8 : Membagongkan

Helow wasap?!~

.
.
.

Jangan lupa banyakin komen yaa~ biar update-nya cepet

.
.
.

Komen ditiap paragraf juga nggak papa^^ wkwk

.
.
.

👻[ New Version ]👻

.
.
.

[][][][][][][][][][][][][][][]

"APA?! KENAPA?! ADA APA?! GUE SALAH APA-"

"DIEM WOY ATAU GUE GAMPAR MULUT LO?!"

Mendengar ancaman dari Pita, Juliet pun langsung merapatkan bibirnya.

Begitu ketiga lelaki yang baru saja singgah untuk menyelesaikan tugas kelompok mereka melenggang dari rumahnya, Pita segera menahan Juliet sebelum hantu itu melayang bersama nyamuk-nyamuk yang sedang bernyanyi di udara.

Tentu saja Juliet yang kaget jadi refleks berteriak karena tiba-tiba Pita menahan kerah baju bagian belakangnya, belum lagi Pita sedikit menjunjungnya tinggi seakan Juliet ingin di gantungkan ke dinding lemari bersama baju-bajunya.

"Sejauh ini lo tau apa aja soal Delima?" tanya Pita to the point.

"Mayan banyak, sih ... waktu itu, kan, dia diwawancarain sama gue."

Pita tersenyum miring. Lalu ia mengeluarkan selembar uang merah dari dalam saku celananya.

"Lo nonton Upin Ipin nggak?" tanya Pita, tersenyum penuh arti, "Kebetulan di kebon belakang rumah Ali, ada setan yang jualan es krim metropop. Ada juga es krim yang bisa dipotek jadi dua kaya jualanannya Mail."

Lidah Juliet bergerak membasahi bibirnya yang kering. "Enak?"

"Behhh, enak! Recommended deh buat setan yang lagi kesepian karena ditinggal merantau."

"IHHHH CACA JUGA MAU!" Caca berlari dengan semangat menghampiri Pita dan Juliet. Caca memang sudah lama menguping pembicaraan mereka berdua, jadi dia tahu jika Pita sedang membicarakan apa.

"Tapi, kak. Tante Juliet bukan penonton setia Upin Ipin. Dia nggak tahu es krim mentropop sama es potek. Sedangkan Caca penonton setia Upin Ipin, jadi Caca tahu."

"Tapi tangan lo nggak usah nunjuk-nunjuk gue juga!" protes Juliet seraya menurunkan jari telunjuk Caca yang semula terangkat menunjuk dirinya.

"Ish nyebelin! Untung tua," cerocos Caca.

"Ca? Abis ini lo jangan pulang, ya? Temuin gue di gudang kosong."

"Apakah yang mau Tante lakuin ke Caca?"

"Gue mau botakin rambut lo, Ca. Biar tuyulnya nambah satu." Juliet menoleh pada Pita setelah itu. "Mana duitnya? Nanti gue kasih tahu apa aja yang gue tahu, deh."

Pita tersenyum merekah lalu mengantongi kembali selembar uang merah tersebut dan menggantinya dengan selembar uang berwarna hijau untuk diberikan kepada Juliet.

Pita masih sayang uang. Pita tidak mau memberikan uang dengan nominal besar hanya untuk hantu di hadapannya.

"Dih duitnya di tuker," komplain Juliet.

"Masih untung gue kasih. Dah lah, sono pergi! Jangan lupa! Kebon di belakang rumah Ali, setan yang jualan namanya Sepi."

𖣴⵿⃜⃟᭢·· · · · ──────── · · · ·𖣴⵿⃜⃟᭢

"Nama gue Delima." Delima tersenyum manis di hadapan Ali. Ali melirik sejenak, sebelum melengoskan pandangannya dan memilih tak peduli.

Cantik sih ... tapi sayang, hantu.

"Nama lo Ali?" tanya Delima, masih setia mengikuti langkah Ali dari belakang. "Gue seumuran sama lo. Lo nggak ada niatan buat temenan sama gue gitu? Gue terkenal, lho, di dunia persetanan. Hanstagram yang kemarin gue bikin aja udah dapet 10 ribu follower untuk sekarang. Rencananya gua juga mau login tiktok, kaget gue pas tau banyak setan yang ngunduh juga. Tapi rata-rata mereka bisanya cuma goyang dua jari."

"Yaudah gue doain semoga tt lo terkenal," jawab Ali sekenanya. Alhasil sebuah tendangan mendarat mulus pada kakinya.

"Mesum banget mulut lo!"

"Apaan, sih, anjir?! Tt itu singkatan dari TikTok! Pikiran lo-nya aja yang nggak beres."

