Miss Him
Bulan demi bulan berlalu, meninggalkan tiga lelaki yang saling bersahabat ini merenggangkan hubungan mereka. Menimbulkan banyak sekali tanda tanya di kepala para murid sekolah akibat kerenggangan hubungan dari ketiga cassanova sekolah itu. Banyak sekali omongan - omongan salur menyalur yang bahkan tak benar kenyataannya.
Dan bulan terakhir ini adalah puncak dari semua itu karena kelulusan untuk kelas dua belas akan di laksanakan. Hampir semua siswa dan siswi memekik senang akibat mendapatkan nilai bagus ataupun mendengus karena tak mendapatkan sama sekali ataupun tinggal kelas. Tak terkecuali Haechan yang tengah melompat - lompat seraya berteriak akibat nama Lee Donghyuck berada di urutan kedua setelah nama Huang Renjun yang selalu menduduki peringkat pertama. Membuat Jeongin dan Renjun sendiri kewalahan akibat kelakuan temannya itu.
"Kau kenapa sih gembira sekali? Itu kan hanya sebuah peringkat! "Ucap Jeongin malas seraya memegangi lengan Haechan yang akan terangkat lagi karena sangking senangnya, membuat Haechan menyengir dan menangkup pipi sang sahabat, memutar tangannya hingga pipi gembil itu mengikuti gerak tangannya.
"Aku belum memberi tahu kalian ya? Aku akan di izinkan ikut dengan Mark hyung ke Kanada jika aku mendapatkan nilai bagus dan peringkat tinggi! "Ucapan Haechan berhasil membuat Renjun yang baru saja menyesap air mineral nya terbatuk akibat terkejut, membuat Jeongin segara menepuk punggungnya dan juga perintah Haechan untuk mengangkat kedua tangannya.
"Jadi kau akan kuliah disana? "Dengan suara seraknya Renjun bertanya, menghasilkan sebuah anggukan ribut dari pemuda Lee itu.
"Jadi kau akan meninggalkan kami? Lalu aku dengan siapa? Bagaimana jika Renjun meninggalkan ku juga? "Ucap Jeongin tak senang lalu bersedekap dada dengan bibir bagian bawah yang ia majukan beberapa centi.
"Masih lama, Yang Jeongin. Lagi pula Haechan pasti akan kembali kemari. Ini kan tanah kelahirannya."Bujuk Renjun seraya mencubit pipi menggemaskan sang sahabat diikuti anggukan dari Haechan yang menyetujui perkataannya.
"Tenang saja. Kau pasti akan menemui ku di sana nantinya. Aku tunggu buku pertama mu. "Ucap Haechan membuat Jeongin menoleh dan menaikkan sebelah alisnya.
"Kau sedang menyogok ku dengan kata - kata semangat ya? "Lelaki berkulit tan itu merengut, menarik gelak tawa dari kedua sahabat manisnya di sana.
"Kalian ikut acara pensi? "Tanya Renjun yang berhasil membuat kedua temannya mengangguk.
"Tentu saja! Memangnya siapa yang tak ikut untuk acar perpisahan seperti ini? Apa lagi terdapat bazar juga di dalamnya. "Renjun mengusap tengkuknya canggung setelah mendengar penuturan teman manisnya itu.
"Memangnya kenapa? Apa kau tak akan ikut? "Renjun menatap Jeongin yang tengah menukikkan alisnya lucu. Ia hanya terkekeh seraya mengusap bahu temannya itu.
"Tenang saja. Aku akan ikut, acaranya akan di adakan dimana memangnya? "Kedua temannya itu mengerjap setelah mendengar pertanyaan si kepala pirang.
"Serius kau tidak tau? "Jawab Jeongin membuat Renjun menganggukkan kepalanya.
"Ada di lapangan belakang sekolah, sudah di bangun sebuah panggung besar dan juga stan - stan makanan di sana. "Ucap Haechan dengan tatapan menerawang lalu menatap lelaki dengan surai pirang yang menyembulkan sebuah senyuman manis.
