𝟏.| 𝐁𝐮𝐥𝐚𝐧
"KAU PIKIR AKU TAK TAU ?! JIKA KAU PERGI DENGAN PRIA LAIN DI BELAKANG KU ?!"
"KAU SENDIRI JUGA SERING PERGI KE CLUB MALAM !! BERAPA JALANG YANG SUDAH KAU TIDURI HAH ?!"
suara adu mulut dan barang-barang yang berterbangan menabrak dinding meramaikan malam itu. Ibu nya yang baru saja kembali dari ntah kemana setelah menghilang seharian itu membuat keributan itu pecah.
Kedengaran nya ayah nya itu memergoki sang ibu keluar ke hotel dengan pria lain, sedangkan sang ibu yang tak mau kalah membeberkan jika sang ayah sering keluar ke club dan pulang di siang buta di keesokan harinya. Adu mulut pun tak terelakan
Gadis itu ketakutan.
Ia meringkuk di dalam lemari, berusaha menutup kedua telinga nya dengan tangan kecil nya. Ia terisak berharap suara bernada tinggi itu segera berakhir namun naas, suara-suara itu semakin meninggi.
"JANGAN BERTINGKAH SEPERTI KAU ADALAH YANG PALING SUCI DISINI !! BERSYUKUR LAH AKU MAU MERAWAT ANAK HASIL HUBUNGAN GELAP MU DENGAN GIGOLO DI LUAR SANA !!"
"JANGAN SEMBARANGAN BICARA BRENGSEK !!"
"AKU MENGATAKAN FAKTA !! LIHAT DIA ! DIA BAHKAN TAK MIRIP DENGAN KU !! GADIS ITU BUKAN LAH ANAK KU !!"
Tangis nya terhenti seketika.
Tunggu ?
Gadis ?
Ialah anak perempuan satu-satunya di keluarga ini. Jadi selama ini.... Orang yang ia anggap ayah bukanlah ayah kandung nya ?!
Gadis itu mencengkram rambut nya kuat. Menahan teriakan frustasi yang hendak lolos dari mulut nya dan akan menambah panas suasana. Pada saat ia tak bisa lagi menahan nya, Ia berteriak tanpa suara masih sambil menangis histeris bahkan lebih.
Rasa nya sesak, ia tak ingin mendengar semua suara itu.
Suara bantingan dan pukulan semakin menjadi di luar pintu kamar nya bahkan beberapa kali menghatam papan kayu itu.
Ia menggeleng kuat berharap semua nya berhenti.
Hingga ia merasakan getaran di kantong piyama nya. Ia merogoh benda pipih yang sedari tadi bergetar itu dengan tangan gemetar.
99+ pesan masuk dari Para abangku ter💙
10 panggilan tak terjawab dari bang haikal
22 panggilan tak terjawab dari bang jian
56 panggilan tak terjawab dari bang haris
13 panggilan tak terjawab dari bang mahesa
Percakapan para saudara tertua nya terlihat ketika ia membuka notifikasi di layar hp nya itu. Ia membaca nya agak memburu karena suara bantingan yang semakin keras di luar sana.
Belum selesai membaca pesan, sebuah panggilan grup masuk ke dalam ponsel nya yang untung nya dalam mode diam.
"ADEK ! LO DIMANA ?!"
"DEK LO GPP KAN ?!"
"kenapa telpon abang gk diangkat ?"
"Itu suara apa dek ?"
"Adek jawab abang, adek dimana ??"
"A...a-abang..." Oh tidak suara nya ikut gemetar.
"Adek ?? ADEK KENAPA ?!"
"A-adek gapapa...., abang semua k-kapan pulang ?? Adek takut.... A-ayah sama bunda....bertengkar lagi...."
