeared.]

"H-Hei! Apa-apaan ini?!"

Orang-orang berteriak tidak terima. Semua makanan yang mereka simpan sebagai makanan darurat melayang di udara dan kemudian menghilang begitu saja.

[He-Hehe, kalian harus memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup untuk skenario ini.]

[K-Kalian ingin makan? Kalau begitu, sampah-sampah bumi....]

[Semuanya, ayo kita bersenang-senang mulai sekarang. Hehe....]

Kalimat terakhir dari dokkaebi itu diikuti oleh sebuah pesan dari sistem.

[A scenario penalty has been added.]

[The 'survival cost' clause has been added.]

[From now on, 100 coins will be deducted every night for the 'survival cost'. If you can't pay the 'survival cost', you will die.]

[The 'survival cost' penalty will be maintained until the second main scenario is cleared.]

Dokja tertawa pelan sambil membaca pesan itu, 'Ah, ini baru yang namanya TWSA.'

.

.

.

.

.

tbc! 3.5k+ words. aku mau tanya deh, gimana kalian bisa ketemu book ini dan kenapa kalian mau baca? aku mau tau, ehe.

dan ini adalah visualisasi terbaru [Name] without her glassess.

aku bikinnya di picrew.me

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top