Nggak nyangka udah end aja.
Padahal aku pikir cerita ini nggak
akan pernah end:')
.
.
.
.
.
👻 [New Version] 👻
.
.
.
.
[][][][][][][][][][][][][][][][][][]
Pita terduduk di kursi roda seraya terdiam memandang batu nisan bernama Evan Denis Saputra. Gadis itu ingin semua permasalahan yang menimpa teman-temannya berakhir, tetapi bukan dengan cara seperti ini.
Harapan untuk disambut hangat oleh semua orang yang berharga dalam hidupnya kandas begitu saja. Karena nyatanya, salah satu orang yang berharga bagi Pita telah meninggalkannya. Evan adalah teman terbaik, sekalipun Pita tak pernah mengatakan itu dari mulutnya langsung.
Pita terkekeh sumbang. Dan itu adalah cara dia saat ingin menyembunyikan rasa sedihnya.
"Jahat banget lo, Van! Lo kenapa malah nyambut gue di dalem kuburan?" tanya Pita seolah Evan ada di sana dan mendengarkannya. "Sekiranya kalo lo mau mati, ya entaran dulu kek! Tunggu gue bangun dulu. Supaya gue bisa liat lo buat terakhir kalinya dan ngasih salam perpisahan."
"Gue nggak suka lo ngakhirin semuanya pake cara begini. Lo nggak salah dan gue tau itu bukan kemauan lo. Lo itu temen yang baik. Gue tau banget susahnya lo ngendaliin diri supaya kepribadian lo yang lain nggak ngambil alih tubuh lo. Gue tau lo nggak mau buat orang lain khawatir makanya lo nutupin semua itu."
Ali masih mengawasi Pita dari kejauhan, melihat gadis itu yang berusaha untuk tidak menangis dengan susah payah bahkan saat ia terus berbicara di makam Evan.
Pita diam sejenak untuk mengatur napas dan tenggorokannya yang tercekat. "Sekarang, yang harus gue lakuin adalah ngerelain kepergian lo. Dan gue harap lo tenang di alam sana." Lalu air matanya menetes secara perlahan.
Seseorang lalu segera berjongkok dan mengusap air mata gadis itu. Orang itu Ali. Mulai sekarang ia akan menjaga Pita dan tidak akan membiarkan gadis itu menangis apa pun yang terjadi.
Setelah selesai berkunjung di makam Evan, Ali kembali mengantarkan Pita ke rumahnya. Ia tahu Pita belum sepenuhnya sembuh dan perlu banyak istirahat biarpun telah diizinkan untuk pulang.
Ali membawa Pita ke kamarnya, merebahkan tubuh gadis itu ke ranjang dan menutupi kaki hingga perutnya dengan selimut tebal.
"Gue pulang, ya? Lo jangan lupa istirahat yang banyak." Ali mengusap rambut Pita dan memberikan senyuman tipisnya.
Ali baru saja berdiri. Namun belum juga melangkah, pergelangan tangannya sudah dengan cepat ditahan oleh Pita.
Lelaki itu menoleh, berpikir jika Pita membutuhkan sesuatu atau mungkin ingin mengatakan sesuatu sebelum ia pergi.
"Love you, Li," ucap Pita dengan pelan.
Perasaan bahagia Ali tak bisa lagi terelakkan. Ia tak menyangka jika Pita akan mengatakan itu secara langsung padanya. Ali merasa terbang dan berpikir jika ini semua adalah mimpi. Alhasil ia menampar pipinya sendiri dan meringis setelah merasakan panas di pipinya.
"Coba ulangin kalimat lo barusan dong, Pit. Kayanya gue salah denger deh," pinta Ali sambil tersenyum girang.
"I hate you," ucap Pita.
"I love you too," balas Ali, kemudian segera mengecup pipi kanan Pita tanpa izin dan berlari keluar secepat yang ia bisa bersama perasaan senang dan senyum lebarnya.
- END -
.
.
.
.
[][][][][][][][][][][][][][][][][]
Buat kalian semua yang udah setia
pantengin cerita ini dan baca cerita ini
dengan segenap hati,
makasih banyak♡
Meski nggak pernah bales komenan kalian,
tapi dalem hati aku selalu terhibur
dan berterima kasih banyak saat itu♡
Berakhir sudah perjalan cerita Indigo Keren.
Sampai jumpa di cerita-cerita selanjutnya~
♡
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top