๐Ÿ‘.| ๐๐ž๐ซ๐ค๐š๐ซ๐š ๐ฌ๐ญ๐ซ๐จ๐›๐ž๐ซ๐ข


"ADOH ! RIN ! PELAN-PELAN BEGE ! sakit..."

"Bodo amat, salah sendiri sok jago maen bogem aja. Kan jadi bonyok semua"

"Kan kita gk terima johan digituin rin"

"Iya, tapi gk maen hantam juga bang. Ini juga abang satu. Pake Ikutan kelahi juga."

"Kalo cuma bang haris ama bang joshua kan kalah jumlah dek, jadi abang bantuin lah..."

"Lapor guru kan bisa ! Heran gw, punya abang pemikiran nya pendek semua..."

Tak ada lagi yang berani menjawab. Jika sudah seperti ini, aerin akan masuk ke dalam mode emak-emak. Ia akan mengomel sepanjang jalan kenangan yg gk bakal habis 2 hari 3 malam. Daripada menjawab lebih baik mereka bertiga diam agar ocehan nya tak semakin panjang.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Mashiho dan jihoon kini sibuk berkutat di dapur untuk memasak makan malam untuk semuanya. Orang rumah tidak terkejut ketika haris dan joshua pulang dengan babak belur seperti ini, tapi yang membuat mereka terkejut adalah johan, pemuda itu pun pulang dengan keadaan yang sama.

Yoga merasa bangga setelah mendengar cerita bahwa adik2 nya itu berkelahi untuk melindungi satu sama lain. Ajaran nya tepat sasaran.

"Trus gimana si farhan-farhan itu ??" Tanya arjuna.

"Di skors. Bang, ayam nya-waahkm.... Mmm" Joshua mengangguk2 kan kepala nya seraya mengunyah makanan yang dirga suap kan ke dalam mulut nya.

"Lu manja banget sih. Tangan lu gk patah juga, gegayaan minta di suapin" omel nya.

"Lu gk liat tangan gw masih di obatin adek bang ?" Dirga merengut dan kembali menyuap kan nasi dan ayam ke dalam mulut jahannam adek nya, namun kali ini lebih kasar, joshua pun hampir tersedak karena nya.

Haikal terkekeh dari balik laptop nya. Kelakuan nyeleneh bin ajaib adik2 nya sudah seperti obat bagi rasa jenuh nya. Mahesa datang menghampiri nya membawakan secangkir kopi. "Kerjaan lagi bang ? Kek nya kok banyak banget ??" Tanya nya.

"Mayan sih..., Gmn magang lo ? Lancar nggak ?"

"Syukur lancar-lancar aja bang. Seru malahan. oh !" Mahesa pergi dari hadapan abang nya dan kembali membawa sebuah box kertas yang lumayan besar. "Tadi diajarin resep bikin pastry sama senior pendamping. Gw rada ragu sih, soalnya passion gw kan ke masakan oriental ato gk ke masakan asin gitu. Klo dessert begini gw rada gimanaa gitu..."

Mahesa menunjukkan sekotak penuh kue yang ia buat di kelas tadi siang. Mata haikal yang semula lelah langsung segar melihat kue manis nan cantik itu berjejer di dalam sana. Ia menimang2 kue mana yang akan ia coba hingga pilihan nya jatuh pada kue sus.

Haikal memutar-mutar kue itu di tangan nya seolah tengah memainkan peran sebagai juri di master chef. Mahesa menatap nya takut, karena ini kali pertama ia mencoba membuat makanan manis seperti itu. Apalagi saat abang nya itu melirik nya dengan tatapan tajam. Astaga... jantung nya mau merosot.

Ini memang hal sepele, tapi sebagai mahasiswa tata boga semester 4. Ini sudah seperti diambang hidup dan mati.

Jantung mahesa berhenti berdetak sebentar saat haikal melahap kue manis itu ke dalam mulut nya. Sebenarnya kue nya enak, sangat enak, tapi haikal ingin menjahili adik nya satu ini. Ia mengunyah nya perlahan kemudian mengerutkan kening nya.

