𝟐𝟏.| 𝐁𝐫𝐮𝐢𝐬𝐞𝐬

"BANG IKAL!!!"

pekikan duo laksana sukses membuat haikal tersedak makanannya. Aksa dengan tenang nya memberikan segelas air untuk sang kakak, setelah itu meraih sendal jepitnya dan melemparkannya ke arah kedua adik kurang akhlak nya itu.

"Ini rumah sakit tolol" nada pengucapan nya memang datar, tapi tatapan nya yang setajam silet itu sukses membuat duo laksana membeku.

Joshua mengusap wajah nya yang terkena lemparan aksa sedangkan sang kembaran hanya tertawa terpingkal tanpa suara. Haikal menyerengit kan dahi nya saat Joshua dan haris mendekati bankar, melihat keadaan nya.

Tapi tak ia duga, ada sosok mungil yang menatap nya dengan air mata tertahan di pelupuk matanya. Haikal menghela napasnya pelan seraya mengukir senyum lembut.

Sosok itu semakin terisak ketika haikal merentangkan tangan nya lebar seolah memerintahkan sosok itu untuk memeluk tubuh pucat nya. Tanpa basa-basi, aerin langsung menerjang tubuh ringkih haikal dan menangis di pelukan sang kakak.

Gadis itu mengomel di sela tangisan nya, memarahi sang kakak karena tindakannya yang menyembunyikan fakta yang ada. Sesekali gadis itu juga memukul badan sang haikal, yang bahkan tidak terasa bagi haikal.

Ini lah yang membuat haikal memilih untuk  merahasiakan penyakit nya. Tangisan si bungsu adalah salah satu ketakutan nya apabila rahasia kecil nya terbongkar.

Dan benar saja....

"KENAPA BANG IKAL GK BILANG KE AERIN?! HARUS NYA ABANG BILANGGG!!!—"

"Iya... Iyaa... Maafin abang ya...."

"GAK!!"

Aksa tersenyum  tipis melihat interaksi si bungsu dan kakak sulung nya. Duo laksana pun begitu. Joshua melangkah, memegang pundak sang kakak yang masih memeluk si bungsu, mengalihkan atensi haikal. "Gmn keadaan lo bang?".

"Udah agak enakan kok jo"

"Bisa-bisanya lo gk bilang ke kita bang..." Ujar haris dengan raut wajah datar nya. Haikal tertawa kecil, "haha, maaf ya, abang cuman gk mau kalian khawatir..."

"Tapi kalo jadinya lo sampe masuk rumah sakit begini malah bikin kita lebih khawatir bang..."

"Haha maap ya..."

Haris menatap haikal intens lalu menghembuskan napas nya besar. "Hm, jangan gitu lagi"

Setelah mengatakan itu, haris berjalan menuju belakang sang kakak dan memijat kaki sang kakak pelan. Begitu pula joshua, pemuda itu langsung meremat pelan lengan sang kakak, bermaksud memberikan pijatan ringan di sana. haikal tersenyum melihat kelakuan manis adik-adiknya ini. 

aerin juga tak mau kalah, gadis itu beringsut naik ke atas brankar sang kakak. aerin memijat kedua pundak kokoh sang kakak. "enak gk bang?". haikal tersenyum. "enak banget, kalo agak kuat dikit kek nya gapapa deh dek". "okeeyy~~"

 aksara tersenyum tipis. di tangannya terdapat sebuah buku sketsa dan pensil. terlihat sebuah sketsa patung seorang wanita di sana. aksa menggambar nya dengan sangat telaten karena itu akan ia buat untuk tugas akhir semester nanti. ia tak boleh mengacaukannya. 

hening melanda sesaat. ruangan itu sepenuhnya hening, hanya terdengar suara duo laksana yang adu mulut satu sama lain. benar-benar seperti tom and jerry. dimanapun mereka berada, gelut menjadi kegiatan nomer 1. entah masalah nya sepele atau serius, mereka akan mempermasalahkan nya selagi masih ada waktu. 

seperti sekarang, joshua memarahi haris karena pindah area. awalnya pemuda itu memijat kaki sang kakak, kini malah ikut-ikutan memijat lengan haikal. 

"ngapain sih lo ikut-ikutan mijet tangan bang ikal? bagian lo tuh kaki. kaki kanan noh belum lo pijet malah pindah haluan." sungut joshua.

"dih kok ngatur, suka-suka gw lah." ujar haris tak mau kalah. 

joshua merengut tak suka. "kan biar rata harisss, lo kaki gw lengan. kaki bang haikal nganggur noh kasian"

"ogah, lagian yang capek itu tangan kaki ma gak terlalu. ya gak bang?"

