7 : Ketemu lagi
Pita sulit sekali memejamkan matanya padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Pita menggerak-gerakkan tubuhnya untuk mencari posisi ternyaman. Saat ia memiringkan tubuhnya ke kanan, gadis itu merasakan ada aura dingin di hadapannya. Alhasil, ia mencoba membuka matanya secara bertahap. Kanan ... kiri ....
Pita langsung menjerit. Dan loncat dari ranjangnya begitu sadar bahwa Ali ternyata tidur tepat di sampingnya bahkan semula tengah menghadap padanya. Ali yang terusik akhirnya ikut membuka mata. Melayangkan tatapan bingung saat gadis itu memandang murka ke arahnya sambil menyilangkan kedua tangan pada tubuh kurusnya.
"Siapa yang ngasih lo izin untuk tidur di kamar gue?!" amuk Pita seraya melempar bantal ke arah Ali. Bodohnya, Pita baru sadar jika lelaki itu adalah hantu sehingga tidak semua benda bisa mengenainya.
"Kagak ada. Tapi, kan, gue nggak ngapa-ngapain lo! Kalaupun ketiganya setan ... kan gue setannya."
"Gue cukup seneng lo ngakuin diri," Pita tersenyum penuh makna lalu maju mendekati hantu lelaki itu, "tapi lo harus inget sama gender lo, setan!" Pita langsung menjambak rambut Ali dengan sarkas. Membuat kepala hantu itu terlempar ke kanan dan ke kiri.
Tiba-tiba gorden jendela kamar Pita bergoyang akibat angin yang terembus kencang. Keduanya kompak menoleh. Tanpa sadar, Ali sudah berada di belakang Pita sambil memegang lengan gadis itu. Pita mendelik tak terima. Berkali-kali ia mengibaskan tangannya agar Ali berhenti bergelayut di sana.
"Yang bener, dong! Masa setan takut setan, sih?" cibir Pita.
"Jangan banyak omong! Mending lo liat di situ ada siapa," kata Ali sambil menunjuk gorden tersebut. Hilang sudah pamornya sebagai hantu lelaki yang di luarnya tampak berani.
Pita tertawa mengejek. Kemudian melangkah pasti ke arah yang ditunjuk Ali tanpa hati-hati seperti film horor di tipi disertai dentuman nada yang menegangkan. Pita langsung menyibaknya dan menemukan Juliet sedang sibuk-sibuknya berfoto cantik.
Merasa diperhatikan, Juliet menoleh dan hampir saja menjatuhkan ponselnya itu andai tidak segera ditangkap. Juliet hendak kabur saat tahu itu adalah Pita. Tetapi tak semudah itu setelah Pita berhasil menarik kerah gaun oblongnya dari belakang.
"Plis, lah! Jangan apa-apain gue! Gue, kan, cuma numpang selfie doang!" ujar Juliet sambil berusaha melepaskan diri. Sementara itu Ali mengintip dari belakang tubuh Pita. Juliet menyadari hal itu jadi tersipu malu.
Pita menyatukan kedua alisnya saat telunjuk Juliet menunjuk-nunjuk ke arahnya.
"Gue?" tanya Pita.
"Belakang lo! Belakang," jawab Juliet, tak lupa memberi penekanan di akhir kalimat.
Pita membalikkan tubuh dan terkejut karena wajah Ali dekat sekali dengan wajahnya. Ali terdorong ke belakang ketika Pita mendorong keningnya dengan jari telunjuk.
"Cowok... pritikiyu...."
Ali mengalihkan pandangannya dari Pita pada Juliet bersamaan dengan wajah ternganganya seperti hilang akal. Juliet sedang mengedipkan sebelah matanya ketika Pita berbalik.
"Etdah. Status lo sebenernya apa, sih?" Pita mendadak frustasi.
"Gue jofisah."
"Apa, tuh?"
"Jomlo fisah apah."
Ali tertawa meringis melihat kelakuan hantu jaman sekarang. Setelah tadi siang digoda beberapa hantu gembel, sekarang malah harus mempersiapkan diri dengan hantu berambut keriting ini. Pita mencoba menghirup udara sebanyak-banyaknya.
"Daripada lo sama setan yang ada di belakang gue, mendingan lo sama drakula yang pas di sate itu aja, deh! Lebih menjamin hidup lo supaya makmur."
"Makmur apanya?! Belanja di mall aja ngutang dulu."
"Oke-oke, lupakan! Gue lupa kalau setan emang nggak ada yang kaya."
"Wah! Wah! Wah! Jangan meremehkan, dong! Gini-gini, setan juga ada yang kaya!"
"Oh, ya? Sekaya apa emangnya?"
"Sekaya monyet."
𖣴⵿⃜⃟᭢·· · · · ──────── · · · ·𖣴⵿⃜⃟᭢
"Al? Sebenarnya asal usul lo dari mana?" tanya Pita mengawali pembicaraan di pagi hari. Ia sedang menyisir rambut seraya menatap dirinya dipantulan cermin.