Hati mahesa mencelos melihat raut wajah abang nya yang menggambarkan rasa kue yang ada di dalam mulut nya.

'udah gw duga..., Gw gk bisa bikin dessert beginian'

Haikal tertawa begitu melihat mahesa merosot kan bahu nya. "Gk gk gk ! Ini enak banget kok hes ! Beneran dah ! Gw bercanda doang..."

Mahesa mengusap dada nya lega. "Gk lucu bang sumpah !" Haikal tertawa kecil dan melahap kue nya kembali. Terkadang dia berfikir, jika mahesa nanti sudah menikah, apakah istri nya nanti nggak insecure melihat kemampuan mahesa ?

Maniak bersih-bersih ? iya.

Masak ? Iya.

Trus istri nya nganggur dong di rumah.

Mahesa meletakkan kotak itu di meja dekat Haikal bekerja. Belum sampai sedetik, johan datang dengan mata yang berbinar. "Bang ini kue buatan abang ?"

Mahesa mengangguk, mengiyakan.

Memang biasanya jika mahesa belajar sebuah resep baru, ia akan memperkenalkan masakan itu saat makan malam. Tapi karena ini dessert, jadilah ia membawa hasil percobaan nya pulang.

Baru beberapa saat, meja sudah di kerubuni oleh saudara-saudara nya yang penasaran. Satu-persatu dari mereka mengambil kue dari dalam kotak itu hingga tak tersisa.

"Wakhh hes ! Ini enak banget woey !" Ujar yoga.

"Waaa..., Gw gk bisa berkata-kata" ujar jian.

"Bang mahesa, klo kata gw mending lu buka bakery deh daripada restoran. INI ENAK BANGET !" Dirga memekik girang.

Bahkan aksa yang tidak suka makanan manis pun mengangguk-anggukkan kepala nya. Meskipun wajah nya datar begitu, Lidah nya tengah menari di dalam sana menikmati kue buatan mahesa.

Arjuna mengedip-ngedip kan mata nya lucu seolah tak percaya rasa yang ada di lidah nya saat ini. Krim yang manis, roti yang lembut, buah persik yang masam dan saus caramel bercampur menjadi perpaduan yang sempurna.

Ia mengunyah nya perlahan, berusaha mempercayai rasa menakjubkan ini.

Mahesa tersenyum bangga mendengar semua pujian saudara nya. Ternyata reaksi mereka semua jauh melampaui ekspektasi yang iaย  harapkan. Ia pun berlalu dan membuat laporan hasil praktikum nya hari ini.

Ia menyandarkan punggung nya di dinding dekat aerin yang sedang membereskan kotak obat dan beberapa kapas serta tisu bekas yang gadis itu gunakan untuk mengobati para abang nya tadi. Haris dan joshua yang baru selesai diobati langsung tergupuh-gupuh menggapai meja makan.

Joshua langsung menyambar kue manis itu dan memasukkan nya ke dalam mulutnya, begitu pula haris. Seperti yang mereka bayangkan, masakan mahesa tak pernah gagal.

Dalam sekejap mata, kue itu ludes di tangan duo laksana itu.

Haris menjilati sisa krim yang ada di tangan nya. Namun mata nya menangkap sepotong roll cake yang tersisa di dalam kotak. Tangan nya hendak meraih kue manis itu, namun joshua menahan nya.

"Punya adek ris, adek belom makan"

"Udah, noh, di bawain bang jendral tadi" haris menengok ke arah orang yang di maksud.

Terlihat jendral tengah memberikan sepotong kue bolu yang sama kepada aerin. Haris hendak memasukkan pie mini itu ke dalam mulut nya, namun lagi-lagi tangan tan joshua menahan nya.

"Bagi dua klo gitu, gw juga mau"

"Ish apaan sih, lo kan udah makan tadi"

"Ya lu kan juga udah makan, makanya bagi !"

Ribut. 2 anak kembar tak seiras itu pun beradu argumen, hanya sebatas kue. Seperti bocah saja. Tak ada yang berusaha melerai. Mereka tidak menghiraukan nya karena memang perdebatan 2 orang itu sudah seperti hal yang lumrah.

