𝟐𝟔.| 𝐔𝐧𝐜𝐨𝐯𝐞𝐫𝐞𝐝
Ashlyn berjalan riang, tadi pagi yoga mengirimnya lesan singkat, mengajak nya untuk bertemu di sebuah cafe.
Ia pun berdandan secantik mungkin, mengenakan pakaian terbaik nya dan melesat menuju kafe yang yoga tuju. Begitu sampai di cafe itu, ashlyn celingukan mencari keberadaan yoga.
Senyum lebar langsung terukir di wajah nya ketika melihat yoga duduk di salah satu bangku kafe di ujung.
"yoga!"
Yoga menoleh, menatap datar ashlyn yang datang berlari kecil kearah nya. Buah dada nya yang memantul-mantul dan sedikit terekspos itu sama sekali tidak mengalihkan perhatian nya.
Ashlyn pun duduk di bangku depan yoga, menatap pemuda itu dengan tatapan nya yang terobsesi pada pemuda adinata ini.
"Kamu nunggu lama?"
Yoga terdiam, tak menjawab ucapan ashlyn.
"Tumben banget ngajak ketemuan? Mau ngomongin apa? Tenang... Soal pernikahan udah di atur sama diatur sama nyokap boka gw... Yoga tinggal siap-siap aja berdiri di pelaminan ntar... "
Gadis itu tertawa kecil, mengundang rasa jijik di benak yoga.
"Terus aja mimpi lo... Gw gk bakal nikahin lo juga..."
Ashlyn mendecak "ish... Gk boleh gitu"
Ashlyn mengusap perut nya yang masih datar. "Ini anak kamu yoga... Anak kita... Kamu gk bisa tinggalin dia sendiri... . Kamu mau jadi ayah yang gak bertanggung jawab?"
Yoga mendecih mendengar ucapan ashlyn. "Anak gw? Lo yakin itu anak gw? Gw bahkan gak pernah nyentuh lo ashlyn..."
"Biarpun ini bukan anak lo-". Ia mendekat dan berbisik di pada yoga.
"-seenggak nya seluruh dunia berpikir, klo ini itu anak lo yoga..."
Yoga tersenyum miring. Wanita ini memang lebih licik dari yang ia bayangkan. Ia tidak tau apa yang membuat sahabat nya sampai jatuh hati pada wanita ular seperti dia.
"Yahh lagian... Lo gak ada bukti kan klo anak ini... Bukan anak lo" ashlyn tertawa kecil. "Jadi bagaimanapun, gw pemenang nya yoga... Gw berhasil jadiin lo milik gw"
Yoga tersenyum simpul. "Siapa bilang gw gak ada bukti ashlyn...?"
Yoga mengeluarkan ponsel nya dan memutar vidio rekaman cctv yang arjuna ambil dari hotel. "Ini lo kan?"
Ashlyn terkesiap. Ia tidak percaya bahwa yoga akan memiliki bukti yang sekuat itu di tangannya. Ashlyn reflek merebut ponsel yoga yang mengakibatkan gelas americano yang yoga pesan jatuh dan pecah di lantai. Namun gagal, yoga jauh lebih cepat dari ashlyn kali ini.
Semua orang di kafe langsung menatap mereka sejak suara pecahan gelas itu terdengar nyaring.
"Hapus video itu yoga"
"Kenapa? Biar semua rencana lo gak hancur dan bisa nikahin gw?"
"HAPUS VIDEO NYA YOGA!!"
Ashlyn semakin brutal. Ia menyerang yoga, berusaha mengambil alih ponsel pemuda itu dari tangan nya.
Ashlyn tidak peduli jika mereka menjadi bahan tontonan seluruh pengunjung kafe karena keributan yang ia buat. Satu hal yang ada di kepala nya saat ini adalah, video yang ada di ponsel yoga.