"Aerin listen to me.... Okay. Dengerin abang. Sekarang aerin ambil headphone yang Abang kasih kemaren, puter lagu yang keras sampe km gk bisa denger ocehan mereka, got it ? Just cover ur ears until you cant hear anything what they say, okay ?Abang pulang sekarang"
"Aerin aerin aerin ! Lo sekarang ke balkon. Duduk disana sambil liatin bintang. Mumpung langit nya lagi cerah Hitungin bintang nya sampe abang pulang ya ? Nanti abang ikut klo udah nyampe rumah"
Walaupun tak dapat saudara nya lihat, gadis itu mengangguk ribut. Dengan cepat ia keluar dari lemari, menyambar headphone yang tergeletak di atas meja belajar nya dan berlari ke balkon.
Ia kembali meringkuk di dinding dekat pintu sambil memutar musik kesukaan nya di headphone dengan volume keras dan menatap langit.
Benar, langit malam sedang cerah hari ini.
Ia merapatkan headphone itu dengan kedua tangan nya dan mulai menghitung satu persatu bintang yang ada dengan suara gemetar.
"S-s-satu...."
"D-dua..."
"....t-t-tiga...."
"Empat...."
PRANG !!
Suara kaca pecah yang begitu nyaring terdengar. Ia dengan sigap menambah volume musik nya menjadi maksimal dan kembali menghitung bintang.
"L-l-l-limaa......"
Angin malam yang dingin berhembus semilir, membuat buku kuduk gadis itu berdiri. Tapi ia tetap menghitung bintang-bintang yang ada, persis seperti yang kakak nya perintah kan.
Hingga di hitungan ke tiga puluh satu, seseorang membuka pintu balkon kamar nya membuat gadis itu tersentak kaget. Namun sedetik kemudian sebuah pelukan hangat menyambut nya.
Tangis aerin pun tak dapat lagi di bendung. Ia menangis kuat di pundak sang kakak yang masih setia mengusap punggung nya lembut, berusaha menenangkan.
"Gapapa....bang haris sama bang yudha udah disini... Adek jangan takut ya...." Ujar yudha.
Suara haikal terdengar tengah beradu mulut dengan orang tuanya apalagi suara jiandra yang tak segan-segan meninggi pada dua orang di hadapan nya itu. Entah lah, kebencian nya kepada orang tuanya sudah memuncak.
Yudha menuntun aerin untuk keluar lewat pintu belakang.
Begitu mereka sampai di ruang tengah, aerin melihat jika ruangan itu sudah tak lagi berbentuk. Barang rusak ada dimana-mana, pecahan vas bunga yang berceceran di lantai, raut wajah berantakan orang tua nya dan murka para saudara nya.
Jendral langsung berjalan menuju aerin dan memeluk adik nya erat. Ia mengusap lembut rambut aerin yang berantakan dan tersenyum lembut.
"Bawa adek keluar, di depan udah ada mobil bang yoga ama bang haikal" kata jendral.
Yudha mengangguk dan membawa aerin ke dalam mobil diikuti aksa dan dirga.
Di luar sudah ada arjuna dan yoga sedang memanaskan mobil. Dirga membukakan pintu untuk aerin. Gadis itu pun masuk baru kemudian aksa, yudha dan dirga.
"Mereka perang lagi ga ?"
"Biasalah bang"
Arjuna mencengkram setir seraya menghela nafas lelah. Dia bahkan masih mengenakan almamater kampus nya, dia tadi nya berniat bermalam di perpustakaan kampusnya untuk menyelesaikan proyek bersama teman-teman nya seketika langsung berlari ke parkiran dan tancap gas kemari begitu mendengar jika kedua orang tuanya kembali bertengkar
"Mereka mana pernah mikir ? Orang mereka gk punya otak"
"Hus !, Aksa !"
"Gue cuman ngomongin fakta bang"
"Ntah knp bang aksa klo ngomong suka bener..."
Beberapa saat kemudian para saudara nya yang lain keluar dari dalam rumah itu dan berjalan masuk ke dalam mobil. Raut wajah kesal bercampur amarah masih terlihat kentara di wajah mereka. Tapi begitu mereka melihat keadaan adik bungsu mereka yang terduduk gemetar, emosi mereka langsung melunak.