Delima mencibir dalam diam.

"Omong-omong ... menurut lo Evan sama Izroil itu orangnya gimana?" tanya Delima tiba-tiba.

"Nggak gimana-gimana. Gue taunya mereka masih bernapas, dah itu doang."

"Kalo seandainya mereka berdua pembunuh, apa yang bakal lo lakuin sebagai temen mereka?" Delima menarik garis bibirnya ke atas, tersenyum misterius.

"Ngaco lo!" Daripada meladeni Delima yang makin lama makin ngadi-ngadi, Ali memutuskan untuk siap-siap menuju ke rumah Pita.

Kebetulan Ali memang ada rencana untuk mengantar Pita ke makam hari ini. Pita ingin berziarah ke makam ibunya, Seka.

Ali naik ke atas motornya. Delima ikut naik ke boncengan.

"Nebeng, ya. Cuma sampe depan doang kok," kata Delima.

"Ogah! Mending lo nebeng aja sama kaum lo. Pocong kek, kunti kek, banyak noh setan yang lewat!" Ali menunjuk sederet hantu yang mulai berlalu lalang bersama kendaraan mereka masing-masing.

Ada yang sedang kebutan-kebutan naik motor 'mberrr', naik motor vespa, naik motor gigi yang ada gingsulnya (ngadi-ngadi), naik sepeda, naik mobil bak, bahkan ada pula beberapa pocong yang stay di bawah pohon untuk jadi Otan a.k.a Ojek Setan.

Ali tersenyum tipis lalu menggas motornya secepat mungkin begitu Delima mau menuruti perkataannya.

Lalu beberapa menit kemudian Ali pun berhasil sampai di rumah Pita.

Ali terpaku saat itu juga. Melihat ada bidadari cantik yang kali ini mengenakan hijab sudah berdiri di depan rumah dengan anggunnya. Siapa lagi jika bukan Pitaloka Oncella.

"Ngapa manusia di depan gue makin cakep aja sih Ya Allah... makin susah berpaling kan gue," batin Ali yang kini mulai cemas karena jantungnya mulai dag-dig-dug ser.

"Halo, Om... Caca udah siap, nih. Yuk berangkat."

Ali terbelalak saat itu juga.

Ia langsung melirik ke bawah. Di mana ada Caca yang tersenyum dengan polosnya mengenakan kerudung warna pink yang di ujung kepalanya ada telinga kecil. Ditambah tas berukuran mungil di belakang punggung Caca yang bertuliskan 'Tadika Mesra' di sana.

Mari kita positif thinking saja kawan. Siapa tahu Caca pernah jadi cameo di film Upin Ipin kan?

"Caca ikut, Pit?" tanya Ali memastikan.

"Gini, nih, ciri-ciri orang ngeread tapi isi pesannya nggak dibaca. Jadi ujungnya zonk kaya otak lo," cerocos Pita lalu menempeleng kepala Ali.

𖣴⵿⃜⃟᭢·· · · · ──────── · · · ·𖣴⵿⃜⃟᭢

Izroil meletakkan kresek berisi makanan ke atas meja makan Evan. Lelaki itu awalnya hanya berniat mencari angin, tetapi begitu melihat beberapa orang jualan di luar sana, ia kepikiran Evan yang akhir-akhir ini memang jarang makan.

"Makan! Abisin! Awas kalo sampe gue tahu lo buang-buang makanan lagi!" pinta Izroil, lebih ke ngomel namanya.

"Gue kan lagi diet."

"Nggak usah kaya cewek!" damprat Izroil, "gue tau lo galau ditinggal Delima, tapi lo juga nggak boleh jarang makan begini lah goblok! Nanti kalo lo mati gue juga yang susah."

"Gue juga berharapnya bisa mati, Iz. Biar gue bisa ketemu Delima." Evan memejamkan matanya dan menghela napas pelan. "Gue yakin Delima nggak bunuh diri. Gue yakin ada yang bunuh dia."

Izroil tidak membalas. Ia paling tidak suka jika sudah ada yang mengungkit-ungkit alasan kematian Delima. Ia takut orang lain akan tahu soal kejadian yang sebenarnya.

"Gue balik dulu, cucian gue numpuk," pamit Izroil begitu saja.

"Lo yang bunuh Delima, kan?" tanya Evan, tersenyum miring dan jelas menuding. Sementara Izroil langsung mematung saat itu juga.

[][][][][][][][][][][][][][][][]

.
.
.
.
.

Makin puyeng gessss...

Makin panassssss....

Jadi gimana nih menurut kalian? Apa ada tebakan lain?

.
.
.

Sampai jumpa diupdate-an selanjutnya❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top