Sampai akhirnya ashlyn berhasil merebut ponsel yoga dan membanting nya ke lantai hingga hancur berkeping-keping. Ia tertawa sambil menginjak-injak ponsel yoga yang sudah hancur.
"Sekarang lo gk punya bukti apapun lagi yoga...." Ashlyn menatap yoga penuh kemenangan. Tapi yoga malah tersenyum tipis.
"Sudah lo rekam jun?"
Arjuna yang sedari tadi ada di tengah-tengah kerumunan pengunjung itu pun berdiri mengangkat ponsel nya yang sedang merekam sebuah siaran langsung.
"Udah ga, si lont* viral nih besok di kampus... View nya nyampe 5000 orang" arjuna tertawa lebar di akhir kalimat nya.
"Rekaman suara aman, gampang banget kepancing ni ular..." Mahesa menunjukkan rekaman di ponsel nya, dimana suara pengakuan ashlyn terdengar jelas di sana.
Ashlyn terdiam.
Yoga bergerak, mengambil mic dari bawah meja, membuat wajah ashlyn memucat. "Oh soal video nya, itu salinan nya aja... Yang asli noh di bawa si juna"
Arjuna memamerkan flashdisk di tangannya yang terdapat sebuah flashdisk hitam. "Lagian... lo Gak usah repot-repot ngehapus video nya. Di fanbase kampus udah banyak yang liat kok"
Manik hitam ashlynn seketika membola. Ponsel nya pun bergetar tak terkendali menandakan begitu banyak nya pesan yang masuk kedalam room chat nya.
Ashlyn terisak, naas nya pun tersengal panik. ia memandang ketiga bersaudara itu dengan tatapan nyalang, namun hanya di balas senyuman manis oleh arjuna.
Semua rencana nya hancur dalam satu malam.
Dengan airmata yang mengalir, gadis itu berlari keluar dari cafe, meninggalkan mereka bertiga.
"DITUNGGU SURAT DARI REKTOR NYA YA!!"
Teriak mahesa diikuti tawa puas.
━━━━━━ ◦ ❖ ◦ ━━━━━━
aksa memasuki lobby rumah sakit sambil menenteng sekotak tiramisu dan croissant keju kesukaan sang kekasih. aroma khas obat-obatan langsung menyeruak masuk ke indra penciumannya ketika ia memasuki lobby. orang-orang berpakaian putih atau biru lengkap dengan jas putih panjang berlalu lalang di depannya.
semua orang terlihat sibuk sejauh matanya memandang.
"gw mau tiramisu..."
"udah minum obat belum?"
"kayak nya sama croissant keju enak tuh"
"jawab dulu pertanyaan gw bocil, lo udah minum obat belum?"
Ayu mendecak kesal. "obat nya pait, gamau".
aksa pun menghela napas nya meliat kelakuan pacanya ini. "lo itu udah kepala dua, udah mahasiswa, udah tua, tapi kelakuan masih kayak bocah..."
ayu menatap aksa tajam. "tapi obat nya beneran pait saaa...."
"ya mana ada obat buat umur 17 keatas yang manis yu. yang ada mah obat sirup buat balita"
"Yaudah itu aja", setelah itu aksa menimpuknya dengan bantal sofa.
Tanpa sadar, sebuah senyuman tipis terukir di wajah pemuda itu, membuat beberapa perawat dan wanita yanga ada di sekitarnya terpana akan wajah rupawan nya.
Ia memencet tombol lift, menuju lantai 4 dimana kamar sang kekasih berada. Ia bersenandung pelan sambil menatap angka yang terus bergulir di atas pintu lift, menandakan lantai yang ia lewati.
Tangan nya seperti biasa, menggenggam sebuah kantong dari berisi kue yang selalu ia bawa setiap ia kemari.
Suara dentingan kecil membawa kaki aksa keluar dari dalam benda kotak itu begitu pintu nya terbuka.