"Datang ya?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kalian seperti mayat hidup. "Lelaki di sampingnya itu menyinggung rusuknya sedikit keras, membuat Mark mengerang kesakitan dan menatap lelaki tampan di sampingnya itu.
"Kau bodoh. "Bisik Hyunjin membuat Mark merotasikan matanya tak peduli dan kembali menyantap makanannya.
"Kalian akan ikut acara pensi untuk kelulusan nanti? Aku malas sekali untuk datang, salahkan saja band kita yang akan bermain untuk menyanyikan lagu perpisahan nanti. "Ucapan dari Jeno berhasil menarik hampir separuh atensi di sana.
"Memangnya kenapa sih? Hitung - hitung buat mengenang kembali masa - masa kita di sini kan bisa. "Jeno menatap ke arah lelaki berdarah Cina yang tengah duduk di samping kekasih Haechan itu.
Lelaki Lee itu hanya diam, menatap Mark dan juga Xiaojun yang asik berbincang dengan temannya yang lain. Oksigennya terbuang sia - sia karena banyak sekali udara yang ia keluarkan tanpa ia hirup matang - matang di dalam paru - parunya.
Lelaki bersurai hitam itu menoleh kesamping, menatap Jaemin yang masih saja terdiam seraya tersenyum kecil menyahuti. Sejak perkelahian mereka, tampaknya lelaki Na itu jadi lebih pendiam.
"Nanti malam di belakang sekolah, bukan? Pasti akan ramai! "Hyunjin mengusap kedua tangannya tak sabar, menunggu momentum tertentu untuk malam ramai nanti.
"Sudah siap akan membawa lagu apa nanti? "Tanya Jaemin dengan tangan yang bergerak di atas layar ponselnya. Menatap undangan yang di sebarkan oleh pengurus acara secara online.
"Entahlah? Aku tidak tau. Belum ada yang menentukan. Bagaimana pakai lagu yang kalian nyanyikan tahun lalu? "Ucap Jinyoung membuat seluruh orang yang berada di situ menoleh.
"Apa tidak bosan? Mereka kan sudah menyanyikannya tahun lalu. Cari yang lain saja. Coba pikirkan baik - baik terlebih dahulu. Lagipula untuk mengenang perpisahan ini, bukannya harus spesial? "Ucapan Yeonjun membuat semuanya berpikir lalu mengangguk.
"Memangnya apa? Kita harus menyanyikan apa untuk perpisahan kali ini? "Pertanyaan Lucas berhasil menarik atensi para lelaki di sana. Jinyoung menjentikkan jemarinya setelah mengingat salah satu judul lagu.
"Spring Breeze? Bagaimana dengan itu? Kalian menghafal note - note dari lagu itu bukan? "Jaemin menatap lelaki bersurai hitam itu dengan bingung, lalu mengangguk mengiyakan ide Jinyoung.
"Bagus juga. Seingat ku, lagu itu juga mengandung unsur - unsur perpisahan bukan? Ide mu lumayan juga, Bae Jinyoung! "Mark menepuk pundak lelaki yang berada di sisi lainnya itu.
"Jadi? Tunggu apa lagi? "Tanya Yeonjun, segera menggiring teman - temannya untuk bangkit dari kursi kantin dan melakukan latihan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kau harus minta maaf. "Jaemin menoleh seraya membenarkan rambutnya dengan gel yang berada di tangannya. Ia hanya melirik, tak tertarik untuk menatap Mark yang menyandarkan punggungnya di salah satu tiang panggung. Keduanya datang lebih awal untuk mempersiapkan semuanya agar lebih matang kembali.
"Lalu? Kau bisa lihatkan, bahkan Renjun tak pernah muncul di hadapan kami setelah itu. "Mark mendengus, merotasikan matanya malas.
"Siapa juga yang menyuruh kalian untuk baku hantam. "
"Brengsek! Dia yang tiba - tiba muncul di hadapan kami. "Mark hanya mengangguk, mengikuti Jaemin yang berjalan menjauh darinya menuju ke arah Jeno dan juga yang lain.