Haikal memeluk dan mencium kening adik perempuan satu-satunya itu. Ia juga mengusap bekas air mata di pelupuk matanya.
"Bang haikal, ini mau kemana ?" Tanya aerin.
Haikal mengusap kepala gadis itu sekali lagi. "mau jalan-jalan. Just a night riding with my beloved brothers and sister. You like sea isnt it ?"
aerin mengangguk kecil. Ia sangat merindukan suara laut.
Setelah mengkoordinasikan kemana mereka akan pergi kepada arjuna dan yoga, mereka pun berangkat meninggalkan mansion itu.
Memang ya, kekayaan itu tidak bisa membeli kebahagiaan.
Angin malam yang dingin berhembus masuk karena memang kaca mobil yang terbuka lebar. Tak ada yang membuka suara selama perjalanan.
Aerin pun masih kalut tentang apa yang didengar nya. Apalagi ini langsung dari kedua orang tuanya. Berarti dirinya ini adalah anak haram ?
Anak yang tak diinginkan oleh siapapun ?
Mengapa ayah nya tak membuang nya saja ?
Apakah dirinya adalah penyebab kedua orang tuanya terus bertengkar ?
Beragam pertanyaan keluar di dalam kepala nya. Ia ingin berhenti memikirkan itu tapi tak bisa. Pertanyaan terus keluar dari otaknya. Ia meremat ujung piyama nya berusaha menyingkirkan semua pemikiran itu.
Dirga yang menyadari nya langsung memeluk gadis itu. "Gk usah dipikirin dek, apapun yang lo denger dari mereka itu gk pantes lo denger"
"Bener apa kata Dirga dek. Mereka itu lagi kalut, klo ngomong suka asal jeplak aja gk difilter dulu" kata mahesa dari kursi belakang.
"Heran gue, mereka kek gk ada capek nya anjir adu bacot mulu tiap hari, tiap menit pasti adaa aja yg di permasalahin"ujar arjuna.
"Kemaren masalah kantor, sekarang masalah selingkuhan besok apa lagi dah ?" Kata haris sambil memandang keluar jendela.
"Sialan emg tu dua orang !!"
"Dirga languange !" Pekik haikal.
"Tapi mereka emg begitu bang ! Lo gk bisa nyangkal juga !"
"Tapi itu orang tua lo ga, yg ngelahirin lo ! Lo gk bisa ada di dunia klo gk sama mereka !"
"Justru karena itu bang ! Gue benci ngakuin klo mereka itu orang tua gue ! Mereka bahkan gk pernah ngerawat kita sebagaimana orang tua terhadap anak nya ! Mereka nelantarin kita !"
"Tapi mereka tetep orang tua lo ga ! Ibu bapak lo ! Ibu bapak kita !"
"Bahkan aerin sampe trauma..." Ujar dirga lirih.
"Adek gapapa kan ? Ada yang luka gk ?" Tanya yudha.
Aerin menatap abang nya itu sejenak kemudian menggeleng pelan.
Apakah mereka tetap besikap seperti ini ketika mereka tau dia bukan saudara kandung mereka ?
Setelah setengah jam perjalanan. Mereka sampai di sebuah pesisir pantai yang sepi karena sudah tengah malam. Mereka semua keluar dari mobil satu-persatu dan memandang lautan luas yang terhampar di depan mereka.
Haris dan joshua menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskan nya kembali seolah mengeluarkan seluruh penat mereka yang terkumpul beberapa hari ini. Mereka menatap laut yang memantulkan cahaya rembulan itu dengan perasaan lega. Begitu pula aerin.
Ketakutan nya beberapa waktu lalu seolah lenyap begitu saja. Batin nya tenang mendengar deburan ombak memecah sunyi nya malam. Laut memang pemandangan terbaik di malam hari.
"Kek nya seger klo renang nih" ujar jendral . Ia sudah ancang-ancang melepaskan kaos nya.
"Jangan ngadi-ngadi lo jen, klo lo mau keseret ombak sih gpp silahkan" ujar yoga.
"Bulan nya gede bgt !!" Pekik johan.