Senyum nya terlukis kian jelas ketika menemuka papan nama kamar sang kekasih. Namun sebuah suara berisik mengintrupsi telinga nya, membuat nya menoleh kebelakang.
Disana, ada beberapa orang perawat yang tergupuh-gupuh menggeret troli penuh alat medis. Mereka terlihat panik. Aksa menyingkir dari jalan untuk memberikan mereka ruang lebih untuk lewat.
Ia terus mengikuti kemana pergi nya perawat-perawat itu hingga akhirnya mereka menghilang masuk ke dalam sebuah kamar.
Kamar peony 06.
Wajah nya tetap terlihat datar, padahal jantung nya sedang berpacu di dalam sana.
Ia melangkah mendekati kamar si gadis. Ia mengintip sedikit, melihat apa yang terjadi di dalam sana.
Di ranjang pasien nya, gadis itu yang selalu ricuh dan cerewet itu kini memucat, tubuh nya bergetar tak terkendali, teriakan para perawat yang memanggil namanya terus bersahutan di telinga nya namun gadis itu masih enggan menjawab mereka.
Manik nya bergetar melihat tangan gadis itu menggenggam pembatas ranjang dengan kuat, seolah menahan rasa sakit yang teramat sangat.
Sampai akhirnya jantung aksa terasa berhenti sesaat. Saat tangan itu melemas dan melepaskan cengkraman nya diiringi suara pendeteksi detak jantung yang berbunyi nyaring.
"MOHON MENYINGKIR! ANDA MENGHALANGI PIHAK MEDIS!"
tubuh aksa di dorong mundur secara kasar sampai ia menjatuhkan kantong kue yang ia genggam.
Kemudian pintu di tutup kasar.
Hening.
Lorong rumah sakit itu seketika hening.
Aksa masih terdiam di tempat nya, membeku dan mata nya masih terpaku ke pintu yang kini tertutup rapat.
Gadis nya... Sedang sekarat di dalam sana.
Bibir nya bergetar tak mampu berkata-kata. Pikiran nya kacau. Ia tak mampu berkata apapun. Di benak nya hanya terbayang senyum ayu yang selalu mewarnai hari nya.
Senyum nakal nya.
Senyum bahagia nya.
Senyum gadis itu, adalah dunia nya...
Aksa meringkuk di depan kamar rawat ayu hingga berjam-jam hingga para perawat dan dokter itu keluar dari kamar sang kekasih.
"Dok..., bagaimana keadaan nya?" Tanya aksa begitu dokter dan para perawat itu keluar dari kamar rawat ayu.
"Anda keluarga pasien?"
"B-bukan, saya pacar nya..."
Dokter itu menghela nafas nya sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Pasien saat ini memasuki masa kritis. Sel kanker yang ada di hati nya menyebar lebih cepat dan mulai menggerogoti paru-paru nya... Kami harus memindahkan pasien ke ICU untuk ditangani lebih lanjut"
━━━━━━ ◦ ❖ ◦ ━━━━━━
Hujan mengguyur kota itu semalaman. Jiandra mondar-mandir di ruang tengah, yoga terus berusaha menelpon dengan ponsel nya.
Ini sudah hampir tengah malam dan aksa belum juga pulang.
"Tuh anak kemana sih?!" Sungut jian.
"Dia gak pernah pulang selarut ini tanpa ngabarin orang rumah..." Ujar haris.
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, menunggu kepulangan si bungsu Satya kecuali Mahesa dan yudha yang sedang berada di rumah sakit menjaga haikal.
Ponsel nya tidak aktif, tanpa kabar dan tak ada seorang oun orang rumah yang tau kemana pemuda itu pergi.
Mereka semua risau.
Ini sudah semakin malam dan hujan semakin hebat membuat keadaan semakin memburuk.
Hingga akhirnya jendral bangkit dari duduk nya dan menyambar jaketnya.
"Mau kemana lo bang?" Tanya johan.
