4
Beberapa tahun berlalu sejak (Name) pertama kali berada di dunia ini. (Name) yang berusia 12 tahun menghela napas, menatap malas jalan pulang.
Ukuran tubuhnya sudah hampir mendekati dulu. Mempunyai keluarga yang penuh kasih sayang, juga prestasi. Dia tersenyum kecil mengingatnya.
Namun kehidupan sekolahnya sedikit kacau. Perundungan yang ia dapat membuat senyumannya luntur seketika.
Beberapa bulan terakhir, ia mendapat perundungan dari anak-anak kelas. Ia tidak tahu di mana akar masalahnya.
Seseorang menuduh bahwa ia pernah merundung seorang murid, murid perempuan populer di kelas. Kini semua anak kelas berpihak padanya, dan menganggap (Name) pantas mendapatkan perundungan.
'Aku saja tidak pernah bicara dengannya sekalipun, bagaimana caraku merundung, hah?!' batinnya kesal menendang angin kosong.
Tapi beberapa saat kemudian dia memegangi kakinya yang terasa perih. Bekas 'candaan' anak-anak kelas yang sengaja membuatnya terjatuh.
Sebenarnya ini bukanlah luka yang cukup parah, tapi karena fisiknya yang mudah sekali menerima rasa sakit, hal itu terasa sakit berkali-kali lipat.
Tapi untuk beberapa waktu, (Name) tak berniat memberitahukannya pada orang lain.
Mungkin bagi orang lain ini seperti permainan anak kecil, atau hanyalah kejahilan ringan. (Name) tidak akan menyangkal karena ini memang tidak separah dulu.
Tapi perundungan tetaplah perundungan. Apalagi jika sudah menggunakan fisik.
(Name) selalu menyembunyikan bekas perundungan itu dengan sempurna.
Mungkin terlihat bodoh, tapi membicarakan sesuatu yang bisa menyinggung masa lalu kelamnya tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Dia juga tidak ingin Izumi terkena imbas dari apa yang sudah ia alami.
(Name) berjongkok di pinggir jalan dengan helaan napas yang kembali keluar.
"Kapan aku jadi MC? Aku lelah, tolong."
"Ini bukumu, 'kan?" ucap seseorang dari belakangnya.
(Name) menoleh, menatap Izumi yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya.
Pandangannya bergulir, menatap kaget apa yang Izumi pegang.
Buku tugas miliknya yang sudah sobek di mana-mana. Buku tugas yang terdapat angka 100 di setiap lembar, kini tampak tidak ada satupun tulisan yang utuh.
Berbagai tulisan hinaan dan hujatan untuk (Name) dapat Izumi lihat di sana. Gadis itu masih melotot kaget.
'Kok bisa ada di Ijum?! Tadi kan sudah dibuang sama anak-anak?'
'Bagaimana jika Izumi malah membela mereka?'
"B, bukan kok, buku siapa itu yang Kakak pungut?"
'Bagaimana jika aku dibentak?'
"Kau mau mengelak? Walau banyak sobekan, tapi di sini jelas tertera tulisan Sena (Name)."
(Name) menghela napas, "iya, iya, itu punyaku," jawabnya yang menyembunyikan tangannya yang sedikit gemetar.
"Siapa yang melakukan ini padamu?"
"Bukan siapa-siapa, itu aku sendiri yang menulisnya."
Raut marah Izumi tampak jelas, (Name) hanya mengalihkan pandangannya.
"Apa itu masuk akal?"
Ucapan itu membuat (Name) memainkan ujung jarinya, bola mata birunya menatap tanah dengan ekspresi bersalah.
"Teman ... kelasku."
"Aku akan melaporkannya pada guru."
"Jangan!" jawab (Name) dengan sangat cepat. Di dalam hati dia tidak percaya Izumi sampai mau melaporkam mereka.
"Apa maksudmu? Kau bodoh?!"
"Apa Kakak pikir mereka tidak akan mengulanginya lagi saat sudah mendapatkan hukuman?!"
"Lalu apa? Kau mau mendapatkan hal seperti ini terus hah?"
"Tidak."
Izumi menarik tangan (Name) dan menunjuk salah satu lengannya, "dan ini, kau bilang karena kau jatuh, padahal ini perbuatan mereka, bukan?"
"...."
Tidak ada jawaban yang keluar, (Name) mengalihkan pandangannya kearah lain untuk menghindari tatapan marah dari Izumi.
"... maaf."
"Maafkan aku."
Helaan napas keluar dari pemuda itu. Perlahan dia melepaskan genggaman tangannya.
"Aku bukannya ingin memarahimu, (Name)."
"Ini bukan salahmu."
"Tidak, aku salah karena menyembunyikannya dari Kakak, maaf."
Izumi mengangkat tangannya ragu, "kau tidak salah, aku minta maaf sudah membentakmu," ucapnya menggenggam lembut tangan (Name).
"Kita bicarakan di rumah."
Manik biru laut (Name) menatap buku yang masih Izumi bawa. Dia menarik pelan seragam Izumi, membuatnya menoleh.
"Itu ... tidak mau dibuang saja?"
"Kau benar, tidak ada untungnya kau melihat ini."