"Kan purnama han" ujar jiandra.
"IH GW BENERAN PENGEN NYEBUR ANJIR !!" pekik haris.
"Yodah nyebur sono sekalian jadi mermed !" Aksa mulai mendorong-dorong tubuh haris menuju perairan. Jendral dan joshua pun tak ketinggalan, 0104 line itu udah satu paket klo kata jiandra.
Udah ngeselin, gk tau malu lagi.
"Gue ama jian mau ke supermarket di deket sini, pada mau nitip apa ?" Tanya danny.
"TTEOPOKKI BANG !!"
"HAMBURGERRR !"
"JANGAN LUPA COLA BANG !"
"gue samain kek joshua aja bang"
"Nasi goreng !!"
"donat, pizza, jajangmyeon, sosi, roti-"
"UDAH YA ITU AJA BYE !!" setelah itu jiandra langsung jalan duluan sebelum permintaan saudara-saudara nya itu membludak.
"Kamu mau ap rin ?" Tanya haikal pada adik bungsu nya ini.
Aerin yang awal nya melamun pun sedikit tersentak karena tiba-tiba ditanya. Setelah berpikir beberapa saat, ia akhirnya menggeleng pelan. Haikal pun mengelus pucuk kepala nya lembut dan menyusul jiandra yang sudah berjalan mendahului nya.
"Rin !"
Di bawah pohon sana, sudah ada mahesa, arjuna, yoga, dirga, johan dan yudha. Mahesa melambaikan tangan nya memanggil aerin untuk bergabung dan duduk bersama mereka.
Line 0104 masih berlarian di bibir pantai. Mereka menendang-nendang air hingga mengenai satu sama lain ataupun sekedar kejar-kejaran. Mereka menatap rembulan diujung sana yang bersinar kian terang menjelang tengah malam.
Angin laut pun berhembus kuat menerpa wajah-wajah lelah itu. Mereka sudah biasa seperti ini. Pergi dari rumah ketika orang tua mereka tengah beradu mulut atau bahkan saling menyerang, pergi ke tempat yang jauh dan berhenti untuk menenangkan diri dan melupakan semuanya.
Dan pantai ini adalah saksi bisu kesedihan mereka semua. Biasanya mereka pergi ke tempat yang berbeda-beda setiap kali mereka pergi dari rumah, dan pantai ini adalah spot favorit mereka.
Tiba-tiba mahesa merebahkan diri nya ke pasir dan berteriak kencang.
"Gue capek pengen jadi hamster aja" ujar nya ngaco.
"Tapi hamster gk enak juga bang. Di kandang mulu, gk bisa keluar" ujar johan.
"Tapi seenggak nya idup nya gk ada beban, gk mikir skripsi dan masalah hidup" timpal arjuna.
"Jangan dipikir. Masalah hidup tuh cuma sebentar trus selesai. Liat aja joshua, orang tuanya adu bacot di rumah dia nya pengen jadi t-rex" ujar yoga sambil menunjuk Joshua yang sedang berlarian dengan gaya tak biasa.
"Dia kek gk punya masalah anjir" ujar yudha sambil terkekeh.
"Dia masalah begini mah udh bodoamat. Gk mau mikirin lagi dia" ujar dirga.
"Topeng nya tebel banget" ujar arjuna.
"Kita semua punya topeng yang sama tebel nya jun..." Kata yoga.
"Dah bisa maen felem nih" kata aksa.
"Iya, felem nya genre angst bang...." Ujar yudha.
Lalu haris, aksa, joshua dan jendral datang menghampiri mereka karena kelelahan karena berlarian sedari tadi. Mereka mulai ambruk satu-persatu dan merebahkan do ke pasir pantai yang dingin. Keringat mereka pun bercucuran saking capek nya.
"Udah cosplay t-rex nya ?" Tanya arjuna.
"Apaan cosplay t-rex !, orang kita lari-larian doang !!" Ujar joshua nyolot.
"Yha, barangkali haris mau jadi mermed betulan"
"Bang, by one yok kita" ujar haris lirih.