"enggak juga, kaki gw juga kesemutan kelamaan tidur." jawab haikal sejujur-jujurnya. 

"tuh kan di bilangin ngotot!" cerca joshua. 

raut wajah haris pun masam, dan dengan setengah hati ia pun kembali ke bagiannya semula. memijat kaki sang abang. "kalian kalo capek udahan aja gapapa" ujar haikal. aerin menggeleng. "nggak kok bang, belum juga sejam mijit nya"

haikal menatap ketiga adik nya. perlahan senyuman kembali terukir di wajah nya. melihat mereka semua sudah sebesar ini, membuat dirinya menjadi agak emosional. padahal dulu mereka hanyalah bocah-bocah ingusan yang selalu merengek padanya. tapi sekarang mereka sudah besar dan sudah mulai memakai seragam putih abu-abu seperti ini. 

tunggu, something wrong in here....

ini masih pukul sepuluh lewat lima menit. mereka seharusnya masih di sekolah jam segini.

"kalian bolos?"

tangan-tangan yang awalnya memijat itu seketika terhenti. aksa yang mendengar pertanyaan haikal pun mengangkat wajahnya menatap ketiga adik nya yang baru ia sadari, mereka masih mengenakan seragam lengkap. Joshua, haris, dan aerin saling tatap.

haikal menatap mereka bertiga bergantian. dengan diam nya mereka membuat haikal yakin jika dugaan nya benar adanya. mereka bolos sekolah. 

"kenapa kalian bolos? aerin juga udah mulai berani ya..."

ketiga terdiam tak berani menatap manik sang kakak yang sudah menatap tajam mereka bertiga. "kalo kakak nya tanya itu dijawab. haris, joshua, kalian yang ngajak aerin bolos begini?". duo laksana itu mengangguk takut. Haikal menghela napas nya. 

"mungkin kakak akan maklumi kalau kalian berdua yang bolos karena kakak juga udah biasa lihat kelakuan kalian. tapi kalian ini ngajak aerin loh. kalo ngajak aerin melakukan hal yang baik sih gapapa. tapi apakah bolos itu adalah hal yang baik untuk diajarkan ke adek kalian?"

haris dan joshua pun kembali menggeleng. 

"terus kenapa kalian ngajak aerin buat bolos?"

haris melirik aerin yang ada di belakang tubuh sang kakak. gadis itu mengerti apa yang akan kakak nya katakan pun sontak menggeleng cepat. mencegah sang kakak untuk tidak menceritakan kejadian yang terjadi yang menyebabkan ia ikut membolos bersama kedua kakak nya. 

haris hendak membuka mulut nya, tapi aerin mengatupkan kedua tangannya, memohon kepada haris untuk tidak mengatakannya. ia tak ingin keadaan haikal nya kembali memburuk mendengar apa yang barusan ia alami. 

"adek di rundung bang di sekolah"

haikal terkejut bukan main begitu pula aksara. "hah?! di rundung?!" 

"berita bang dirga yang di tangkap polisi udah sampe ke telinga temen-temen nya aerin. kita awalnya cuman pengen mampir karena kangen adek, tapi kita malah lihat dia dianiaya sama temen-temennya yang lain. adek sampe di lempari batu sama mereka. karena itu dia kita ajak bolos dulu."

penjelasan josua tentu saja membuat haikal dan aksa shock bukan main. aksara langsung saja bangkit dari duduk nya, menghampiri sang adik dan melihat keadaan nya. benar saja, ada luka memar di kening gadis kecil nya. aksa langsung memeluk nya erat. 

"kamu gapapa dek? maafin abang karena gk bisa lindungin kamu"

haikal pun langsung memutar tubuh nya dan memegang bahu sang adik. manik nya membola begitu melihat luka memar di kening sang adik. ia mengusap memar itu pelan, tapi ringisan aerin langsung keluar begitu jemari haikal menyentuh memar itu. 

"adek gapapa? ada yang sakit gak? mereka apain kamu dek? coba bilang sama abang." terlihat buliran bening mulai terkumpul di pelupuk mata sang kakak. 

aerin menyentuh kedua tangan besar haikal yang menangkup wajahnya. "aerin gak apa-apa bang". "gak apa-apa gimana?! kamu dilemparin batu loh sama mereka!"