Seperti terakhir kali. Bisa-bisanya mereka berdebat hanya karena mempermasalahkan telur atau ayam dulu yang diciptakan. Yudha sendiri terkaget-kaget mendengar teori yang mereka gunakan sebagai landasan opini mereka. Karena, secara akademis, mereka ini tergolong rendah dalam hal nilai.

Tentu saja suatu keajaiban jika mereka tiba-tiba mengatakan rumusan-rumusan biologi dan pelajaran lainnya hingga mendetail seperti itu. Tapi sayang, otak mereka bekerja di waktu yang tidak tepat.

"Klo mereka pake otak mereka begitu waktu ujian, gw yakin, peringkat 1 pararel pun mereka sikat"ย  begitu lah kata yudha.

"Yodah daripada lu berdua ngoceh terus biar gw yg makan kue nya" ujar arjuna santai.

"NGGAK !!"

Yoga terkekeh. "Saran lo gk membantu sama sekali jun"

Jian pun turun tangan melerai mereka berdua. Tapi kali ini, semua orang yang ada di ruangan itu sontak terdiam seribu bahasa saat pemuda itu berjalan.

"B-bang jian-" aerin khawatir akan apa yang abang nya lakukan. Pasalnya, di tangan kanan nya kini tengah menggenggam sebilah pisau. Si duo laksana yang awal nya ricuh pun seketika membeku ketika melihat jian mendekat.

Mereka seperti melihat jack the killer tanpa topeng.

Jian menatap mereka tajam. Haris dan joshua tak berkutik sama sekali. Seluruh ruangan hening, hanya terdengar suara ketikan keyboard haikal yang seolah tidak terusik jika terjadi pertumpahan darah disini.

Jian maju selangkah, membuat 2 adik nya itu terkesiap dan beringsut mundur.

"Dah, haris yg stroberi, joshua yang kiwi. Klo lo berdua mau tukeran, silahkan"

Mereka menatap pie mini yg sudah terbagi menjadi 2 terkejut. Tanpa banyak kata, Joshua pun mengambil bagian yang memiliki potongan stroberi diatas nya.

"Gw pengen stroberi"

Jian yang sudah hendak kembali ke dapur kembali menatap haris. "Yodah nih" joshua memberikan buah merah itu pada haris. Merasa ia mengalah meskipun haris lebih tua walau hanya beberapa detik saja.

Haris mengambil buah itu sumringah dan bersiap melahap potongan kue itu. "Bentar-bentar, kiwi nya manaa. Maruk banget lo..."

"Kan lo tadi mau kue nya, ya udah ituu"

"Tapi kan satu paket ama buah nya haris yang terhormat...."

"Tadi katanya mau kue nya, sekarang gw kasih eh ngelunjak lo, minta buah nya juga"

"Ya kan maksud gw kita barter risss, gw ngasih lo stroberi lo kasih gw kiwi itu"

"Gk mau, lo kan mau kue, udah dapet kan ? yaudah !!"

Ributlah duo laksana ini. Umur saja yang seperti anak sma tapi kelakuan kalah dengan bocah umur 5 tahun. Mahesa dan jendral menahan jian untuk tidak benar-benar menikam 2 adik bontot nya itu. Arjuna malah mengompori mereka berdua yang membuat pertengkaran itu semakin memanas.

"Lo bodoh ato gk punya otak sih ?, Orang jaman megalitikum aja tau klo barter itu sistem tukar-menukar dengan barang yang sepadan atau sama yang di setujui oleh kedua belah pihak !"

"Lo aja yg dungu ! klo di pengadilan kan, keputusan sang hakim harus berdasarkan fakta-fakta yang telah di katakan oleh terdakwa maupun tersangka dengan pertimbangan seberat-beratnya di dalam pengawasan saksi. Semua nya juga pada denger klo lo tadi tuh bilang mau kue nya doang !"

"Iya sih, gw denger joshua pengen kue nya, gk ada kriteria khusus"

"tuh kan ! Bang arjuna aja bilang begitu !"

