Still have the sorrow

Waktu berbelanja sudah terlewati membuat Renjun harus mengusap perutnya yang berbunyi, meronta - ronta untuk di isi oleh makanan sedap dan berakhir di sebuah restoran mahal yang telah di pesan oleh sang kakak.

Ia dengan cepat melahap besar - besar makan siangnya yang tampak menggoda aroma maupun rasa yang dengan cepat melumer di dalam mulutnya saat giginya mulai bergerak untuk mengunyah. Kun yang melihat reaksi dari adik sepupu Winwin itu terkekeh, membuat sang kakak ikut tertawa melihat interaksi keduanya. Sangatlah menggemaskan melihat dua laki - laki manis yang sangat berharga di dunia nya tengah berkomunikasi meskipun tidak dengan cara berbicara.

"Kau tampak lapar sekali. Apa aku terlalu lama membawa gege mu berputar - putar? "Tanya Kun yang berhasil membuat Renjun menggeleng keras hingga kepalanya terasa pusing akibat gelengan yang terlalu kuat. "Tentu saja tidak hyung. Aku bahkan senang sekali ada yang mau menemaniku selain Sicheng ge. "Kun tersenyum manis dan mengusap surai pirang milik pemuda Huang tersebut.

Renjun masih terus melanjutkan acara makannya seraya memandang dua insan yang masih berbicara hingga manik bulat miliknya menatap sesuatu yang lain. Sesuatu yang amat sangat ia rindukan sekarang.

Lami

Ya, Lami.

Gadis cantik nan manis dengan dress selutut
sewarna sore itu berjalan beriringan dengan lelaki tinggi yang mengait lengannya dengan mesra. Dan tampak sekali kebahagiaan yang terukir di wajah kedua orang itu. Membuat Renjun merasakan sudut hati terdalamnya tergores. Ia menelan secara kasar makanannya saat melihat gadis itu melepas pegangan mereka dan berjalan ke arah kamar mandi. Ia membanting pelan alat makannya dan berlari mengikuti arah gadis itu.

Jaraknya hanya beberapa meter lagi hingga akhirnya ia berhasil meraih jemari lentik itu kembali di genggamannya. Deja vu kembali merasukinya saat gadis itu menatapnya dengan tatapan horror.

"Op - oppa... Apa yang kau lakukan di sini!? "Pekik gadis itu terkejut lalu menarik tangannya pelan membuat Renjun menipiskan bibirnya.

"Aku sedang makan. "Suaranya terlampau datar, berhasil menarik atensi lain dari gadis di depannya itu. Renjun menatap dengan pandangan nanar lalu menariknya dengan pelan dan memegang tangan yang pas berada di genggamannya itu.

"Katakan pada ku yang sejujurnya Lami. Apa yang kau lakukan di sini, bersama seorang laki - laki? Aku melihat semuanya."Ucap Renjun dengan lirih dan lemah lembut. Wajahnya di hiasi dengan senyuman membuat Lami menghambur kedalam tubuh pemuda manis itu dan memeluknya dengan erat. Ia tidak peduli jika mereka akan menjadi pusat perhatian sekarang. Lami hanya terus menangis hingga baju yang di kenakan oleh Renjun terasa basah di bagian bahunya yang tengah berdiri tegap. Kedua tangannya ikut memeluk tubuh ramping gadisnya dan mengusap punggung yang tengah bergetar itu perlahan dan menenangkan.

"Bisa kau katakan kepada ku siapa laki - laki itu? Aku harus tau lelaki itu jika kau lebih memilih bersamanya. "Ucap Renjun dengan nada lembut. Dirinya juga akan menangis jika saja tak ingat jika ia harus kuat di hadapan sang kekasih yang sudah bersamanya sejak hampir lima bulan. Sama - sama menyandang status sebuah kekasih.

Ia merasakan gelengan lemas di bahunya yang masih basah akan air mata. Ia mengelus Surai hitam itu lembut lalu menarik pelan tubuh Lami menjauh. Wajah cantik nan manis milik gadis itu sudah basah akan air mata, kedua pipi berisinya memerah dengan bibir yang masih meloloskan isakan - isakan yang memilukan.

"Renjun oppa? Maafkan aku ya? Lelaki itu adalah tunangan ku, aku... Aku lebih memilih orang tua ku dan dia dari pada oppa. "Gadis itu kembali menangis membuat Renjun memeluknya dengan erat.

"Tentu saja aku akan memaafkan mu, berhenti lah menangis. Aku akan paham jika kau lebih memilih orang tua mu dan lelaki itu dari pada diriku. Tapi kumohon, berhentilah menangis. "Lami menatap pemuda lembut di depannya itu. Renjun yang menatapnya dengan pandangan teduh membuatnya ingin menangis lagi tetapi Renjun menahannya.

"Maafkan aku kumohon maafkan aku... "Ucap Lami menangkup kedua pipi milik Renjun. Lami mendekatkan wajah mereka dan menempelkan kedua dahi tersebut sebelum gadis itu menempatkan bibirnya di atas bibir Renjun dengan pelan. Hanya kecupan ringan yang lama hingga Lami melepasnya dan tersenyum.

"Maafkan aku, ne"Ucap Lami lalu mengecup kedua pipi Renjun dan melambaikan tangannya lemas lalu berjalan pergi. Hingga punggung gadis itu menghilang. Renjun merosot di dinding, ia dengan keras menahan tangisnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Huang Renjun? Darimana saja dirimu? Gege mu mencari mu lho sedari tadi. Apa kau baik - baik saja? "Renjun menatap Kun dengan mata sembab dan tersenyum tipis. Yang lebih tua meringis setelah melihat wajah dari sepupu kekasihnya itu.

