𝟐𝟕.| 𝐏𝐫𝐢𝐬𝐨𝐧 𝐯𝐢𝐬𝐢𝐭𝐬

di sebuah bengkel yang letaknya agak jauh dari kota, terparkir berbagai motor mahal di depan nya. suara berisik pun terdengar dari dalam ingga ke jalanan yang sebenarnya sangat sepi karena memang kawasan itu hanya terdapat bangunan-bangunan tua dan toko-toko yang tak pernah buka dan terbengkalai. 

sangat cocok untuk tempat berkumpulnya para berandalan.

sebenarnya, mereka tidak bisa disebut berandalan sepenuhnya. sangat menjauhi perkelahian, minum-minuman keras dan berjudi. mereka lebih memilih untuk minum kopi, makan jajanan ringan dan mabar game online di dalam bengkel tua yang mereka sebut markas. 

seperti yang Haris lakukan sekarang. dia dengan tenang menyeruput kopi hitam yang dia buat tadi dengan joshua yang sedang bermain game online di samping nya. setelah pergi dari apartemen haikal mereka jadi tidur di markas mereka ini. dari pada tidur di jalan kan?

tapi ada satu masalah lagi yang muncul. 

"disini rame ya bang..."

haris menatap sosok gadis yang duduk di sofa yang ada di depannya saat ini. siapa lagi kalau bukan aerin sukma adinata. adik bungsu keluarga adinata, satu-satu nya anak perempuan dalam keluarga mereka. 

"aerin baru tau kalau abang punya geng ginian..."

"kita juga sebenernya gak mau lo tau dek... tapi mo gimana lagi... argh!! jancok! assassint nya noob banget anjing!!". joshua mengumpat tanpa mengalihkan pandangan nya dari layar ponsel nya. kaki nya terhentak-hentak marah sambil terus mengumpati rekan main game nya yang entah ada dimana. 

"lagian ngapain sih lu kesini dek?" tanya haris.

"kenapa? gak boleh?"

"bukan gitu...". haris menahan ucapannya. sebenarnya ia dan kembaran nya senang ketika adik bungsu nya ini mengunjungi mereka setiap hari sepulang sekolah seperti ini. tapi yang jadi masalah adalah, markas mereka ini isinya kaum adam semua. biasalah, abang-abang posesif. mereka tak senang jika adik bungsu mereka malah jadi perhatian para lelaki yang ada disini. 

"situ liat apa? mau gue colok tu mata?". joshua mendelik tak suka ketika melihat salah satu teman nya menatap aerin lekat-lekat. yang di tunjuk malah cengengesan, tersenyum tak bersalah. 

"habis bos, adek lu cakep bener... boleh buat gw gak bos?"

"lewatin dulu mayat gw ama haris" ujar joshua sambil terus menatap layar ponsel nya. 

"ih, pawang nya serem bener..."

haris menghela napas. "kenapa lo gak langsung pulang aja sih dek?". aerin yang di tanya demikian pun mengerucutkan bibir nya kesal. "di apart sepi..., bang aksa ama bang jendral ke rumah sakit jenguk kak ayu, bang jian, bang mahes jagain bang haikal di rumah sakit, bang juna, bang yoga sama bang yuda ke lapas besuk bang dirga", jelas aerin panjang lebar. 

mendengar itu haris menghela napas. "trus, kenapa lu ikutan kesini?"

pertanyaan barusan itu bukan untuk aerin, melainkan untuk pemuda yang tenga duduk di samping haris sambil memakan ciki yang ia mabil dari dapur markas. johan yang awalnya menonton teman-teman haris yang sedang bermain billiard itu pun menengok ke asal suara.

"gw?" 

"bukan, bapak lo, menurut lo aja bambank!"

johan menelan ciki yang tadi ia kunyah. "gabut bang...". hari pun menggaruk kepala nya kasar. 

"emang kenapa bang klo bang johan ikut?" tanya aerin.

"dia tuh suka cepu dek. ntar di cepuin lagi, bang jian ngamuk lagi ke kita" ujar joshua, masih dengan game online nya. 

johan nyengir lebar. "gak bakal kok bang, serius, gw gak bakal cepuin lo ke bang jian. percaya ama gw". "udah kenyang gw makan omongan lu han, awas aja, sampe lu cepuin gw gampar lo". "hehe, iya bang... iya..."

setelah tawa johan mereda, hening melingkupi mereka sesaat. haris masih menyeruput kopi hitam nya, joshua yang masih bermain game online nya, johan yang mengunyah ciki nya tanpa sepatah kata apapun dan aerin yang melamun memandang ponsel nya yang ada di tangannya. 

keheningan itu melanda beberapa menit, hingga joshua mendesah kecewa karena kekalahan  nya dalam game. ia meletakkan ponsel nya di meja dan ikut menyeruput kopi haris, tak menghiraukan tatapan tajam sang empunya. 

tiba-tiba getaran ponselnya membuat joshua meraih ponsel nya kembali dan membuka layar kunci, melihat satu pengingat yang terpampang di sana.

"oh iya, operasi bang haikal besok ya..."

━━━━━━ ◦ ❖ ◦ ━━━━━━

dirga menggaruk kepala nya yang tak gatal sama sekali. kepala nya panas, otak nya mendidih, mata nya menelisik setiap kata di kertas yang ada di hadapannya saat ini. pendingin ruangan yang ada di dalam sini seolah tidak ada gunanya, keringat nya terus bercucuran dari pelipis nya berapa kali pun ia mengusap nya.

