๐‘ช๐’‰๐’“๐’š๐’”๐’‚๐’๐’•๐’‰๐’†๐’Ž๐’–๐’Ž ๐‘น๐’๐’๐’Ž โ€ข ๐‘ซ๐’‚๐’š 02 : Its the part of us.

Hari ini Teru datang telat.

Dia datang ke Kamar untuk pengecekan Pagi pada pukul setengah sepuluh. Rambutnya masih acak-acakan dengan beberapa salju yang menempel. Nafasnya juga terengah-engah ketika dia tiba di depan pintu kamar. Aku dan Yashiro yang sedang bermain jankenpon cuma bisa menatapnya dengan pandangan terkejut. Kami berdua menerka-nerka apa yang terjadi kepadanya lewat pandangan mata.

"Selamat pagi Amane-kun. Maaf aku telat, keretanya berhenti karena salju."

Suaranya ringan seperti biasa. Senyuman menawan juga dia pasang.

".... Di rambutmu, ada salju."

Aku tidak mau mengakui kelakuan Profesionalnya. Jadi aku menunjuk keteledorannya dalam membersihkan rambut sendiri. Tidak ada salahnya juga kan? Biasanya Teru juga berbuat seperti itu kepadaku. Jadi aku mau sedikit membalaskan dendamku kepadanya.

Ketika aku pikir-pikir kenapa dia bisa berantakan begitu? Penampilannya seperti habis tertiban salju. Apa jangan-jangan dia berlari dari Stasiun menuju Rumah Sakit? Karena seingatku dari semalam sampai pukul tujuh pagi tadi salju turun lebat, jadi Kereta diberhentikan sampai saljunya sedikit mereda. Jangan-jangan Teru sudah di perjalanan saat pukul enam lalu berjalan dari stasiun ke Rumah Sakit.

"Baiklah, sudah rapih. Ayo kita mulai pengecekan paginya Amane-kun."

Teru mengeluarkan beberapa alat medis dan papan jalan. Setelah melakukan hal-hal dasar seperti mengecek suhu tubuh dan memeriksa tenggorokan dia mengeluarkan jarum suntik. Artinya jadwalku untuk pemeriksaan darah sudah tiba.

"Kau sudah dapat sarapan?" Tanya Teru di tengah-tengah mencatat hasil pengecekan

Aku mengangguk. Teru menatapku sebentar sebelum akhirnya kembali mencatat di papan jalan. Kertas hasil pengecekan dia letakan di dekat ranjangku sambil tersenyum ramah seperti biasanya.

"Sayang sekali...."

Aku ingin bertanya apa maksudnya.

"Aku padahal ingin mengantarkan Amane-kun Sarapannya. Untuk terakhir kalinya."

Setelah berkata begitu Teru pergi ke luar ruangan. Sedangkan aku kembali ke posisi semula. Masih memikirkan kata-kata Teru yang terasa janggal.

"Dia agak aneh ya hari ini?" Celetukku

Yashiro di ujung ruangan terlihat sedikit pucat dan ketakutan. Lagaknya seperti habis melihat hantu. Aku jadi bingung dengan sikapnya yang juga ikut-ikutan aneh begitu. Padahal kan Yashiro demen dengan Teru, apalagi dengan kelakuan Pangerannya. Aneh sekali jika dia malah ketakutan sehabis melihat Teru masuk.

"Ada apa?" Tanyaku penasaran

Yashiro menunduk seperti sedang menyusun kata-kata. Aneh. Berapa kali aku mengatakan aneh hari ini? Yang jelas Yashiro jadi bertingkah aneh. Biasanya dia langsung berbicara tanpa memikirkan dulu kata-katanya kecuali jika dia ingin bercerita. Tapi kali ini dia seperti sedang menimbang, seolah kata-katanya bisa menyakitiku.

Ada apa sih sebenarnya?

Apa jangan-jangan aku ini mau mati? Makanya mereka semua bersikap aneh seperti itu. Apalagi Teru mengucapkan untuk terakhir kalinya. Apa aku benar-benar akan mati?

Kenapa aku jadi Overthinking begini?

"Amane-San...."

Aku menanggapi panggilannya dengan mendongakkan kepalaku. Yashiro menggaruk tengkuknya.

"Saya rasa.... Teru-San tidak akan kesini lagi." Ucapnya

"Maksudmu?"

