Prolog: Gadis Dingin
Tap! Tap! Tap!
Suara langkah kaki menggema di lorong gedung sekolah bercat sky blue. Langkah kaki itu berasal dari seorang gadis berambut putih sepinggang yang digerai sambil menggendong tas berwarna putih. Gadis itu berjalan menyusuri lorong menuju kelasnya dan melewati siswa atau siswi yang menatap ke arahnya sambil berbisik-bisik. Ia melewatinya tanpa mempedulikan bisikan para siswa atau siswi.
"Lihat itu, dia berjalan tanpa menyapa kita. Sungguh gadis yang dingin...."
"Benar, dia bahkan tidak melempar sebuah senyuman di pagi hari."
"Aku heran, ibunya ngidam apa sih sampai dia dingin?"
"Mungkin ngidam es batu."
Bisikan-bisikan itu ia abaikan, dia terus berjalan menuju kelasnya yakni XI IPA 1. Gadis itu pun sampai di depan kelasnya setelah melewati bisikan menyebalkan itu. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas dan berjalan menuju tempat duduknya yang berada di paling belakang dekat jendela. Saat sampai di tempat duduk, ia langsung duduk dan mengeluarkan headphone untuk mendengarkan lagu.
Gadis itu meletakkan kepalanya di atas meja dengan lengannya sebagai bantalan. Ia mulai menutup matanya untuk menikmati alunan lagu yang didengar. Namun sebelum menikmati alunan lagu yang syahdu, terdengar sebuah gebrakan meja di samping kanannya.
Brak!
Suara itu sedikit mengejutkan gadis yang sedang mendengar lagu, ia mengangkat kepalanya lalu menengok ke arah kanan untuk melihat siapa pelakunya.
"Pagi Yiru! Bagaimana kabarmu?" sapa pelaku penggebrak meja dengan hangat.
Yiru, gadis berambut putih sepinggang yang digerai menatap dingin ke arah si pelaku. "Baik, Moon. Dan bisakah kau tidak menggebrak meja?" ujarnya dingin.
Moon, pelaku penggebrak meja itu hanya tersenyum polos. Ia menarik kursi yang berada di samping kanan Yiru dan duduk. "Hehehe, tidak. Moon suka menggebrak meja," jawabnya sambil terkekeh polos.
Yiru hanya memutar bola matanya malas dan kembali menutup matanya. Moon yang merasa Yiru akan tidur memasang raut wajah cemberut. "Jangan tidur, Yiru. Masa Moon tidak diajak ngobrol," ucapnya sambil menggerakkan lengan sahabatnya itu. "Aku tidak tidur, Moon. Berhentilah menggangguku," pinta Yiru yang tidak suka dirinya diganggu. "Ayolah, Moon cuma ingin mengobrol denganmu." Tangan Yiru ia gerakkan sambil merayu. Yiru menghela napas sebentar lalu mengalah, "Baik, baik. Kau menang, sekarang mau ngobrol apa?"
Moon menghentikan kegiatan itu, tangan kirinya ia letakkan di bawah dagu seperti orang yang sedang berpikir. "Hm... bagaimana kalau kita mengobrol masalah sifatmu?" usul Moon dengan gestur tubuh sedang berpikir. "Memang ada apa dengan sifatku, hn?" tanya Yiru dengan nada malas. "Hm... menurut Moon sifat Yiru itu dingin seperti es, Yiru tidak mau mengeluarkan sifat asli?" tanya Moon sambil menatap Yiru dengan mata bulatnya. Yiru menggeleng sambil melepaskan headphone nya, "Tidak, aku tidak mau."
"Kenapa?"
"Aku tak ingin dimanfaatkan oleh orang lain begitu mudah. Kau tau, dimanfaatkan orang lain itu seperti budak atau robot yang tidak bisa melakukan apa-apa selain menuruti perintahnya."
Moon terdiam memikirkan perkataan Yiru. Sedangkan Yiru menatap ke luar jendela sambil menopang dagunya. Setelah terdiam cukup lama, Moon angkat bicara. "Moon rasa kalau Yiru menunjukkan sifat aslinya, Yiru akan mendapatkan banyak teman bukan hanya Moon seorang." Mata hitamnya yang cantik itu sentiasa menatap sahabatnya yang sedang menatap ke arah jendela. Yiru kembali mengalihkan perhatiannya ke sahabat di samping kanannya, ia menatap manik hitam itu dengan dalam. "Terima kasih atas perhatiannya, Moon. Namun ku tak butuh banyak teman, sedikit teman pun cukup. Aku tak ingin mempunyai banyak teman walau ada yang ingin berteman denganku, aku ada alasan tersendiri. Apa kau mau tahu, Moon?" jelasnya. Moon menganggukan kepalanya polos, ia ingin tahu apa alasan sahabatnya itu. Yiru terdiam sebentar lalu mulai memberitahu, namun belum sempat memberitahunya, bel sudah berbunyi begitu nyaring hal itu membuat Moon mendesah kecewa. Dengan terpaksa ia kembali ke tempat duduknya yang berada di depan Yiru lalu mengambil buku pelajaran hari ini, begitupun dengan Yiru.
Pintu kelas terbuka menampilkan seorang guru yang berjalan masuk ke kelas sambil membawa beberapa buku untuk ia ajarkan nanti diiringi dengan sapaan murid kelas XI IPA 1.
"Selamat pagi juga anak-anak, sebelum memulaikan pelajaran hari ini Ibu akan memperkenalkan murid baru. Hiro Hamada silakan masuk," perintah guru itu, Bu Mirirya sambil menengok ke arah pintu kelas.
Setelah perintah itu, masuklah seorang remaja laki-laki bersurai hitam yang sedikit berantakan. Ia berjalan masuk lalu berhenti di samping kiri Bu Mirirya, ditatapnya satu persatu teman barunya itu sambil tersenyum.
"Silakan kamu memperkenalkan diri," pinta Bu Mirirya yang dibalas anggukan pelan.
"Hai'! Namaku Hiro Hamada, salam kenal dan mohon bantuannya!" ucap anak itu, Hiro sambil sedikit membungkuk.
"Baiklah, Hiro kau akan duduk bersama...," Bu Mirirya melihat kelasnya untuk mengetahui kursi mana yang kosong dan tatapannya jatuh ke kursi kosong samping kanan Moon. "Ayana Moon silakan acungkan tangan."
Moon yang namanya disebut langsung mengacungkan tangannya, Bu Mirirya mempersilakan Hiro untuk duduk di sebelah kanannya. Hiro mengangguk patuh, ia mulai berjalan menuju kursinya lalu duduk.
"Salam kenal Hiro, aku Moon!" ucap Moon saat Hiro telah duduk di kursinya sambil mengulurkan tangannya bermaksud untuk berjabat tangan.
Hiro tersenyum lalu tangannya menerima jabat tangan dari Moon. "Salam kenal juga, Moon."
Setelah perkenalan singkat, mereka mengikuti pelajaran pagi hari dengan tenang tanpa adanya keributan sedikit pun.
TBC
811 kata
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top