- Bertaut [ᵇᵒⁿᶜᵃᵇᵉ] [III]
R̴҉̷̨̖̮̉͑ͯ̑̋͟͠u̶͖̖͆̊̈́͡͡a҉͖̟̜̞̂̃̑̽͢͢͠͡n̸͐̈́͟͟͝g̷̵̸̡̼̱͎͎̞ͤͬ̅͢͟͞ h̷̶̘̘̬ͭ̏͞͡a҉͖̟̜̞̂̃̑̽͢͢͠͡t҉̷҉̢͖͔̹͛̌͊͘͜͢͠͡͡i҉̧̯̤̙͔̑ͧ̅̔ͦ́͜͟͢͝͠ i҉̧̯̤̙͔̑ͧ̅̔ͦ́͜͟͢͝͠n̸͐̈́͟͟͝i҉̧̯̤̙͔̑ͧ̅̔ͦ́͜͟͢͝͠ k҉̴̶̬͈̫̹͖̾̎ͭ́̍̐͜͜͝͠o҉̢̡̲͇̌͗̀͢͝s҉̝̭̦͚̑ͯ̌͡o҉̢̡̲͇̌͗̀͢͝n̸͐̈́͟͟͝g̷̵̸̡̼̱͎͎̞ͤͬ̅͢͟͞
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
[ - ]
"Kau tau tidak? Diluar sana ada apa?"
Anak bersurai jingga kekuningan itu bertanya, mengapa gerbang hitam ini menghadang jalan menuju ke dunia luar sana? Akankah sangat berbahaya jika kita melintasi gerbang hitam yang menjulang tinggi ini? Sampai dibuatkan pula panti asuhan berisi anak-anak yatim piatu?
"Bahkan orang pintar pun tak tahu, bagaimana caranya dirimu yang berotak udang tersebut bisa mengerti?" Jawab sang laki bersurai raven. Jawaban dari sang pemilik rambut bermodal pantat ayam sepertinya agak menyinggung, tapi bagaimana caranya dirimu kesal atas realita?
"Hei! Diamlah Ray! Setidaknya aku hanya lebih sedikit bodoh darimu."
"Apakah kau baru saja membuktikan bahwa diriku lebih pintar?"
"RA-"
"Tapi Emma benar, kenapa ada gerbang yang menjulang tinggi berdiri disini? Maksutku, inikan lahan bebas?" Potong sekaligus tanya si albino yang sepertinya cukup masuk akal.
Tak mungkin pula ini tanah milik pemerintah, toh mereka tak punya pemerintah.
Mendadak keheningan tiba-tiba melanda, keempat anak berumur 5 tahun ini sedang berusaha berpikir keras, walau duanya hanya bantu doa.
"Kalau menurutmu bagaimana Elysian?" Tanya Emma.
"........Entahlah, toh pula memang kita harus tau?"
"Tentu saja harus! Agar semua misteri di dunia ini bisa kita pecahkan, seperti Nobita Nobi!"
"Maksutmu Sherlock Holmes?"
"Tidak! Nobita lebih keren!"
"Tapi dia jauh lebih bodoh, Emma"
"Tidak apa-apa dong! Artinya dia sedang berusaha!"
"Kau juga sedang berusaha, sedangkan aku dan Ray hanya membantu doa, Norman hanya ingin menatap langit. Apakah itu artinya kau juga sama bodohnya dengan Nobita, Emma?"
"............"
Jangan pernah melakukan itu kepada seorang betina wahai manusia, apakah aku harus menjelaskan kelanjutannya?
[ - ]
5 maret 2045-
Asap hangat mengepul dari secangkir teh susu yang baru saja jadi, hembusan nafas terlihat jelas dari diri yang kedinginan. Kendatipun sudah menggunakan pakaian tebal, udara dingin di musim salju masih saja berhasil membuat dirinya menggigil kedinginan.
"Hoi Elysian, apa yang kau lakukan tengah malam begini?"