"bilang sama abang"

"hah?"

aksa menatap sang adik datar, namun terpancar sorot mata membunuh dari kedua mata nya. "bilang sama abang, siapa yang ngelakuin ini semua ke kamu. biar abang balas mereka-". "gak usah bang, kalau itu nanti kita berdua urus"

aerin menatap haris dan joshua yang melemparkan senyum penuh arti ke aksa. aerin yang mengerti arti dari senyuman itu pun melebarkan manik nya. "kalian mau ngapain?". haris menggeleng dengan wajah mengejek. "gak ngapa-ngapain kok, ya gak jos". joshua pun mengangguk. 

aerin ingin melontarkan protes nya, tapi suara pintu rawat yang terbuka mengalihkan atensi mereka semua. 

"lho kalian ngapain disini?"

mahesa masuk kedalam ruang rawat itu. di tangannya terlihat membawa sebuah tas kecil. "lo gak kuliah bang?" tanya haris. "ntar jam 4 gw balik lagi buat kelas. gw bikinin lo ayam rica-rica ni bang. dimakan ya, yang banyak". mahesa menyerahkan tas kecil itu ke sang kakak. Haikal mengeluarkan sebuah kotak bekal dari sana dan membuka tutup nya. 

aroma rempah yang semerbak dan wangi itu langsung menguar keluar dari dalam sana, membaut semua orang tergiur hanya dengan melihat nya. 

"buat kita gak ada bang?" tanya joshua saat melihat hanya ada 2 potong ayam di dalam kotak bekal itu. 

"gw kira kalian masih di sekolah makanya gak gw bawain, kalian pulang siang? kenapa?"

"mereka bolos"

kata-kata aksa membuat Mahesa menatap tajam ketiga adik nya yang kini hanya nyengir tanpa dosa. "kenapa?". 

"ade-HMP!!"

"hehe, panjang cerita nya bang" aerin tertawa hambar dengan tangan nya yang menutup mulut joshua rapat-rapat. "ayam nya cuman dua, terus kita makan apa bang? adek laper..." kata aerin berusaha mengganti topik pembicaraan. mahesa menghela napas nya dan mengeluarkan selembar uang 50.000 an dari dalam dompet nya. "beli pop mie sana di kantin"

aerin langsung sumringah dan mengambil uang berwarna biru itu dengan senang hati. gadis itu memeluk mahesa sejenak sebelum akhirnya keluar dari kamar rawat haikal. 

"KALO ABANG LELET, UANG NYA BUAT ADEK JAJAN SEMUA!"pekik aerin di lorong rumah sakit. '

"kampret lo dek!!" pekik haris. 

duo laksana langsung saja berlari menyusul sang adik ke arah kantin. haikal, mahesa, dan aksa hanya menggeleng melihat kelakuan ketiga orang itu. aksa segera menyiapkan makanan sang kakak dan juga obat nya. dan seperti biasa, masakan mahesa memang tidak pernah gagal. gumaman aksa dan haikal ketika menyuapkan ayam itu kedalam mulut mereka pun terdengar.  

membuat Mahesa mengukir senyum nya bangga.  

mahesa mengistirahatkan tubuhnya di sofa di sebelah aksa. pemuda itu mengeluarkan ponsel nya dan membuka room chat yang sudah penuh dengan berbagai pesan masuk entah dari siapa. kening nya berkerut ketika kebanyakan pesan tersebut berasal dari teman-teman kuliah nya yang menyuruh nya untuk segera membuka grup kelas. 

"kenapa dah?" monolog nya. 

mahesa pun membuka grup kelasnya, dimana dosennya mengirimkan sebuah file berisi daftar nilai mahasiswa nya selama satu semester ini mengingat ini sudah ada di penghujung semester. ujian akan datang beberapa hari lagi. 

pemuda itu men-scroll layar mencari nama nya dalam daftar nilai itu, berharap nilai nya akan memuaskan mengingat ia sudah berusaha sekuat tenaga di semester ini. tapi mata nya membola begitu ia menemukan nama nya di dalam daftar nilai itu. hanya ada satu angka yang tertulis di daftar nilai nya.

nol.

iya, nol untuk setiap tugas nya. mahesa sontak melotot melihat itu. punggung nya yang awalnya bersandar itu seketika ia tegakkan. mata nya membola melihat data yang ada di layar ponsel nya itu. bagaimana mungkin?!. ia yakin kalau ia sudah mengumpulkan semua tugas yang di berikan dosen nya. tapi kenapa nilai nya....





















"gak mungkin...."





━━━━━━ ◦ ❖ ◦ ━━━━━━

1620 KATA

AKHIRNYA BISA APDET!!!

maaf buat yang nungguin ya... :"")))
binder ruu yang isinya alur, kerangka dan lain-lain tuh ketinggalan di rumah waktu ruu balik kost..jadi ya... :"))

makasih banget buat kalian yang nungguin..

ruu usahain untuk tetap apdet menggunakan segenap sisa ingatan ruu~~

TEU-BAAA!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top