"Ayokk !! Siapa takut !!"
Arjuna dan haris pun memulai perkelahian jadi-jadian ini. Dirga dan jendral bagian penyorak, yoga wasit dan joshua serta jendral berlagak seperti pelatih dua orang itu. Mahesa, Yudha, johan dan aerin hanya menonton dan tak berniat ikut campur dengan acara para saudara nya.
"AYO HARIS LO BISA PASTI BISA !!" pekik joshua
"BANG AJUN ! KLO LO MENANG GW TRAKTIR BUBUR MAK IJAH DAH SUER !!" Pekik jendral tak kalah keras.
Haris membanting tubuh arjuna hingga pemuda itu jatuh ke pasir dan berlagak meninju nya bertubi-tubi diikuti teriakan kesakitan arjuna. Jendral panik karena anak buah nya kalah telak terus meneriaki nya untuk bangkit dan joshua yang bersorak senang sambil terus menyemangati haruto. Aksa malah berlagak memberikan senapan tak kasat mata pada haris yang langsung di terima oleh pemuda itu.
Haris menembakkan pistol tak kasat mata itu dan arjuna berlagak seperti tertembak berturut-turut dan tewas dengan lidah yang menjulur keluar. Mahesa dan yudha sukses terpingkal karen itu.
Aksa berdiri dari duduk nya dan mengangkat tangan haris mengumumkan bahwa ialah pemenang nya sedangkan jendral berlagak memberikan pertolongan pertama pada arjuna dengan menekan-nekan dada nya.
""APAAN ANJIR ! KATANYA DUEL BY ONE KOK BAWA SENJATA !! CURANG ! CURANG !"
pekik arjuna yang seketika bangkit.
"Mangkanya jadi orang yang kreatif dikit bang" sangkal haris.
"APAAN ANJIR GK TERIMA GUE ! TANDING ULANG ! -"
"Gada tanding ulang, duduk lo semua. klo gk, jatah kalian gw kasihin johan"
Yap, jiandra dan haikal sudah kembali dari supermarket sambil membawa 3 kantong belanja penuh makanan dan cemilan. Seketika kerusuhan itu bubar dan semua orang duduk melingkar. Haikal membagikan paket nasi serta lauk pauk yang ada dalam satu kotak yang ia beli di supermarket kepada para adiknya. Ia tau, tak ada satu pun dari mereka yang belum makan malam.
Itu sudah biasa.
Ibu mereka sudah terbiasa menelantarkan mereka semua sejak kecil. Ia terlalu sibuk dengan dunia nya sendiri tanpa mempedulikan anak-anak nya.
Aerin hendak membuka kotak makan nya sampai ia melihat sebuah cup hijau dengan asap yang masih mengepul keluar dari lubang tutup nya di letakkan di dekat kotak makan nya. Aerin menatap jiandra yang duduk di samping nya. "kenapa ? Itu kesukaan lo kan ? Matcha latte ?"
Aerin menatap gelas cup itu dengan tatapan kosong.
Semua saudara nya sudah menyantap makanan mereka masing namun tidak bagi aerin. Ia masih dia menatap makanan nya yang mulai dingin tanpa minat. Perkataan orang tua nya masih belum bisa ia singkirkan di pikiran nya. Dialog mereka terputar tanpa henti di otak nya.
Air mata nya tertahan di pelupuk matanya ketika ia memikirkan bahwa dia sebenarnya adalah anak haram. Anak yang tak diinginkan siapapun. Bagaimana jika saudara-saudara nya tau kebenaran nya ?
Jantung nya berhenti berdetak beberapa detik.
Tidak, ia tidak ingin semua saudara nya berubah jika mengetahui bahwa ia adalah anak haram dari gigolo di luar sana. Lantas air mata nya pun mengalir, butiran bening itu meluncur turun setelah sekian lama membeku.
ia pun mengusap air mata nya cepat sebelum ada yang melihat nya. Mereka adalah satu-satunya yang ia punya. Ia tidak tau apa yang terjadi jika ia kehilangan mereka juga.