"Aku baik. "Kun menggelengkan kepalanya lalu menyentuh pundak tegang itu dan mengusapnya lembut. "Tidak ada orang yang baru saja membanting alat makannya dan mengatakan jika ia baik - baik saja saat kembali dengan mata sembab. "Mereka berdua tengah berada di parkiran. Menunggu Winwin yang tampaknya masih berbicara dengan sesama pengusaha restoran.

Renjun dengan cepat menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan Kun dan menangis tanpa suara di sana membuat yang lebih tua tampak iba dan mengelus punggung yang bergetar hebat itu dengan gerakan pelan dan membisikkan beberapa kata yang menenangkan.

"Hyung, kekasih ku memutuskan hubungannya. Aku harus apa? "Bisik Renjun pelan membuat Kun merasa Deja vu. Ia juga pernah melakukan ini kepada Sana yang saat itu adalah teman sekampusnya. Ia tahu jika Renjun baru saja di tinggalkan oleh kekasihnya.

"Renjun, tenanglah terlebih dahulu. Hyung selalu berada di sini. Jangan menangis. Kau sudah termasuk orang yang kuat saat kau berani melepaskannya bersama lelaki lain. Ada beberapa orang yang bahkan sama sekali tak bisa melepaskan pasangannya. Contohnya seperti diriku. Hyung dulu bahkan sempat berpikir untuk bunuh diri karena gege mu memilih untuk bersama Yuta hyung. "Lelaki pirang itu menggerakkan kepalanya di ceruk leher Kun, mengeratkan pelukannya dan memilih untuk diam.

"Kau tau... Kau itu termasuk orang paling berani yang pernah ku temui. Kau hanya mengeluh dan menangis di sini, bersama ku. Sedangkan diriku, aku bahkan sempat akan terjun dari jendela kamarku. Untung saja Sana lebih dahulu memelukku dan membantu hyung untuk turun. "Renjun menunduk, membuat Kun tersenyum dan mengusak Surai itu pelan.

"Tidak apa, lepaskan saja dia secara perlahan. Jangan terlalu gegabah. Mungkin Tuhan telah membuat skenario cinta milik mu dengan lebih cermat dan teliti lagi, agar kau tampak layak memiliki kisah itu bersamanya nanti. Mungkin ia bukanlah yang terbaik bagi mu atau mungkin juga kau bukanlah yang terbaik baginya. Jika kalian adalah sepasang dan terikat atau... Jodoh. Kalian akan kembali di pertemukan seperti aku dan gege mu. Kau pasti mengerti dengan apa yang ku katakan. "Renjun mengurai pelukannya, menatap kekasih dari sepupunya itu yang menatapnya dengan pandangan meneduhkan.

"Terimakasih hyung. "

"Dengan senang hati, Njun"

"Ada apa? Kenapa kalian berpelukan? Kenapa mata Renjun sembab? Kau habis menangis? "Keduanya menoleh saat mendengar suara Winwin yang menenangkan. Berjalan ke arah mereka dengan tatapan bingung.

"Kenapa lama sekali sih? "Yang lebih tinggi hanya terkekeh sebelum merangkul kekasihnya. Mengusap surainya untuk menenangkan hati Kun yang kesal.

"Sabar dulu. Aku kan masih membahas bisnis. "Ucap Winwin dengan nada jahil. Kun menarik hidung mancung milik kekasihnya itu dan masuk ke dalam diikuti dengan Renjun yang mendudukkan tubuhnya di jok tengag. Ia tersenyum saat melihat interaksi Kun dengan Winwin yang tampak romantis. Ia berharap, jika pada suatu hari nanti. Kisah cintanya akan semanis kisah cinta milih gegenya tersebut.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Rona merah milik mentari sudah menghilang, tergantikan dengan gelapnya kehampaan dalam langit yang bergabung menjadi satu dengan kehampaan dirinya. Ia meraih sebuah kantung plastik yang berisi dengan Snack dan beberapa kaleng soda yang diminta oleh sang gege. Kaki jenjangnya menapak dengan malas di trotoar yang kotor akan dedaunan merah. Ia menendang pelan dengan sepatunya. Renjun meninggikan syal yang ia pakai karena dirinya mulai menggigil. Hanya bunyi benturan antara sepatu, dedaunan, dan trotoar yang terdengar hingga pendengarannya menangkap yang lain. Yang lebih mengerikan. Suara sesuatu atau mungkin seseorang tengah beradu di taman. Di tengah dinginnya malam.

Mungkin ia menganggap dirinya tak waras sekarang karena ia berlari ke arah taman seraya membawa belanjaannya. Surai pirangnya terbang kecil tertiup angin dengan nafas yang mulai sedikit membeku di udara saat ia menghembuskan nafasnya dengan panik.

Gelap menghalangi penglihatannya untuk mencari dari mana asal bunyi itu hingga dirinya membeku di tempat. Menatap kedua orang yang tengah melakukan baku hantam tepat di hadapannya. Dua orang. Dua orang yang sangat ia tunggu.

Jeno dan Jaemin.

Di depan sana, tengah berkelahi dengan sangat brutal.













To be continued....














♉♉♉♉♉♉♉♉

Iya gaez yeye tau ini sangat pendek. Karena yeye kalau liburan malah makin sibuk, oke itu bego sekali. Yeye bisanya ngelanjutin segini dulu ya.... Chapter selanjutnya yeye akan berusaha kembali membuat cerita dengan porsi yang seperti biasa okay??? Segini dulu yaaa see yaaa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top