Suasana kamar langsung menjadi hening. Saking heningnya suara tetesan infus bisa terdengar dengan jelas. Seperti sedang menunggu hasil check up apakah kau dinyatakan sembuh atau tidak. Tegang dan hening. Rasanya sama seperti sekarang ini.

"Tadi, di punggung Teru-San,"

"Ada luka sobek yang besar."

Aku menahan nafasku. Yashiro menutup matanya sambil melanjutkan ucapannya dengan suara kecil. Saking kecilnya aku ingin menganggap bahwa diriku tidak mendengar lirihannya yang bergetar.

"Pagi ini ada kecelakaan Kereta karena badai."

"Korban yang selamat hanya satu gerbong. Yang lainnya mati. Mereka kecelakaan di tengah rel jadi pertolongan datang terlambat. Beberapa korban sudah tertimbun salju dengan darah yang merembes keluar dari luka mereka."

"Amane-san.... Saya rasa, Teru-San adalah salah satu penumpang kereta itu."

Ini bohong kan?

Bahu Yashiro bergetar. Pandangannya jatuh ke bawah. Dia tertawa. Dia pasti tertawa karena berhasil mengerjaiku. Dia pasti tertawa karena merasa dia telah berhasil mengerjaiku. Dia pasti tertawa....

Itu yang ingin aku percaya.

โ€ โ€ โ€ 

Siang ini terasa lama sekali.

Rumah sakit sedang gempar karena baru saja kehilangan satu perawat. Terlebih lagi itu perawat khusus di lorong ini. Penghormatan untuk Teru dilakukan di taman Rumah Sakit. Semua pasien dan pegawai rumah sakit turut hadir dalam penghormatan hening itu. Sekuncup bunga Lily putih diletakan di tengah-tengah taman.

Yashiro tidak pergi ke bawah. Dia lebih memilih untuk menemaniku yang sedang bertekuk lutut di kasur. Kursi rodanya diperbolehkan untuk disimpan sementara di dalam ruangan oleh Aoi Akane. Selimut kecil berwarna coklat menutupi bagian bawahnya. Tangannya yang terulur ke punggungku melakukan gerakan soothing.

"Kematian memang dekat." Lirihku

Yashiro menghentikan gerakan tangannya. Wajahnya sedikit ia tekuk setelah aku berkata seperti itu.

"Amane-San, jangan berbicara begitu dong" protesnya

"Aku mengatakan yang sebenarnya kan?" balasku

"Tapi jangan sekenaknya berkata tentang kematian...."

"Lalu apa yang harus aku katakan?"

Yashiro diam. Jemarinya ia mainkan di antara rambutnya.
Dia sedang berpikir. Mungkin berpikir bagaimana mengatasiku yang sedang dalam mode emo begini. Yashiro kan memang orang baik. Dia bahkan tidak marah setelah aku mengintip kakinya yang tidak ada.

"Kalau saya bercerita, apa Amane-san mau berhenti berkata seperti itu?"

Aku akhirnya menoleh ke arah Yashiro.

"Cerita apa?" Tanyaku

"Tentang kematian." Jawab Yashiro

Tawa kecil aku keluarkan. Kenapa kematian? Kan Yashiro bilang jangan membicarakan kematian lagi. Kadang aku tidak bisa menebak isi kepala dari gadis Daikon ini. Ada kalanya dia mengutarakan hal-hal acak. Misalnya seperti mencoba untuk memecahkan kasus dari Jack The Ripper dengan menyangkut-paut kan relasi dari para korban dengan keluarga. Hal random terbarunya adalah tentang Cheshire Cat di Cerita Alice in Wonderland karya Lewis Carroll. Katanya mungkin Cheshire Cat sebenarnya adalah malaikat penjaga Alice atau semacamnya. Aku tidak mengerti.

Lagipula apa yang bisa aku mengerti tentang gadis ini?

"Baiklah."

Yashiro menatapku. Dia menarik nafas dalam-dalam dan mulai bercerita.

โ€ โ€ โ€ 

Ini cerita tentang seorang perempuan yang selalu dihantui oleh kematian.

Dia lahir di keluarga yang berkecukupan. Dia anak pertama dari 5 bersaudara. Namanya Yoru. Seperti yang anda tahu, Yoru artinya malam.

