π‘ͺπ’‰π’“π’šπ’”π’‚π’π’•π’‰π’†π’Žπ’–π’Ž π‘Ήπ’π’π’Ž β€’ π‘«π’‚π’š 07 : Death is on your side.

Sakit sekali.

Dadaku terasa berat. Bernafas pun rasanya sulit sekali. Aku terbatuk beberapa kali kemudian kembali menarik nafas dengan susah payah. Aku menatap sosok hitam di ujung ruangan. Membuka mulutku dengan susah payah untuk menanggil nama Yashiro.

Dalam hati aku berdoa kepada Tuhan untuk setidaknya menahan waktu kematianku sejenak.

Aku ingin mendengarnya bercerita untuk terakhir kali.

Sebuah keinginan konyol, tapi sepertinya disanggupi. Sosok hitam di ujung ruangan berhenti berjalan mendekatiku. Aku pun menarik nafas, memanggil nama Yashiro dengan suara yang berhasil terkumpul.

Yashiro meloncat bangun dari tidurnya. Mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menyalakan lampu kamar. Matanya membola.

"Amane-san-itu-anda-kenapa? Apa anda merasa sakit? Semua urat anda-ah-bagaimana saya menjelaskannya ya?-"

Aku menghentikan ucapannya dengan menunjuk kalender di ujung ruangan. Yashiro pun berhenti merentetan kata-katanya. Dia meremas ujung selimutnya, menatap saya dengan mata berkaca-kaca.

"Mereka bilang akhir tahun!" Serunya marah

"Tanggal 31.... Itu.... sudah masuk-ke akhir tahun.... Yashiro." balasku dengan nafas tersegal

"Mereka-AH! PSIKOPAT!"Marahnya

Yashiro turun dari kasurnya menuju kursi roda. Dia menuju kasurku dengan pandangan ketakutan. Yashiro mengenggam tanganku, membisikkan kata-kata kalau aku akan baik-baik saja. Aku menyangkalnya. Yashiro tidak mungkin tahu kalau aku sudah melihat malaikat pencabut nyawa di ujung ruangan yang siap membawaku ke alam baka.

"Saya akan panggil Suster-"

"Kau-bisa panggil.... Mereka.... Septelah bercerita...."

"Bercerita?"

Aku mengangguk dengan susah payah. Menatap malaikat di ujung ruangan yang juga menatapku.

"Ceritamu.... Apa saja.... Milikmu sendiri.... Tapi jangan terlalu lama..." Aku terbatuk lalu tersegal, namun berhasil mengambil nafasku lagi

"Waktuku-kamu.... Mengerti kan?"

Yashiro mulai menangis, dalam isakannya dia mengiyakan ucapanku. Tangannya yang mengenggam tangaku bergetar hebat. Entah karena dia ketakutan atau dia terlalu sedih.
Yashiro menarik nafas dalam-dalam, genggamannya makin kuat. Dan dia pun mulai bercerita.

†††

Ada seorang anak yang selalu mempertayakan nasibnya.

Dia anak yang baik, rajin, pintar, bahkan selalu dijadikan bintang kelas oleh gurunya. Sayangnya si anak ini selalu merasa bosan dengan hidupnya. Dia hidup di dalam kebohongan, dan dia juga menceritakan kebohongan kepada orang lain.

Akhirnya dia memutuskan untuk mencoba hal-hal baru, salah satunya adalah menjelajahi tempat-tempat yang belum pernah ia datangi sebelumnya. Tempat yang dipilihnya adalah rumah sakit.

Anak ini selalu sehat. Tidak pernah sekali pun dia menjejakkan kaki di rumah sakit. Karena itu dia merasa penasaran dan masuk ke dalam bangunan berisi orang-orang yang tidak sehat. Anak ini menyapa beberapa orang, bermain dengan para pasien dan kemudian pulang.

Sesampainya dia di rumah, anak ini menyadari kalau tangannya mulai gatal dan memerah. Setelah mengatakannya kepada kedua orangtuanya, anak ini ternyata terinfeksi oleh penyakit yang diderita salah satu Pasien di rumah sakit.

Akhirnya anak itu di rawat. Selama masa perawatannya dia lagi-lagi merasa bosan. Akhirnya dia pun duduk di bangku taman setiap ada waktu luang.
Di taman itu dia bertemu dengan seorang gadis manis seumurannya. Gadis itu sangat manis, sayangnya matanya tidak pernah terbuka. Gadis itu tunanetra.