Suara berat khas anak lelaki terdengar agak menggema dari depan pintu perpustakaan, dirinya memegang segelas cokelat hangat yang masih hangat. Siap menemani gadis yang lebih tua 3 bulan di bawah redupnya sinar bulan.
".........Ray? Kenapa kau masih bangun?"
"Aku................... hanya sedang ingin bersamamu"
Jawaban itu mengundang tatapan lembut dari si gadis, kala dalam hati bertanya-tanya atas jawaban yang membingungkan. Lantas lelaki itu hanya duduk disebelah sang empu, memandangi bintang yang menjadi saksi kedua sejoli yang bersama.
Langit dibulan Maret ini mengundang para saksi bisu tuk memandangnya, Aurora Borealism selalu terjadi saat bulan Maret. Hanyalah tidak terlalu banyak yang bisa bertahan di antara partikel salju ini.
Menunggu sang Aurora menampilkan cahayanya, Elysian mengambil album kecil yang telah usang. Menampilkan beberapa foto monokrom yang tersimpan diantara lembarannya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Ray.
Gadis disebelahnya hanya menatap sebentar, lalu kembali fokus ke bukunya.
"Hanya melihat kenangan............ dari hari yang tak selalu indah"
Lelaki kecil itu hanya bisa bertanya dalam resahnya batin, mengapa jawabannya selalu mengundang perhatian kecil? Lembut suara sang empu membuatnya ingin mendengarnya sekali lagi, tapi tak semua jawaban membuat dirinya puas. Kadang kala ingin dirinya menjelaskan kepada Elysian bahwa jika menjawab, jangan pula membuat orang lain semakin terbingun atas ucapan yang pernah terlintas dimulutnya. Tapi dirinya tak sejahat itu untuk mengubah cara orang lain, kendati dirinya yang selalu tampak seperti Venom.
"Kau tau? Aku tak pernah mengerti tentang dirimu"
"Lalu? Apakah kau sedang berharap?"
"Tidak"
Lihat, ada Uno reverse ternyata
"......Maksutmu?"
"Aku berusaha untuk mengolah jawabanmu, walau aku tau bahwa hal itu sia-sia"
"Lantas mengapa kau berusaha?"
"Tak bolehkah aku berusaha untuk seorang gadis?"
"Bukannya tidak boleh tapi.........."
Mengetahui apa yang dikatakan sang gadis, dirinya segera mengalihkan pembicaraan menuju langit yang mulai menunjukkan keistimewaannya.
"Lihat, dan pandangi. Aurora sudah menunjukkan dirinya"
Benar, sang surai raven tak berbohong. Langit yang tadinya dipenuhi hujan salju tergantikan oleh dua warna yang menyatu, bertahan pada satu tempat dan semakin berkembang.
"Apakah mereka hanya bertahan di tempat itu saja? Mengapa mereka tidak memecah lalu membuat yang baru?" Tanya Elysian.
"Karena mereka hanya ingin bersatu, dan tak mau berpisah"
[ - ]
Biarkanlah bumi ini menjadi saksi mata bahwa kita bersama, agar kenangan tak akan pernah mau tenggelam begitu saja
- Pawana🍀 -
[ - ]
Hae Hae efribadi, ada yang kangenkah?
Chap ini sekedar boncabe, alias enggak ada hubungannya sama inti cerita.
Waktu bikin chap selanjutnya, saya baru sadar ada kesalahan teknis pada cerita ini, jadilah boncabe yang sedikit berguna.
Dan selama ilang, saya belajar prakata biar lebih bagus, mungkin sekalian improvisasi?
Next chap mulai ke inti cerita, tapi jan berharap bahwa saya akan fast update muehehheeh
Tulis saran serta kesan dari cerita ini, mungkin saya akan membuat ini menjadi lebih baik.
See you next time! Pawana🍀
Kamis, 19 Agustus 2021-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top