Yoru satu-satunya anak perempuan di keluarga itu. Karena hal tersebut ia sering dijadikan bahan ejekan dan di cemooh oleh saudara-saudaranya. Tapi Yoru tidak pernah menanggapinya. Yoru anak yang cuek namun hal itu yang menjadi tamengnya. Dia tidak peduli dengan dunia sekitar dan sering menghabiskan waktu di kamar seorang diri sambil membaca buku.

Biasanya Yoru membaca buku di tempat favoritnya, di pohon ek yang ada di kebun tamannya. Pohon itu memiliki dahan yang kuat. Cukup kuat untuk menahan beban 5 orang dewasa. Yoru menghabiskan sebagian besar waktunya di pohon itu. Meskipun banyak sampah kayu dengan paku berserakan, Yoru selalu berhati-hati sehingga dia tidak pernah tergores atau pun terluka.

Suatu siang, adik-adik Yoru baru pulang bermain. Mereka membawa banyak sekali batu yang dikumpulkan untuk mengambil buah. Ketika mereka melihat Yoru sendirian di atas pohon ek, muncul ide untuk menjahili sang kakak.

Adik pertama mulai melemparkan batu, diikuti oleh adik kedua, ketiga dan seterusnya. Yoru berteriak kesal. Meminta mereka agar berhenti menganggu dan melemparinya batu. Sayangnya adik-adiknya tidak menanggapi.

Yoru melihat adik ketiganya mengambil batu runcing dari tanah. Batu itu hendak dilempar ke arahnya. Melihat hal itu, Yoru langsung melompat turun dari Pohon Ek ke arah sang adik.
Adik ketiganya terkejut, dia kehilangan keseimbangan dan jatuh terlentang. Di belakang sang adik ketiganya ada papan kayu bekas dengan paku tajam. Paku itu menusuk kerongkongan adiknya, menembus sampai keluar. Adiknya mati saat itu juga.

Itu adalah kematian pertama.

Entah karena memang Yoru anak pendiam, atau karena keluarganya memilih untuk melupakannya. Kebereadaan Yoru setelah kematian adik ketiganya seperti angin. Yoru akhirnya kabur dari rumah saat menginjak 17 tahun. Dia pergi ke kota lain, kota yang jauh dari jangkauan keluarganya. Yoru bekerja sampingan di berbagai toko untuk mendapatkan uang penghidupannya.

Tapi hal ini terjadi.

Saat itu, Yoru dan temannya yang diminta untuk melakukan shift siang di restoran. Siang itu restoran sangat sepi akan pengunjung. Karena ini Restoran rumahan, ada dua lantai. Lantai satu untuk yang tidak merokok dan lantai dua untuk perokok.
Kemudian ada satu pelanggan yang datang. Dia adalah perokok, karena itu Yoru langsung menunjukkan meja di lantai atas. Temannya mengambil air dan teh untuk sang pelanggaan.
Si pelanggan langsung membuat pesanan sesaat dia duduk di meja. Yoru mencatatnya lalu pergi ke arah tangga.

Temannya yang bertugas mencatat pesanan menuju ke atas. Yoru menunggu di pinggiran tangga untuk memberikan pesanannya.

Apa anda tahu apa yang terjadi?

Temannya terpeleset. Dia jatuh terjungkal dari 18 anak tangga ke lantai satu. Darah segar keluar dari kepalanya yang retak. Yoru berteriak, meminta sang pelanggan untuk memanggil Ambulance dan dia mengabari pemilik restoran.
Temannya dinyatakan meninggal karena pendarahan.

Itu adalah kematian yang kedua.

Setelah kejadian di Restoran itu, Yoru memilih untuk mengundurkan diri. Untungnya sang pemilik restoran orang baik. Dia tidak menyalahi Yoru atas kejadian yang terjadi. Yoru bahkan ditawari untuk tinggal bersama dengannya. Yoru menolak dengan sopan. Dia akhirnya bekerja sebagai Sekretaris di suatu perusahaan. Kerjanya hanya memasukan data dan mengetik jadwal untuk atasannya.

Hidupnya terasa sangat membosankan. Karena itu Yoru selalu pergi ke tempat-tempat lain saat libur. Bisa dibilang sekarang hobinya adalah travelling. Berkeliling ke tempat-tempat mengagumkan di dunia. Pada saat ini juga lah Yoru mendapatkan seorang kekasih.
Kekasihnya lelaki baik dan ramah. Dia seorang penulis buku yang memiliki terlalu banyak waktu luang di tangannya. Mereka berdua menjalin hubungan yang cukup serius, bahkan sang lelaki sudah mulai membicarakan pernikahan.