"udah bang"

dirga langsung mengangkat wajah nya, menatap sang kembaran tidak percaya. "gak mungkin...". yudha menghela napas. "rumus nya masih sama dir...". "ya tapi gw gak nemu loh! tapi lo kok bisa selesai secepet itu?!". 

yoga dengan tenang mengoreksi jawaban yudha. 

karena mendekati ujian, mereka pun berinisiatif untuk mengunjungi dirga setiap hari untuk belajar bersama. kasus dirga saat ini masih tergantung karena polisi masih mencari para pelaku yang dirga sebutkan saat ia diinterogasi beberapa hari lalu. sampai mereka tertangkap, dirga masih harus di tahan. 

setiap hari yudha dan yoga pun datang, membawa buku-buku yang akan mereka pelajari hari itu. 

"bener semua yud" ujar yoga.

"tuh kan! bener semua lagi!" sungut dirga.

yudha menghela napas nya kasar. "kan tadi udah gw ajarin caranya"

"iya tapi gw tetep gak nemu ini... gimana dong...". dirga menghela napas lelah dan merebah kan kepala nya ke meja. dari dulu dia memang paling ogah dengan yang namanya matematika. "kenapa kita harus belajar matematika kalau ada kalkulator" gitu katanya waktu dimarahi jiandra karena nilai matematika nya anjlok. 

habis itu di geplak jiandra. 

"udah, selesain soalnya, kalo belum selesai gak usah makan ayam nya"

sebuah rantang sedari tadi berdiri kokoh di atas meja, membuat dirga maupun yudha menelan ludah karena bau nya yang sudah menyeruak sedari tadi. yudha meraih rantang itu dan membuka nya. ia mengeluarkan nasi dan ayam rica-rica itu dari tempat nya sambil menaik-naikkan alisnya, mengejek dirga. 

dirga pun melemparkan penghapus nya sebagai bentuk kekesalan nya terhadap kembaran nya itu. "sialan lo". "makanya pinter". "yang gak bisa bahasa inggris gak diajak".

skakmat. 

senyum yudha langsung hilang di gantikan dengan wajah kesalnya. kalau yudha pintar dalam hal matematika, fisika, kimia dan segala al yang berhubungan dengan rumus-rumus dan perhitungan. dirga ahli di bidang bahasa. dia sudah mahir 3 bahasa sejauh ini, inggris, jepang dan jerman. 

yoga menghela napas nya lelah sambil memijat kepala nya. iris nya pun menangkap sosok arjuna yang sedari tadi berputar-putar di dalam ruangan itu. pemuda koala yang hampir seluruh kegiatan nya di dominasi tidur itu ikut. awal nya yoga heran kenapa pemuda itu ingin ikut, tapi setelah tau jawabannya, ia langsung speechless.  

"udah puas keliling nya jun?"

arjuna yang merasa terpanggil pun menoleh dan mengangguk takjub. "jadi gini toh isinya lapas...". literally,  dia ikut karena penasaran bagaimana isi sebuah lapas atau rumah tahanan. mendengar itu, yoga hanya mampu menggeleng-geleng kan kepala nya. bisa-bisa nya kembarannya ini penasaran dengan hal seperti ini. 

"beneran kek di game. banyak penjara nya"

"terus lu ngarep apa? ada naganya gitu?"

mendengar itu arjuna hanya nyengir karena tebakan yoga tak sepenuh nya salah. arjuna pun masih sibuk memandang keluar cendela, menatap deretan sel yang ada di dalam bangunan itu. perlahan, arjuna memandang dirga kagum karena bisa bertahan di dalam sana.

dirga masih mengerjakan soal-sol nya di bantu yoga, sedangkan yudha sedang mengunyah ayam nya. tiba-tiba yudha melontarkan sebuah pertanyaan untuk memecah keheningan. 

"btw bang, skripsi lo gimana?"

pertanyaan itu ia ajukan untuk yoga, tapi arjuna seketika membeku karena teringat akan satu masalah terbesar nya saat ini. yoga menghela napas dan menyandarkan dirinya pada sandaran kursi. "udah selesai sih... tapi masih ada beberapa revisi dikit. tapi udah di ACC sama dospem gw, jadi gw tinggal nunggu tanggal sidang aja..."

"ambil judul apa bang?" tanya dirga

"Perbandingan Metode Adam Bashforth-Moulton dan Metode Milne-Simpson dalam Penyelesaian Persamaan Diferensial Euler Orde-8"

kedua pemuda pratama itu langsung terdiam, melongo mendengar judul penelitian sang kakak. yoga terkekeh, kemudian menjelaskan secara simple kepada adik-adik nya, yang meskipun mereka sendiri belum tentu paham. dan seperti yang ia duga, keduanya masih melongo di akhir penjelasan nya. berkedip beberapa kali, mecoba mencerna ucapan yoga.

"lu paham gk yud?" tanya dirga yang di jawab dengan gelengan pelan oleh yudha. 

yoga kembali terkekeh. "makanya, ntar ambil matematika kalo kuliah, biar paham". dirga langsung menimpali "ogah!". bahkan yudha yang pintar matematika saja menggeleng kan kepala nya cepat. yudha pun menatap arjuna yang masih membeku di tempat. "bang juna!"

begitu mendengar namanya di panggil, ia langsung gelagapan. "h-ha?"



"skripsi lo gimana bang? aman kah?"

━━━━━━ ◦ ❖ ◦ ━━━━━━

1331 kata

TEU-HI!!!

ehe... maap kan saia :""))

udah berapa lama book ini berdebu? apalagi book sebelah...

jangan lupa vote dan komen ya kawan-kawan...

see you next chapter~~

TEU-BAAA!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top