Yoga dan arjuna terkikik geli karena sumbu yang mereka lempar di sambar cepat oleh sang api. Dirga, johan dan aerin hanya menatap mereka khidmat seperti menonton debat calon presiden di televisi. Sedangkan jian, jendral dan mahesa termenung memikirkan teori-teori yang adik-adik nya katakan, otak mereka yang secepat itu.

Aksa ? Jangan di tanya. Pemuda itu malah mengibar-ngibarkan sapu tangan yang ia gunakan seperti pom-pom cheerleaders.

"Ayo haris... Go joshua..." Ujar nya pelan.

Haikal tertawa tanpa suara melihat kericuhan di depan nya. Wajah kebingunan jian, kejeniusan mendadak duo laksana dan tingkah absurd aksa, tak bisa tidak membuat nya tertawa.

Namun tawa nya terhenti ketika lembar kerja nya ternodai sesuatu. Mata haikal melebar ketika melihat apa yang mengotori lembar kerja nya.

Darah.

Dengan segera ia bangkit dari duduk nya dan berjalan cepat menuju kamar nya.

Ruangan yang awal nya ramai itu mendadak hening ketika yang tertua meninggalkan tempat itu. Mereka saling menatap satu sama lain, mencari jawaban atas apa yang terjadi.

"Bang haikal... Marah ?" Tanya jendral lirih.

"Ga tau bang..." Jawab haris.

"Lo sih ris ! Perkara stroberi aja ngajak ribut lo !" Sungut joshua.

"Bukan gw yg mulai ya ! Lo aja yg minta nya gk lengkap !"

"Trus lo mau nya-"

"Udah ! Lo berdua ribut lagi beneran gw tikam lo pad pake ni piso !"

-----โ€ข-----

Haikal dengan tergesa mengusap darah yang terus merembes keluar dari hidung nya. Sudah 4 sampai 5 lembar tisu yang awalnya putih bersih itu kini penuh bercak merah.

Ia harus mengehentikan ini sebelum para adik nya tau apa yang terjadi.

"Bang ??"

Haikal terperanjat kaget. Dengan cepat ia memasukkan tisu-tisu kotor itu ke tempat sampah dan mencabut satu lagi tisu yang menyumpal hidung nya.

Ia berbalik dengan senyuman seperti tidak terjadi apa-apa.

"Abang kenapa ?" Tanya aerin.

"Hah ? Abang gapapa kok. Cuman lagi nyari berkas kantor aja"

Syukurlah, lampu kamar nya yang mati membuat gadis itu tak menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Aerin mendekati haikal dan duduk di tepi ranjang.

"Abang marah ya sama bang haris sama bang joshua ??" Tanya aerin.

"Hm ? Enggakkk enggak, kamu tau sendiri kan mereka berdua emang suka nya ribut. Abang sendiri udah maklumin mereka klo lagi ribut begitu. Gen ribut nya udah mendarah daging"

Gadis itu mengangguk-angguk kan kepala nya mengerti.

"Dah, ayo balik ke ruang makan. Nanti abang nyusul"

Aerin pun tersenyum dan pergi meninggalkan haikal di dalam sana sendirian. Senyuman hangat yang awalnya menghiasi wajah haikal pun luntur ketika gadis itu pergi.

Tangan nya membuka salah satu file kerja nya dan membuka sebuah amplop dengan lambang rumah sakit di depan nya.

Berkedok iseng, ia pergi memeriksakan diri ke dokter karena mimisan yang semakin sering ia rasakan malah membawa nya ke kenyataan pahit.

Kanker pembuluh darah atau leukimia.

Nyata nya, mimisan yang datang hampir datang setiap hari itu merupakan peringatan bahwa tubuh nya sedang tidak baik-baik saja.

Ia meremat surat diagnosis dokter itu dan melemparkannya ke tempat sampah. Ia melangkah keluar kamar nya dengan langkah mantap.




"Lo harus bertahan kal..., Ada 12 anak tadika yg harus lo urus..."









2045 words

Klo apdet malem2 gini ada yg baca gk ya ??
Jangan lupa untuk vote dan komen yaa~~

Babay~~

Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: AzTruyen.Top