➤ [04]
Perjamuan penyambutan Yuuma Kyouki dan seluruh prajuritnya setelah mereka berhasil bertahan di medan perang selama 7 tahun. Perjamuan resmi yang diadakan untuk Yuuma Grand Duchy, pertama kali setelah 7 tahun.
"Daripada perjamuan resmi penyambutan kepulangan, ini lebih seperti perjamuan penghinaan."
Kyouki tertawa pelan mendengar gerutuan salah satu dari lima prajurit yang ia bawa sebagai perwakilan ke sini. Ia juga tidak bisa membantah apa yang prajurit itu katakan, karena itu adalah benar. Alasan perjamuan ini diadakan bersamaan dengan ulang tahun kaisar adalah untuk merendahkan mereka dan Yuuma Grand Duchy, untuk mengatakan pada semua kelas sosial bahwa Yuuma Grand Duchy tidak se-terhormat itu lagi untuk mendapatkan perjamuan terpisah dan megah.
Tujuan perjamuan ini adalah untuk mempermalukan Yuuma Kyouki, yang merupakan satu-satunya Yuuma yang tersisa.
Namun, daripada itu⸺Kyouki sama sekali tidak peduli bahwa dirinya sedang dipermalukan, para prajuritnya juga.
Mereka sama-sama tidak peduli.
"Lihat sampah-sampah ini, nona," salah satu dari prajuritnya membisik pelan, "mereka pikir, Yuuma Grand Duchy selemah itu? Sialan, mereka cari mati, ya?"
"Biarkan saja mereka seperti itu," Kyouki menengahi dengan senyum tipisnya, "setelah semua ini selesai, mereka juga akan diganti dengan yang lebih baik, kan?"
Mereka mengangguk serempak, menunggu waktu untuk perjamuan ini selesai sambil memakan camilan-camilan yang telah tersedia. Kaisar dan anak-anaknya sudah memasuki ruang perjamuan sejak lama, bahkan orang paling terhormat di Kekaisaran Ikari itu sama sekali tidak memberikan atensinya sedikitpun pada dirinya dan lima lainnya.
Melihat hal ini, Kyouki mengulas senyum. Sampai akhirnya, Shinichiro menghampiri mereka, yang mendapatkan sorot terkejut dari para bangsawan lainnya. Apalagi ketika keduanya berbincang dengan santai dan sesekali tertawa pelan, diikuti oleh lima prajuritnya yang lain, yang juga ikut dalam perbincangan itu.
"Malam ini benar-benar meriah, ya, Yang Mulia," salah satu prajuritnya bersuara, Kyouki tertawa pelan, begitu juga dengan Shinichiro.
"Jika saja perjamuan ini dipisah, pastinya akan jadi lebih meriah," Shinichiro menjawab, yang langsung membuat prajurit Kyouki bersiul senang.
Kyouki menggeleng pelan, kemudian mengisyaratkan para prajuritnya untuk beralih ke meja camilan, karena dia butuh untuk bicara dengan Tuan Putra Pertama Kekaisaran ini hanya berdua.
Ia melempar senyum pada Shinichiro, "Jadi, apa yang harus saya lakukan sebagai langkah pertama, Yang Mulia?"
Alih-alih menjawab, Shinichiro mengulurkan tangannya membuat Kyouki menautkan alis dan terkekeh pelan, "Yang Mulia, saya ini tidak sedang berperan sebagai gadis bangsawan di perjamuan ini. Saya sedang berperan sebagai panglima perang malam ini."
Namun, Shinichiro tidak menarik tangannya ketika mendengar hal itu, ia malah melempar senyum, "Saya benar-benar tidak peduli, Kyouki."
Lantas, ia meraih tangan Kyouki dan mengecupnya, "Berdansalah dengan saya."
Karena ia merasa tidak memiliki pilihan lain, ia menganggukkan kepalanya dan menerima ajakan Shinichiro untuk berdansa. Mengabaikan sorotan tajam dari para gadis bangsawan dan sorotan aneh dari para bangsawan lain, ia dan Shinichiro memulai sesi berdansa mereka.
Selagi mereka berdansa, pikiran Kyouki melayang pada beberapa hal tentang Shinichiro yang tertulis di dalam novel. Ia menghela napas pelan dan tersenyum tipis sambil memandangi wajah tampan tersebut.
Sano Shinichiro, Tuan Putra Pertama Kekaisaran Ikari, seseorang yang seharusnya menjadi pewaris tahta selanjutnya di kekaisaran ini; dan satu-satunya orang yang sama sekali tidak terpengaruh oleh pesona sang heroine.
Di dalam novel dan plotnya, Shinichiro adalah orang yang idealis dan rasionalis. Dirinya dikenal karena ketegasan dan kedisiplinannya, di samping dirinya yang sama sekali tidak memiliki bakat dalam bertarung ataupun menggunakan pedang. Pada masanya, Shinichiro adalah Putra Mahkota paling disegani oleh rakyatnya.
Namun, setelah kejatuhan Yuuma yang merupakan pusat dan penopang terkuat dalam fraksinya, Shinichiro dengan instan jatuh dari posisi Putra Mahkota dan kembali menjadi Tuan Putra Pertama yang wewenangnya tidak lebih tinggi dari kaisar.
Dan di akhir novel, Shinichiro juga turut dieksekusi karena terbukti telah melakukan pemberontakan tidak lama setelah pengeksekusian Kyouki.