Karena anak ini pandai dan sangat suka membaca dia selalu menceritakan hal-hal yang diketahuinya untuk sang gadis yang tidak pernah bisa melihat. Meskipun begitu hal yang dikatakannya selalu diiringi dengan kebohongan. Tapi sang gadis pun merasa sangat senang dengan kehadiran anak itu, mereka selalu menghabiskan waktu di bangku taman selama berjam-jam hanya untuk mendengarkan dan bercerita.

Akhirnya sampai saat dimana gadis ini akan mendapatkan mata barunya di hari natal. Sayangnya sang anak yang selalu bercerita kepadanya takut kalau gadis ini akan membencinya.

Sang anak pandai tidak ingin hal itu terjadi, akhirnya ia selalu memberikan teka-teki kepada si gadis. Tapi jawaban pertanyaan selalu ia iringi dengan kebohongan. Sampai akhirnya si gadis pun mengetahui kebohongannya. Si gadis marah. Mereka pun bertengkar sampai akhirnya si anak pandai kembali mengajukan pertanyaan.

"Apa yang datang setelah musim dingin dan salju?"

Si gadis pun kebingungan. Pertanyaan yang diajukan oleh anak itu bukan pertanyaan biasa. Setelah berpikir sekian lama, akhirnya si gadis pandai menjawab burung dan festival. Sayangnya jawaban itu salah.

"Yang datang adalah air. Semua es mencair setelah musim dingin berlalu."

Untuk pertama kalinya, anak pandai itu pun mengatakan kejujuran.

†††

Ceritanya lebih berantakan dari cerita-cerita sebelumnya. Mungkin karena dia membuatnya secara dadakan. Atau mungkin karena dia takut, entah apa pun itu. Yashiro menarik nafas dalam-dalam. Mengenggam tanganku makin erat setelah menyelesaikan ceritanya.

"Apa saya boleh memanggil tim medis sekarang?"

Aku menggeleng pelan.

"Bagian itu..... teka-teki.... kau belum menceritakannya-dengan benar...." Aku tertawa kecil


"Yang -datang setelah.... musim dingin itu, musim semi. Jawabannya-bunga...." lanjutku

Yashiro membelakkan matanya, lalu dia tertawa. Tawanya diiringi dengan isakkan kecil. Dia bergumam membenarkan ucapanku.

"Terima kasih...." Ucapku

Yashiro menggenggam tangaku kuat-kuat. Menangiss sambil menggeleng berkali-kali. Isakannya terdengar sangat jelas. Yashiro menangis dan terus menangis. Tangan dan tubuhnya bergetar seolah mengiringi tangisannya.

Aku menepuk kepala Yashiro beberapa kali.

"Mau dipanggil.... Atau pun tidak-aku akan tetap mati...."

"Yashiro.... Aku senang bisa-bertemu denganmu. Terima kasih banyak.... Aku bersyukur bisa mendengar-ceritamu.... Untuk terakhir kalinya."

Sosok di ujung ruangan berjalan mendekat. Dia kini berdiri di sampingku dan mengulurkan tangannya seolah memintaku untuk membalas ulurannya. Aku menarik nafas dalam-dalam.

Rasanya sakit sekali.

"Yashiro...." Aku memanggilnya dengan pelan

Wajah Yashiro sudah basah karena air mata. Pipi dan hidungnya memerah. Irisnya terlihat seperti retakan di ruby berwarna merah. Yashiro menatapku, dan tatapannya memberikan energi kesedihan yang luar biasa.
Aku tersenyum di dalam hati. Setidaknya ada yang menemaniku sebelum aku membalas uluran tangan kematian.

Aku menarik nafas. Mengatakan dua kalimat yang selama ibi aku simpan di kerongkongan.

"....Aku-menyukaimu...."

Aku membalas uluran tangan kematian.

Suara isakan Yashiro masih bisa aku dengar. Suara isakan yang diiringi dengan seruannya memanggil namaku. Setelahnya dia memencet tombol merah untuk memanggil para tim medis ke dalam kamar.
Dia mengguncang tubuhku beberapa kali, berteriak, berseru, memanggil namaku berkali-kali. Suaranya sudah terdengar parau dan wajah berbayangnya penuh dengan air mata.

Padahal beberapa jam yang lalu kami masih tertawa dan saling membuat janji. Beberapa jam yang lalu aku masih bisa berbicara dan menanggapi panggilannya. Tapi sekarang pun, membuka mulut aku tidak bisa. Menggerakkan tubuh pun rasanya sulit. Berat, sangat berat.

Suara-suara mulai terdengar samar. Pandangan pun perlahan menggelap. Seperti ditarik ke dalam ruang hampa tanpa suara dan warna.

Jadi ini rasanya kematian.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya lalu menutup mata.

†††

BαΊ‘n Δ‘ang đọc truyện trΓͺn: AzTruyen.Top