- The Game [ I ]
Ḑ̶̃ỉ̷̽̎̏͑̑͐̕ͅe̴̡̛̼̞̱͖͑̌̔̈́̎̐̊͝ ̵̹̜͇̪͖̻͍͈́ͅa̶͔̦̬̯̙͍̬͑̑̕n̵̛͖̹̣̓̊̾͐͆͝d̶̟̫̿͒́̃͝ ̷̥̯͖̝̥̃̿̓̑̂̕ͅs̶̡̰̓̈u̸͓͉̙̮̫̠̐̍͑̆͐̋͝r̴̦̰̣̝̔̆v̴̡͔̆̆̒͝ȋ̷͇͌̋̅̄̇̓͆̃̎v̴̧̢̲̻͈͕̻̰̱̿̅̍̾̈͜ę̷̮̰̣̥̬̥̱̙̚,̸̮̼̹̩͉̬̤̣͇̅̓͐͗͋͐͠ͅ ̷̰̫̀̾̽̌̚t̴̛̗͔̫̳̍̌̉̎̕̕͝͠h̵̫̪̲̉̈͋̚á̶͚͈͔̻̬̗̜͕̉̾ͅͅť̵̡̢͕̞̪͇̜͌̀̒̀̕s̷̺͉͎̯̏͊͑͊͝ ̷͍̏̓́̓̕ț̵̥̫͇͈͋̔̈́̈́̈́h̸̨͖̲̥͖̼̞̩̣̝̒̏ē̴̡̛̜͓̯̠͙̤̣̻̮̊̍̇̕ ̸̭̯̬̦̟̳͖̱̫̘͗̆p̷͔̬͒̈́̉̎̆͑̿͜r̴̛͙̖̗̝̺͇͓͖͐̑̎͋͛̀͝o̴̡̠̬͎̹͇͕̠̫̽̒͗̐͐̅̾͜b̴̙͖͖͖̃̆̉̓l̵̮̮̤̽̾̑̌͘͝é̷̳̺͍̞̃m̶̩̭̜̱̟̓͐̿͌̽̃̈͂̀̕
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
[ - ]
[ 3rd POV ]
Arena 1-
Sinar lampu semakin jelas dipandangan, kelopak mata mengerjap beberapa kali setelah bangun.
Punggung terasa pegal karena tidur diatas lantai besi yang keras, berharap ada yang membawa bawang merah disini.
Langit - langit ruangan menggelap, menandakan bahwa lampu akan segera mati.
Oh ayolah, bisakah mereka sedikit lebih baik kepada muridnya? Maksudku, sekolah kaya mana yang menyediakan fasilitas lampu 'cacat' ?
Ini latihan pertahanan hidup, elah.
Menghela nafas, lalu mulai berjalan menyusuri lorong-lorong yang ada, adakah orang lain selain dirinya?
'Terkutuklah pikiran ini, hanya karena gelap dan sendiri, kau menjadi takut, begitu?' Batin Ayara.
Gadis ini memiliki nyctophobia atau yang biasa disebut phobia gelap. Kegelapan seakan musuhnya yang selalu berusaha mewujudkan sesuatu, dan bodohnya tanpa ia sadari dia hanya terus menunggu, tak pernah melangkah terlebih dahulu.
Lampu terus meredup, lalu menerang kembali.
Astaga, dia sedang mengejek kita seolah-olah diri ini berpura-pura kuat, padahal hatinya berdegup begitu kencang.
Ah, lagipula...
Diri ini sedang berusaha kuat kau tau?
Punggung yang terlihat kokoh, serta senjata yang tergantung di punggungnya.
Yah, walaupun hanya satu sih, hehe.
Toh yang akan terjadi adalah pembunuhan para monyet.
Mereka itu mudah untuk dibunuh.
Iya......
Kan?
[ Ayara POV ]
'Aswajgbangsatbegogoblogtololtaibabinakngentodsetanmonyet'
Astagfirullah sister, istigfar
Menyumpah nyerapahi apa yang tlah terjadi, tau ini akan terjadi kenapa aku masih saja memakai rok?
Lucunya, ini adalah rok pendek.
Lihat mak, betapa begonya anakmu ini.
Udahlah beban keluarga, bego, rebahan mulu lagi.
Merutuki penyesalan tak kan ada gunanya, lebih baik mencari cara agar bisa keluar dari tempat ini.
Masalahnya, dimana?
'Kalau misalkan ke kiri, nanti tersesat. Kalau ke kanan, saya udah tersesat duluan terus mendadak suci dibilang kerasukan. Kalau lurus, ga asik.' Batinku mempertanyakan ingin ke arah mana.