"Gue juga nggak tahu. Tiba-tiba aja gue ada di suatu tempat dan bisa lihat makhluk-makhluk jelek yang doyan gentayangan."
"Umur lo berapa?"
"Menurut lo berapa?"
"Yeee malah balik tanya lagi! Mana gue tahu, lah. Kenal lo aja gue nggak pernah." Pita mendengkus sebal. "Tapi serius, nih, lo nggak inget apa pun gitu?" Pita masih mencoba memastikan.
"Kalau iya gue inget, ngapain coba gue kagak langsung balik ke rumah dan justru numpang di rumah lo?"
Pita manggut-manggut membenarkan pernyataan Ali. Jauh di lubuk hatinya, sebenarnya Pita memiliki rasa peduli pada hantu ini meski bisa dikatakan hanya secuil. Sejak pertama kali Pita melihatnya, Ali begitu tampak menyedihkan. Itulah alasan utama mengapa ia memilih mengiyakan hantu itu saat akan menumpang di rumahnya tanpa memperpanjang perdebatan.
Ali tampak berbeda. Sebelas dua belas dengan Juliet tetapi keduanya memiliki tolak belakang yang sangat terlihat. Juliet diibaratkan sebagai peran penting di dunia perhantuan, sementara Ali ibaratnya pembalap yang masih berada di ujung start. Juliet tersegalanya. Sedangkan Ali mah apa atuh. Nembus dinding tidak bisa, melihat hantu pun tiada wira.
Seruan dari Seka membuat Pita buu-buru turun untuk sarapan. Selepasnya ia segera pamit dan pergi bersama Farhan karena memang kantor pria baya itu sejalur dengan sekolah Pita. Kali ini Ali memilih mengekori Pita diakibatkan trauma dengan hantu-hantu kemarin yang sempat menggodanya. Hal itu sukses membuatnya jadi bahan olokan dari si indigo keren.
Lama mobil melaju, akhirnya mereka berhenti tepat di depan SMA Tunggal Cermat. Pita lantas turun setelah berpamit pada Farhan. Mengabaikan Ali yang ada di belakangnya tengah mengkerutkan alis dalam, merasa familiar.
"Selamat pagi, cewek galak...."
Pita menoleh dan tatapannya bertemu dengan lelaki ... kemarin?! Sial! Apalagi yang akan terjadi pada Pita?
"Malam," jawab Pita membuat lelaki itu tergelak parah.
"Lucu-lucu!"
"Nggak lucu!" sentak Pita tepat di hadapan lelaki itu.
"Sensi amat dari kemarin. Suka, ya, lo sama gue?"
"Cuma lo yang nganggep sensi itu arti dari suka kayaknya."
Pita berbalik. Daripada berbasa-basi terlalu lama, mending ia pergi bersantai saja di kelasnya dengan segera. Eh, tapi ... si kampret Ali di mana? Bukankah sejak tadi ia mengekor pada Pita? Sudahlah, masa bodo!
Terdengar derap langkah cepat mengikuti Pita. Lelaki itu rupanya masih belum menyerah. Kini, ia berada di samping gadis itu.
"Nama gue Evan. Nama lo siapa?" tanyanya.
Pita tak mengindahkan.
"Lo pasti lagi pura-pura sok jual mahal, kan?" tanyanya lagi, "padahal kemarin lo sok-sok'an ngomong sendiri biar bisa narik perhatian gue."
Pita reflek berhenti dan langsung menggerakkan tubuh 80 derajat memandang Evan sehingga dia berhasil dibuat kaget.
"Gue sama sekali nggak berniat narik perhatian lo! Jadi cowok nggak usah sok kecakepan bisa? Lagian lo bukan tipe gue!"
"Emangnya tipe lo kayak gima—" suara dering ponsel berbunyi. Pita melirik sekilas, ternyata ponsel Evan. Evan segera mengangkatnya.
"Halo, Don? Kenapa lo?" tanya Evan.
"Pan ... gu-gue...." Suara di sebrang sana terdengar terbata. Itu adalah teman Evan, namanya Brandon.
"Kenapa lo?" Evan kembali bertanya.
"Gu-gue... barusan diganggu setan," katanya membalas. Lalu sedetik kemudian, terdengar letusan bom angin di sebrang sana, "sori, ya. Ba-barusan gue kentutin dia. Siapa suruh dia gangguin gue."
"Lo lagi di mana emang?"
"Boker."
Evan mengumpat kasar. Ia langsung mematikan sambungan secara sepihak tanpa henti-hentinya memaki Brandon.
"Sialan lo, Don! Giliran boker malah nelpon orang!" umpatnya. Evan kemudian mengerjap dan mencoba mengingat sesuatu. Lama matanya mengedar, barulah ia sadar bahwa Pita sudah mengacir pergi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top