"Gw mau nyari aksa-"
"Dengan keadaan hujan deres kek gini?!" Sahut jian.
"Tapi ini udah makin larut bang! Aksa bisa aja di luar sana butuh bantuan kita!!"
Tiba-tiba ponsel jiandra berdering, telepon dari mahesa.
"Halo bang, gimana? Aksa udah pulang belum? Bang haikal nanyain aksa terus dari tadi"
"Belum hes, dia belum pulang..."
Mahesa terdengar menggaruk kepala nya gusar di seberang sana. "Dia gak pernah kek gini bang sebelumnya..."
"Gw tau, pokok nya lo tenangin aja bang haikal. Biar kita yang cari Aksa"
Telepon pun dimatikan. jiandra, jendral dan johan meraih jaket dan jas hujan yang tersimpan di lemari dekat pintu. "jangan ada yang keluar, segera hubungin gw kalau ada kabar apa-apa tentang aksa-"
cklek!
tepat saat jiandra sedang memberikan beberapa kata, pintu apartemen haikal terbuka, menampakkan aksara yang basah kusup. "bang aksa!". panggilan aerin tak ia hiraukan, ia berjalan lunglai masuk kedalam apartemen, melepaskan sepatu nya dan berjalan melintasi ruang tamu dengan tatapan kosong.
dengan cepat, jiandra mencengkram bahu aksa, memutar pemuda itu cepat agar menghadap ke arah nya dan menatap nya nyalang. "dari mana aja lo?! gk liat ini udah jam berapa?! lo bikin kita semua khawatir setenga mati tau gak! hujan deres kek begini, udah hampir tengah malem belom pulang! lo kelayapan kemana lo hah?!"
aksa diam saja tak mengeluarkan sepatah kata apapun dari mulutnya. jiandra geram. ia pun menghantam wajah aksa, membuat pemuda itu tersungkur ke lantai.
"BANG JIAN!!"
semua orang yang ada di sana terkejut ketika jiandra melayangkan sebuah bogeman mentah ke aksa. namun jian tak peduli, ia dengan cepat mencengkram kerah seragam aksa, "jawab gw aksa, lo ngapain aja sampai pulang larut kek gini, jawab gw!!"
"AKSARA SATYA ADINATA!! JAWAB GW!!"
"ayu masuk ICU bang...."
jiandra terkesiap. "Hah?".
"ayu... dia masuk ICU... . kanker nya nya makin ganas dan mulai nyebar ke paru-paru nya... dia di bawa ke ICU gw nungguin dia siuman... tapi dia belum bangun sampai sekarang... maafin gw..."
semua orang yang ada disana terdiam. semua orang yang ada disana tau, betapa penting nya ayu bagi seorang aksa. selain para saudara nya, hanya gadis itu yang bisa membawa senyuman di wajah dingin seorang aksa, membuatnya mengukir sebuah senyuman berharga yang tak setiap orang bisa melihat nya.
"gw lihat dia kejang-kejang bang... di kasur nya... wajah nya pucat... tangan nya dingin... ayu gapapa kan bang... tolong bilang ke gw.,.. kalo ayu bakal baik-baik aja..."
sebuah kristal bening meluncur turun dari matanya. aksa terisak. ia menangis dalam diam tapi mereka semua bisa melihat bahu nya bergetar hebat.
"Jangan tinggalin gw...."
━━━━━━ ◦ ❖ ◦ ━━━━━━
1819 KATA
TEU-HII!!!
AKHIRNYA SETELAH BEBERAPA DEKADE GW BISA APDET 😭✨✨✨
Maaf banget buat pembaca sekalian yang udah ruu gantungin berbulan-bulan 😭🙏🏻✨✨✨
Menurut kalian gmn sama chapt ini? Puas gk sama balas dendam ke ashlyn, atau kurang?
Jangan lupa comment dan vite ya guyss!!
See you next chapterr!!!
TEU-BAA!!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top