Menurut pelajaran pramuka, aku enggak ngerti. Karenanya sang guru pramuka itu membosankan, malahan muridnya seneng bolos terus. Lagipula, nilai pramuka itu tak terlalu dipandang, justru aku malah nyuruh yang lain untuk bolos bersama agar mengerjakan matematika bersama-sama. Maklumlah, matematika adalah salah satu bahkan mungkin pilar yang paling kuat untuk disebut sebagai orang yang 'pintar' atau bahkan 'jenius'.
Kau tau?
Manusia itu dituntut untuk menjadi sempurna, tak sadarkah dirimu itu? Sekalinya nilai mendapat merah, maka kau akan terus dituntut agar mendapat nilai 100. Dengan perkataan andalan sang guru "Orang tuamu sudah susah-susah bekerja demi dirimu". Aku memang menghargai apa yang telah orang tuaku telah lakukan. Tapi diriku ini tetaplah secuil makhluk tuhan yang tiada artinya jika dibandingkan dengan alam semesta ini, dan bukanlah sang bidadari yang jatuh dari surga.
Tunggu, lupakan saja.
Kuputuskan untuk berjalan ke arah kiri, tempat yang menurutku paling aman untuk dilewati daripada yang lainnya.
Namun saat tuhan berkata lain, saat sang takdir telah berkata. Apa yang bisa hambamu ini lakukan? Menangis kah? Atau diriku ini harus berteriak memanggil nama sang maha kuasa agar dapat mendengar suara ini?
"Sa....................."
Eh?
"Sa..................................."
Demi tuhan, kalau boleh jujur aku merasa takut akan suara yang terus menggema di lorong itu. Suara itu semakin menggema, seakan dia hanya ingin bersama diriku.
Yang hanya kulakukan hanyalah terus berlari. Jangan tanya diriku ini kemana, yang penting jauhi suara itu.
Sekarang juga.
"Sa......................."
"Sa................................."
"SA........................................"
"SA!!!!!!!!!!!!!!"
DRAP
DRAP
DRAP
'Hosh.........'
'Hosh....................'
Peluh keringat perlahan membasahi kulit muka. Jika jiwa ini dulu tak pernah mengatakan bahwa dia bisa segalanya, mungkin aku sudah berani walaupun hanya sekedar menengok kebelakang.
Ini gila. Sungguh sangat gila, mau kau bandingkan dengan Bakugo saja ini masih jauh lebih gila.
Langsung kudobrak saja pintu yang ada didepan ku saat ini.
Seluruh material mulai dari lemari, meja, kursi, dispenser dan bahkan TV jadul sekalipun kudorong untuk menahan pintu.
Susah payahlah otot Volunter ini bekerja, bahkan otot otonom pun dengan terpaksanya ikut dengan suruhan dari otak agar membantu mendorong benda - benda besar ini.
Badan mulai jatuh merosot kelantai, duduk terengah - engah mengeluarkan rasa lelah setelah berjuang tadi.
Siapa dia? Dengan alasan apa dia bisa semengerikan itu? Dari mana asalnya orang itu? Dan dimana dirinya sekarang? Masih mengejar menggapai masa depan untuk menggangguku atau telah menyerah?
Jouska ini sungguh sangatlah mengganggu. Konflik antara hati serta otak tak bisa terpisahkan secara begitu saja.
Lampu berwarna merahlah yang menjadi tantangannya sekarang. Tepat disebelah lampu merah kecil itu, ada sebuah buku diisi tulisan serta gambar bintang bertinta hitam.
Diriku sama sekali tidak berminat menghampirinya, tapi seakan - akan ada yang memusnahkan niat itu dan justru malah mendorongku untuk melihat buku kecil itu.
Saat memegang buku itu, rasanya seperti ada goresan yang ada dikepalaku. Atau bisa kubilang goresan itu merobek tengah badanku secara vertikal.
Mata bermanik Daisy ini mulai menghangat hingga sampai akhirnya air mulai tampak. Rasa sakit ini sungguhlah menjalar ke seluruh tubuh, teriakan pilu pun terdengar keras dari luar gudang sekalipun.
Dapatkah kalian bayangkan tubuh yang dipotong hidup-hidup ? Apakah masih kuatkah kalian memakan kepiting yang dibakar hidup-hidup agar daging terasa segar? Masih sanggupkah kalian menebang pohon sembarangan tanpa rasa belas kasihan lagi? Masih relakah diri kalian membohongi dunia demi perutmu? Masih berpikirkah kalian bahwa bumi ini membutuhkan manusia?
"Sa................................"
[ - ]
Berhenti berusaha keras untuk yang tak peduli
- U̶n̶k̶n̶o̶w̶n̶ -
[ - ]
Yo kawan.
Pa kabar?
Hilangnya lama kah?
Kalo emang lama, tolong maklumkan.
Waktu? banyak
Ide? Banyak
Motivasi?
Maaf, apa itu motivasi? Kemanakah mereka pergi?
Minggu, 4 Juli 2021-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top