"Lagipula tidak ada yang pantas dilihat, anak-anak bodoh itu sudah mengotori nilai sempurnamu."
โโโโโ
Mereka berdua sampai di rumah dan Izumi langsung menceritakan semuanya pada sang ibu. Sedangkan (Name), hanya duduk, rasanya ingin menghilang karena perasaan takut seperti telah melakukan hal yang sangat buruk.
'Apakah aku akan dimarahi?' Pikiran itu terulang berulangkali.
(Name) sangat bersyukur sekaligus terkejut dengan respon Izumi. Dia kira dia akan dimarahi habis-habisan. Tapi dia pikir mungkin itu hanya Izumi, tidak dengan keluarganya yang lain.
"Bagaimana jika (Name) pindah sekolah?"
(Name) menatap ibunya yang berkata seperti itu. Gadis itu tidak merespon apa-apa. Bukan ini yang ada di bayangannya.
"Aku akan bicara dengan ayah kalian nanti, sekarang kalian kembali ke kamar dulu."
Ibu mendekati (Name), mengelus lembut pucuk kepalanya dengan senyuman.
"(Name) mau makan sesuatu?" Ia menggeleng pelan.
"Baiklah."
Begitu masuk ke dalam kamar, hal pertama yang ia tuju adalah cermin yang ada di dinding.
Rambut kuncir kuda itu ia uraikan, menatap tidak percaya cerminan dirinya yang ada di sana.
"Aku dibela?" monolognya.
(Name) membaringkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.
"Aku ... belum pernah dibela sampai beberapa saat lalu."
'Padahal tinggal dua tahun, tidak masalah bertahan beberapa saat lagi.'
Beberapa saat seseorang mengetuk pintunya, "masuk saja, tidak dikunci."
Pintu terbuka, menampilkan Izumi dengan sepiring makanan di tangannya. Mata (Name) berbinar saat melihat makanan itu, sontak langsung berdiri mendekati kakaknya.
"Pancake! Untukku?"
Izumi hanya berdehem dan memberikannya. Dia menatap (Name) yang sudah duduk, memakan pancake itu dengan lahap sembari sedikit bersenandung.
"Bagaimana bisa selama ini kau menyembunyikannya?"
"Apnua?" (Name) menjawab dengan mulut penuh makanannya.
Izumi menatap sang adik dari atas kepala hingga bawah kaki, "leher, lengan, kaki, aku tidak menyadarinya."
(Name) menghentikan acara makannya dan tertawa.
"Ternyata Kakak peduli denganku ya?"
Satu jitakan meluncur ke dahi mulus (Name), "kau pikir aku ini Kakak macam apa, hah?"
"Sakit Kak!"
(Name) mengelus pelan bekas jitakan Izumi, keadaan menjadi sunyi senyap. Dia mulai memainkan makanannya dengan raut ragu.
"Aku hanya takut untuk mengatakannya."
'Ah mulut sialan!'
Dia menoleh, menatap Izumi dengan senyumannya, "aku takut jika orang lain menganggap ini sebagai permainan anak-anak dan malah mencemoohku balik."
"Jadi aku berusaha menyembunyikannya sebaik mungkin."
"Permainan anak apa? Seperti ini tidak pantas disebut sebagai permainan."
Walau sekarang usia Izumi masih 14 tahun, dia dapat membedakan mana yang normal dan mana yang tidak. Mata itu menatap (Name) lekat.
"Bagaimana bisa menjadi seperti ini?"
"Tidak tahu."
"Kau itu tidak bisa berbohong tapi sok bohong."
(Name) menggembungkan sebelah pipinya kesal, "iya, iya."
"Sepertinya aku difitnah, deh Kak."
"Fitnah apa?"
"Katanya dulu aku telah merundung murid perempuan populer di kelas."
Izumi menunduk, berusaha keras untuk tidak tertawa mendengar kalimat tersebut.
"Keluar sendirian saja tidak berani, bagaimana caranya kau bisa merundung?"
Tidak salah, tapi entah kenapa wajah (Name) memanas.
"Kakak benar tapi bisa tidak, tidak usah menghinaku?"
"Itu fakta."
Alis (Name) menukik tajam, dia mendorong paksa Izumi keluar dan menutup pintunya cukup keras.
Izumi masih tertawa di luar, dengan (Name) yang kini berdiri dibalik pintu.
Raut yang awalnya kesal melunak, (Name) tersenyum tipis.
Hubungan yang sebenarnya antara adik dan kakak. Hubungan yang selama ini ia dambakan, terkabul.
Mungkin Izumi selalu mengejek dan menghinanya, namun dia memenuhi kewajiban sebagai seorang Kakak dan membelanya jika ada sesuatu yang salah.
Tidak seperti mantan kakaknya.
"Hei! Aku masih belum selesai bicara, chou uzai, buka pintunya!"
"Tidak mau! Suruh siapa bicara begitu, hah?"
(Name) juga bertanya-tanya, bagaimana bisa seseorang menyukai Izumi?
โTo be continuedโ
Ijum nya kayak OOC, tapi terlanjur, gapapa deh.
Aku mau hiatus karena ujian sekolah udah mau mulai! Mungkin sekitar satu bulan setengah? Idk.
Goodbye! I hope y'all have a nice day, ily!
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: AzTruyen.Top