Mengingat hal itu, Kyouki menyandarkan kepalanya pada bahu Shinichiro, membuat laki-laki itu menegang selama beberapa saat sebelum kembali rileks.
"Yang Mulia, jika rencana ini gagal dan nyawa anda melayang, apakah anda akan menyesal dan memilih untuk tidak berurusan dengan saya lagi jika diberikan kesempatan kedua?"
Kening Shinichiro mengerut, lingkaran tangannya pada pinggang kyouki mengerat, begitu juga dengan genggaman tangannya.
Ia tidak mengerti kenapa Kyouki mempertanyakan hal itu.
"Kenapa aku harus menyesal?"
Kyouki terkekeh pelan, mendongakkan kembali kepalanya dan mengimbangi tempo dansa Shinichiro yang relatif lebih santai dan menenangkan, "Kenapa anda harus menyesal?"
"Karena nyawa anda bisa saja melayang jika rencana ini gagal total."
Shinichiro menghela napas, dia tahu dan paham bahwa rencana ini terlalu berbahaya dengan jaminan nyawanya dan nyawa orang lain, termasuk Kyouki.
But, he has nothing to lose.
"Aku tidak peduli," ia mendekatkan wajahnya pada Kyouki, "aku tidak memiliki apapun lagi. Aku tidak peduli akan kalah atau menang. Gagal atau berhasil. Hidup atau mati."
"Aku benar-benar tidak peduli, Kyouki."
Mendengarnya, Kyouki tersenyum samar. Ia tertawa pelan, "Sepertinya, anda benar-benar ingin balas dendam, ya?"
Shinichiro tidak menjawab, laki-laki itu kemudian berhenti berdansa diikuti oleh Kyouki. Sebagai penutup, ia membungkukkan tubuhnya dan mengecup punggung tangan gadis Yuuma tersebut, meliriknya dengan iris obsidian yang sudah lama mati, kemudian tersenyum.
"Benar. Aku hanya ingin balas dendam dan melihat orang-orang ini sekarat dan menderita."
'That's right, Shinichiro. That's right.'
That's what she wants to hear from you.
⸺ 「𝐀𝐍𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑 𝐖𝐎𝐑𝐋𝐃.」 ⸺
"Yuuma Kyouki? Gadis yang jadi satu-satunya orang yang selamat saat pembantaian itu terjadi?"
Pengawal pribadinya mengangguk tanpa suara, sementara laki-laki bersurai pirang itu mencebik sambil menyugar surainya. Di depannya sudah duduk Tuan Putra Kedua, kakak tirinya.
"Menurutmu, apa dia akan membantu Shinichiro?"
"Itu sudah jelas, Izana," laki-laki bersurai pirang itu menjawab dengan kesal, "memangnya untuk apa dia kembali ke Kekaisaran ini, kemudian kelihatan begitu dekat dengan Shinichiro? Dia pasti mendukung Shinichiro untuk kembali sebagai Putra Mahkota."
Izana, laki-laki bersurai bleach blond itu mengangguk, "Dia kelihatan mudah untuk dimanipulasi, Manjirou. Bagaimana menurutmu?"
Manjirou menoleh dengan alis tertaut, selama dirinya hidup sebagai anggota keluarga Kekaisaran, dia tidak pernah menemukan anggota Yuuma yang bisa dimanipulasi dengan mudah. Dia tidak bisa merisikokan posisinya untuk merencanakan hal tersebut, karena alih-alih beruntung, mereka bisa sengsara.
"Aku tidak yakin, Izana," ia mengangkat cangkir teh-nya, "semua keturunan Yuuma tidak semudah itu untuk dimanipulasi."
Izana kali ini memiliki senyum miring di wajahnya, "Aku yakin dia mudah untuk dimanipulasi, Manjirou. Dia sudah tujuh tahun berada di medan perang, kau ingat?"
"Tapi, itu tidak menjelaskan bahwa dia bisa dimanipulasi dengan mudah, Izana," Manjirou mulai kesal, dia tidak pernah bisa mengerti dengan semua yang kakak tirinya pikirkan, meskipun dia harus mengakui bahwa segala ide Izana selalu berhasil.
Tapi, apa ide ini akan berhasil pada gadis itu?
'Tidak. Aku sama sekali tidak yakin.'
"Gadis itu benar-benar mencurigakan, Izana. Aku tidak bisa melihat celah untuk kita memanipulasinya dan menjadikannya senjata untuk semua rencana ini."
Izana mengangguk pelan, "Aku juga bisa melihat itu, sih," katanya, "dia memang kelihatan sedikit mencurigakan."
"Ada sesuatu yang tidak beres darinya."
Manjirou mengangguk setuju, kemudian memilih bangkit dari tempat duduknya, Izana yang paham apa yang akan adik tirinya lakukan juga ikut berdiri. "Kau akan mengunjungi Shion?"
Manjirou menggeleng pelan, "Dia yang akan mengunjungiku. Aku harap dia punya rencana yang lebih baik untuk menjatuhkan Shinichiro dan Yuuma."
Izana menyeringai tipis sambil menyugar surai bleach blond-nya, ia mengangguk, "Yah, aku juga berharap hal yang sama."
"Setidaknya, kali ini benar-benar harus berhasil."
.
.
.
.
halo~! aku gatau aku ngetik apa di bab ini. anw, kalau ada typo, tolong ditandai, ya, nanti aku perbaiki. dan sampai ketemu di bab berikutnya~!
-arte♡.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top