6 : Meresahkan
Ayo-ayo nonton album barunya Ikon yang berjudul 'Why Why Why'! Biar bisa liat abang jago:*
.
.
.
.
Kemarin lagi mabok gaes... Delima banyak yang keganti jadi Dilema masa:(
Mendadak Dilema hati ini jadinya🤣
.
.
.
.
👻[New Version]👻
.
.
.
.
[][][][][][][][][][][][][][][][][][]
"PITAAAA! BURUANNNN!" Ali berteriak dari luar kelas. Pita yang tengah duduk di atas bangku meja paling depan itu hanya diam, tak mengindahkan teriakan Ali yang sedari tadi mengajaknya keluar untuk bermain dengan murid kelas sebelah.
"PITAAAAA!" Kali ini Ali semakin mengencangkan teriakannya.
Evan yang rupanya sudah tak tahan itu pun menjejalkan mulut Ali dengan sisa cimol yang baru saja ingin ia habiskan. Lebih baik kehilangan sisa cimol daripada telinga rusak akibat suara Ali yang tak henti-hentinya berteriak.
Evan melongokkan kepalanya ke dalam kelas, mengintip Pita yang rupanya masih anteng-antengnya duduk di atas meja, sambil mengamati beberapa hantu perempuan yang sedang reuni di dalam kelasnya.
"Galau mulu lo, Pit. Padahal nggak punya pacar," celetuk Evan. Evan mengira jika Pita sedang melamuni sesuatu sampai bola matanya tak beralih sedikitpun menatap bangku depan yang letaknya paling pojok.
"Iri bilang, Pan," jawab Pita masih dengan tatapannya yang belum beralih.
"Idih, idih. Mana ada gue iri." Evan melengos tak terima. Tetapi belum lama kemudian, ia kembali merekah dan menatap Pita kembali. "Btw gue masih sendiri lo, Pit. Lo mendingan—"
"Jadi pembantu dia aja," timbrung Ali.
"Nggak masalah, sih. Selama gaji sebulannya mampu buat beli rumah," kata Pita yang langsung dibanjiri gelak tawa Ali yang kini mulai meledek Evan.
"Cakep banget ya dia."
Suara ghibahan para hantu reuni itu mulai terdengar di telinga Pita. Ali yang semula belum menyadarinya pun jadi melongok ke dalam kelas dan refleks menutup wajah Evan dengan selembar kertas yang habis diinjak-injak oleh banyak siswa.
"Gue tutup biar nggak cakep," kata Ali yang selepasnya langsung diberi jitakan keras oleh Evan.
Suara teriakan yang cetar membahana kembali terdengar. Kini suara itu menyapa nama Pita, Ali, dan Evan dengan tak tahu malunya. Padahal lelaki yang berteriak itu masih sangatlah jauh dari kelas mereka berada. Siapa lagi jika bukan Izroil.
Izroil baru saja kembali dari koperasi untuk membeli sapu, dikarenakan ia sudah mematahkan sapu kelas untuk membunuh tawon yang kemarin membuat kelasnya mendadak heboh.
"WASAP, BRO?!" Ali bertos ria dengan Izroil yang kini mulai pamer sapu di tangannya. Kemudian ia bertos dengan Evan, agar tak ada keirian di antara mereka.
"BAIK, BRO! LO SENDIRI APA KABAR, BRO? NGGAK NYANGKA GUE TERNYATA KITA UDAH SEPULUH MENIT NGGAK KETEMU."
"Anjim... lama bener rupanya, pantes lo makin tua," balas Ali, membuat Izroil mengumpat kesal.
"Pita?"
Pita menoleh tatkala Delima tiba-tiba muncul dan memanggilnya. Delima tersenyum jenaka melihat reaksi Pita yang justru menghela napas.
"Pasti ada yang sherlock tempat sekolah gue ye, kan? Siapa?!" semprot Pita pada Delima.
"Setan kemarin. Yang pake baju kebaya, rambut kriting."
Pita mengangguk-angguk. Dalam sekali dengar, ia langsung mendapat gambaran sosok Juliet di kepalanya.
"Tuh setan minta direport kali ya akun Hastagram-nya," gumam Pita, gregetan.
"Gue boleh minta ijin nggak?" tanya Delima.
"Apaan?"
"ㅏ데ㅐ."
Pita terdiam membisu.
"ㅑㅓㅑㅜ 애애뭏."
"Nggak bisa bahasa Inggris," jawab Pita dengan setengah hati yang gondok.
Bagai ditiup angin, Delima langsung menghilang begitu saja selepas mendengkus kesal karena Pita tidak mengerti bahasanya.
Hantu minim akhlak memang begitu bentukannya. Sepah dibuat bingung lantas ditinggal pergi.
Bugh!