Sayangnya Yoru sebenarnya tidak ingin menikah. Dia perempuan dengan tipe independen jadi dia merasa kalau menikah hanya akan menghalau pekerjaannya. Ketika Yoru menolaknya, hal aneh mulai terjadi. Si laki-laki menjadi makin posesif. Yoru juga merasa kalau dia selalu dibuntuti. Akhirnya Yoru mengajak kekasihnya untuk makan malam di rumahnya, sekaligus menyatakan keberatannya akan tingkah laku si lelaki dan meminta si lelaki untuk mengakhiri hubungan mereka.

Sayangnya sang lelaki tidak bisa menerimanya. Istilahnya dia sudah cinta mati dengan Yoru. Ketika Yoru ingin mengakhiri hubungan mereka, dia mencekik Yoru. Matanya terlihat seperti orang kehilangan akal sehat. Yoru berusaha melepaskan cekikan si lelaki. Memukul, mencakar, mendorong, semua usaha sudah dia lakukan.

Yoru ingat ada akuarium ikan di dekat mereka. Akuarium bulat pemberian dari pemilik restoran tempatnya bekerja dulu. Tangan Yoru menggapai-gapai nakas di belakangnya untuk meraih akuarium. Setelahnya ia pukul ke arah sang lelaki.

Kesakitan, sang lelaki melepaskan cekikannya. Darah segar keluar dari pelipis dan kepalanya. Wajahnya seperti orang yang baru bangun tidur. Yoru terengah-engah. Mengambil sisa pecahan akuarium untuk berjaga-jaga jika sang lelaki menyerang lagi.

Tapi dia tidak menyerang.

Pecahan dari akuarium itu menancap di kepalanya. Menusuk ke dalam.

Itu adalah Kematian yang ketiga.

Yoru tidak berani lagi untuk tinggal sendiri. Dia akhirnya tinggal bersama dengan pemilik restoran sebelumnya. Yoru menceritakan kisahnya, nasibnya, kesialannya, semuanya ia ceritakan kepada sosok yang lebih tua 20 tahun darinya itu. Yoru ingin disalahkan karena ia memang merasa bersalah. Kematian orang-orang di sekitarnya adalah karena ada dirinya. Dia pembawa sial. Pembawa kutukan.

Namun jawaban yang diberikan oleh pemilik restoran itu adalah suatu hal yang sangat mengejutkan.

"Kalau anda merasa begitu. Itu bukan salah anda."

"Kematian memang selalu datang, selalu mengintai. Dia akan terus berada di sekitar kita, di sekitar orang-orang. Kematian mereka bukan salah anda."

Sang pemilik restoran itu memegang tangan Yoru, mengelusnya sambil tersenyum.

"Saya biasa melapisi tangga restoran dengan lilin selama 2 tahun sekali. Saat kematian teman anda itu lah saya melapisinya pada malam hari. Harusnya saya memberi tahu kalian berdua terlebih dahulu, tapi saya lupa karena saya ini wanita tua yang cepat lupa."

"Kalau saya mengatakan itu, apa saya juga bisa mengatakan kematian teman anda itu salah saya?"

Yoru menggeleng. Wajahnya makin basah karena air mata. Si pemilik restoran tersenyum kecil.

"Mereka mati karena menggantikan kematian anda. Anda tidak tertancap batu lancip itu, anda tidak terpeleset tangga yang sama dengan teman anda, dan anda tidak mati karena dicekik oleh pacar anda."

"Itu artinya, kematian memang ada. Tapi bagaimana kematian merengut nyawa seseorang dan bagaimana orang tersebut mendapatkan kematiannya, itu hal yang perlu anda pahami, Yoru-chan."

Hari itu Yoru akhirnya menemukan jawaban.

โ€ โ€ โ€ 

Yashiro mengakhiri ceritanya dengan helaan nafas panjang.

Cerita kali ini sangat.... Bagaimana aku mengatakannya ya? Gelap? Menyeramkan? Menakutkan?
Aku tidak tahu harus berkata apa setelah mendengar ceritanya. Jadi aku diam di tempatku sambil mendengarkan bunyi salju di luar jendela.

"Bagaimana menurut anda?"