Ia berusaha mengusap dan menghilang kan jejak air mata nya. Namun tanpa aerin sadari, seseorang melihat itu semua.
Setelah acara makan malam di pantai itu, mereka pun kembali berkendara pulang. Bukan, bukan ke rumah itu.
Tapi ke apartemen haikal.
Haikal membeli sebuah apartemen yang cukup besar untuk mengantisipasi hal-hal seperti ini. Nggak, bohong. Ia membeli apartemen itu untuk ia rombak menjadi sebuah studio musik yang menjadi impian nya sejak SMA.
Lokasi nya tak jauh dari pantai tempat mereka singgah. Hanya 10 menit perjalanan dan mereka pun sampai di apartemen mewah sang kakak.
"Sementara kita tinggal di apartemen abang dulu aja. Nanti klo suasana rumah dah kondusif kita balik ke sana" ujar haikal sembari meletakkan tas gitar nya.
"Wihhh..., Gilak Gedhe banget apart lu bang" ujar dirga.
"Lu buka lowongan sugar baby gk bang ? Gw mau daftar"
"Stress gw klo punya sugar baby kek lo jos !" Sarkas haikal.
Mahesa melotot melihat keadaan apartemen abang nya. Seperti kapal pecah.
Bungkus keripik dimana-mana, botol kosong soda di pojok ruangan, dan kabel-kabel yang berserakan. Pokok nya tempat ini lebih mirip gudang bagi mahesa.
Tanpa banyak kata, ia pun menggulung lengan nya dan mulai membereskan kekacauan yang ada. Dengan gesit tangan nya membersihkan tiap inci ruangan itu tanpa terkecuali. Sesekali ia mengomel sang abang karena tak bisa menjaga kebersihan.
Sudah mirip emak-emak belom mahesa ?
Aerin berjalan menuju sofa, di belakang nya ada dirga dan jian yang menatap nya lekat-lekat. Gadis itu lebih mirip bocah sd dari pada remaja sma di mata kedua nya. Bagaimana tidak, jaket bulu kebesaran milik haris yang ia kenakan, di tambah tinggi badannya yang tidak sampai 150 sentimeter, membuat mereka tertawa gemas.
"Gemes banget sih adek gw" ujar jian.
"Adek kita juga bang, inget, lo punya sodara jumlah nya selusin" sungut dirga.
"Jendral mana ?" Tanya arjuna.
"Bang jendral tadi ke kamar mandi bang !" Kata aerin sambil menunjuk arah kamar mandi dengan tangan yang masih terbungkus jaket. Arjuna yang mendengar itu pun menengok asal suara.
Dirinya tersenyum melihat sang adik yang terbungkus jaket bulu, lantas Arjuna pun meletakkan laptop yang di bawanya dan memeluk aerin.
"Jangan cepet-cepet gedhe ya dek..." Ujar nya.
Aerin yang mendengar itu hanya menyerengit bingung. Tapi langsung teralihkan ketika haris dan joshua yang menyalakan tv dan PlayStation.
"FIFA to ! FIFA !"
"Iye iye sabar..."
"GANTI BAJU DULU BEGE !" pekik yoga.
Jendral duduk di depan aerin. "Adek ikut kagak ? Nanti abang mau maen super mario habis 2 curut ini" kata jendral. Di kepala nya terdapat sebuah handuk, habis keramas.
Aerin langsung menyincing lengan jaket haris dan mengeringkan rambut jendral.
Haikal menatap mereka semua dari kejauhan. Di tangan nya ada ponsel nya yang menampilkan room chat nya beserta sang ayah yang menanyakan keberadaan mereka di jam selarut ini. Sisa nya hanya caci-makian.
Tapi ia tak mempedulikan nya sama sekali. Ia menghapus room chat itu dan berjalan ke arah para saudara nya.
"ABANG IKUTAN !! GW PEGANG RONALDO YE !!"
2961 words
Maap ya, ku unpublish sebentar karena habis ku revisi :""")
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top