Berbagai pekikan histeris menyeruak ke telinga Pita, menyusul suara baku hantam yang terdengar kencang dari luar kelas. Pita sontak berlari untuk melihatnya, lalu tampaklah sosok Izroil yang sudah tersungkur dilantai dengan sudut bibirnya yang berdarah.
Bola mata hitam pekat itu beralih menatap seorang siswa yang diyakini sebagai pelakunya.
"Anjing!" Bahasa hewan Izroil akhirnya terlepas dari kadang. Izroil tak terima. Ia bangkit dan hendak menyerang balik siswa tersebut. Namun, belum sempat Izroil menyerang, siswa itu sudah lebih dulu pingsan.
"Yeee... Lo yang mukul lo yang pingsan," cerca Evan yang kini berhasil menangkap tubuh siswa tersebut.
Pita dan Ali saling pandang cukup lama. Menyiratkan sebuah tanda tanya besar satu sama lain. Mereka sama-sama menyadari keganjalan dari apa yang terjadi.
Dilema.
Dilema baru saja keluar dari tubuh siswa yang memukul Izroil.
𖣴⵿⃜⃟᭢·· · · · ──────── · · · ·𖣴⵿⃜⃟᭢
"Ini aneh, Pit." Ali berjalan mondar-mandir di hadapan Pita. Sesekali, lelaki itu juga mengupil dan membuang upilnya sembarangan tanpa tahu malu di hadapan gadis itu.
"Emang aneh," jawab Pita, singkat.
"Menurut lo... murid yang barusan nonjok Izroil itu beneran nonjok, atau kagak?"
"Ya beneran nonjok lah, anjir! Orang udah jelas-jelas ketonjok gitu."
"Iya, ya." Ali mendadak pilon. "Eh tapi maksud gue tuh setan cewek yang kemarin, Pit. Si buah. Kayanya dia deh yang ngerasukin murid tadi buat nonjok Izroil."
"Sepemikiran."
"Ngikut-ngikut aja lo. Bilang aja suka sama gue."
Pita mendelik. Lalu detik selanjutnya langsung memberi tabokan keras di kepala Ali dengan buku yang digulung.
"Ini setan-setan pada ke mana, dah? Giliran ditunggu aja kagak ada yang nongol." Ali melirik jam di pergelangan tangannya lalu menghela napas panjang.
"Juliet lagi ikut senam bareng ibu-ibu hamil. Jadi gue pikir dia nggak bakal ke sini," Pita memberitahu, "Kalo Tuyul Jono barusan gue liat lagi manjat pohon mangga. Kayanya mereka mau nyuri rambutan deh."
"Setdah duo bolang emang."
"Apaan tuh?"
"Botak-botak anak ilang." Ali tertawa terbahak-bahak kemudian. Pita menoleh. Melihat mulut Ali yang mangapnya lebar, sontak membuat tangan Pita refleks menampar mulut lelaki itu.
"Hai Nyai Pita..."
Tuyul Jon dan Tuyul No muncul di waktu yang tepat. Pas sekali saat Ali selesai membicarakan keduanya. Kedua hantu itu juga membawa sesuatu di dalam kresek yang dibawanya.
"Eh, ada Bang Ali di sini." Tuyul No seolah baru sadar jika Ali ada di sana. Padahal jelas-jelas Ali yang segitu besarnya sudah berdiri dan bernapas sejak beberapa jam yang lalu.
"Kami duo tuyul yang gagal perkasa ini baru saja mendapatkan jambu yang dirawat seperti anak sendiri," kata Tuyul Jon, mendadak, ia berpidato seperti itu. "Mau minta? Eh tapi ngicip aja deh nggak usah minta."
Pita menyenggol pundak Ali, membuat Ali langsung gelagapan dan terhaha di hadapan mereka bertiga.
"Nggak deh nggak usah. Jambu lo berdua lebel haram," cerca Ali kemudian.
"Oke fine, Bang. Lagian tadi cuma ngetes doang kok nggak beneran."
"Terus yang tadi maksudnya apa, Ngab?" Ali mulai emosi dibuatnya.
"Nggak papa, Bang. Cuma mau sombong," jawab Tuyul No, "Dah lah, Jon. Kita balik aja! Jangan di sini, nanti diminta."
"Yoi. Nanti mampir beli susu dulu kan, Bos?"
"Yoi."
Kedua tuyul yang ngakunya gagal perkasa itu pun akhirnya pergi dari kediaman rumah Pita. Pita melongo, sementara Ali sibuk mengusap dada.
"Astaghfirullah bujang..."
[][][][][][][][][][][][][]
.
.
.
.
Menurut kalian, si Delima punya masalah apa sama Izroil?
Hayooo, ada yang tau?
.
.
.
Sampai jumpa diupdate-an selanjutnya❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top