Aduh.... Aku tidak bisa menjawabnya.

Yashiro sepertinya tahu aku kebingungan. Iris rubynya menatapku dengan lekat. Dia tidak berkedip sedetik pun seolah-olah mengharapkan jawaban dariku. Tapi karena aku tidak kunjung berbicara dia melanjutkan perkataannya.

"Saya sebenarnya ingin menyampaikan hal yang sama kepada Amane-san, seperti yang wanita tua itu katakan."

"Tentang kematian?" Tanyaku

Yashiro mengangguk.

"Tentang kematian."

"Mungkin kematian Teru-san memang untuk menghalau hal buruk terjadi kepada Amane-san."

Aku tertawa pelan.

"Kau percaya dengan hal seperti itu?"

Yashiro mengangguk. Matanya yang sembab menatapku lurus.

"Itu yang ingin saya Percaya." Jawabnya yakin.

"Saya ingin Amane-san berhenti berbicara tentang kematian. Seperti yang wanita itu bilang, kematian memang dekat. Tapi dia tidak pernah mencekik kita dengan sabitnya- kan?"

Yashiro seperti melongkapi satu kalimat. Aku sendiri tidak tahu apa yang harus aku jawab setelah dia berkata seperti itu. Kata-katanya seperti melihat kegelisahanku yang paling dalam. Yang paling ingin aku sembunyikan.

"Amane-san, anda tidak ingin mati bukan....?"

Pertanyaan yang ia keluarkan dengan suara lirih itu berhasil membuatku kembali meneteskan air mata.

Aku memang tidak ingin mati. Aku masih ingin hidup, tetap hidup. Aku ingin kembali menghirup udara segar tanpa bau obat-obatan. Tanpa kursi roda. Tanpa infus yang menyalurkan obat agar aku tetap hidup.
Tapi kematian adalah bagian dari kehidupan. Suatu saat pun nanti aku akan mati. Disini pun, dengan kematian Teru pun seolah membunyikan lonceng kalau aku akan segera mati.

Yashiro diam di tempatnya. Tangannya meraih tanganku, menggenggamnya dengan erat. Senyum sedih terpatri di wajahnya. Irisnya terlihat seperti ruby yang retak. Dia berkata dengan suara yang bergetar.

"Karena itu, anda harus hidup. Untuk diri anda...." Yashiro memotong ucapannya.

"....Dan untuk saya."

Aku tidak mengerti apa yang dia katakan. Karena siang itu kami menangis sampai rasanya air mata pun sudah tidak mampu untuk keluar lagi.
Sebenarnya aku ingin bertanya apa yang Yashiro maksud dengan hidup untuknya. Aku benar-benar ingin bertanya apa yang dia maksud dengan perkataan itu. Tapi suaraku seperti tertahan si tenggorokanku yang panas dan kering.

Sisa hari itu aku habiskan dengan menangis bersama dengan Yashiro.

โ€ โ€ โ€ 

โ ๐“›๐“ฒ๐“ฟ๐“ฎ ๐“ฒ๐“ผ ๐“ฏ๐“ธ๐“ป ๐“ฝ๐“ฑ๐“ฎ ๐“ต๐“ฒ๐“ฟ๐“ฒ๐“ท๐“ฐ.
๐“ญ๐“ฎ๐“ช๐“ฝ๐“ฑ ๐“ฒ๐“ผ ๐“ฏ๐“ธ๐“ป ๐“ฝ๐“ฑ๐“ฎ ๐“ญ๐“ฎ๐“ช๐“ญ.
๐“›๐“ฎ๐“ฝ ๐“ต๐“ฒ๐“ฏ๐“ฎ ๐“ซ๐“ฎ ๐“ต๐“ฒ๐“ด๐“ฎ ๐“ถ๐“พ๐“ผ๐“ฒ๐“ฌ.
๐“๐“ท๐“ญ ๐“ญ๐“ฎ๐“ช๐“ฝ๐“ฑ ๐“ช ๐“ท๐“ธ๐“ฝ๐“ฎ ๐“พ๐“ท๐“ผ๐“ช๐“ฒ๐“ญ. โž
-

๐“›๐“ช๐“ท๐“ฐ๐“ผ๐“ฝ๐“ธ๐“ท ๐“—๐“พ๐“ฐ๐“ฑ๐“ฎ๐“ผ

Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: AzTruyen.Top