"Kau persiapkan lagi. Harus lebih matang dari sebelumnya. Aku akan mengatur jadwal bersama panitia yang lain. "Pamit Mark lalu memutar arah jalannya membuat Jaemin mendengus dan mencibir dari dalam hati.
Jaemin memilih untuk duduk di samping Lucas yang tengah memutar stick drum di tangannya. Kedua manik lelaki itu menatap ke arah ponsel hitamnya, menghafal beberapa dentuman drum yang akan di mainkan nantinya.
Berselang beberapa menit, sebuah pembuka dan juga ucapan selamat di ucapkan oleh sang ketua acara. Lapangan besar tersebut sudah mulai ramai akan gemerlap manusia disana. Tak hanya siswa yang berasal dari sekolahnya saja, ada banyak lagi orang yang berasal dari sekolah lain ataupun seorang alumni.
Sebuah suara ribut menarik perhatian yang lain, menatap seorang Mark Lee yang berlari ke arah mereka dengan tatapan khawatir.
"Ada apa? "Yeonjun berjalan mendekat, menepuk pundak Mark yang tampak tegang dan juga panik di waktu yang bersamaan.
"Bisakah, bisakah aku meminjam salah satu atau dua dari kalian? Seharusnya setelah ini yang tampil adalah Jeongin dan juga Hyunjin untuk pembukaan. Namun keduanya masih terjebak macet di jalan. "Mark berhenti sejenak, menatap ke arah 2J yang menatapnya dengan pandangan bingung.
"Kalian bisa menyanyikan? Jeno juga bisa memainkan gitar. Ah syukurlah, kalau begitu bisa aku pinjam kalian untuk naik ke panggung setelah ini? Aku janji akan menraktir kalian sepuasnya. "Desak Mark membuat Jaemin dan juga Jeno hampir saja menjatuhkan rahangnya.
"Tentu. Tapi kami kan juga akan tampil nanti untuk akhir acara. "Ucapnya ragu membuat Mark tersenyum dengan cara yang aneh.
"Acara penutupan masih lama, J. Hanya untuk pembukaan acara dan aku akan menraktir kalian lebih dari ini. Okay? "Keduanya mengangguk, mengikuti Mark yang sudah berjalan di depannya.
Keduanya membelakkan mata mereka setelah melihat satu orang lagi tengah duduk di sana dan juga menghafalkan sebuah lirik lagu. Suara lembutnya mengalun dengan pelan sebelum benar - benar berhenti setelah menyadari keberadaan mereka.
Pemuda Na itu dengan cepat meraih tangan milik Mark, "kau gila? Mengapa tidak mengatakan jika Renjun ikut? "
Yang di tahan hanya tersenyum, tangannya bergerak untuk memberikan lembaran kertas yang berisi sebuah lirik lagu dan juga sebuah gitar akustik kepada Jeno.
Mark tersenyum tipis saat melihat Renjun yang berjalan dengan senyuman dan juga Jeno yang mengangguk kaku. Sepertinya dirinya berhasil menarik luluh ketiga bersahabat itu untuk tampil di depan panggung menggantikan Jeongin dan juga Hyunjin.
"Sudah hafalkan? Cepat naik ke atas panggung! Kalian akan mendapat tambahan untuk yang ini. Fighting! "Bujuk Mark dengan tatapan memelas yang berhasil di angguki oleh ketiganya. Mark melambaikan tangannya setelah melihat ketiga lelaki itu berjalan menaiki panggung untuk memulai acaranya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jeno memangku gitar yang ada di tangannya sedangkan Renjun dan juga Jaemin menghela nafas. Ketiga pasang manik itu menatap ke depan, dimana hampir seluruh orang yang datang melihat seraya bertepuk tangan.
Yang lebih manis memilih untuk mendekatkan mic yang berada di tangannya. Mulai menyanyikan lirik pertama dari lagu Pandora's Box milik Nct 127. Jaemin ikut menyahutinya dengan suara berat yang menawan. Ketiganya mulai menghayati jalan lagu yang mereka nyanyikan dengan gaya akustik tersebut.
Hingga lirik terakhir tepukan tangan terdengar membuat ketiga laki - laki itu menatap satu sama lain dan tersenyum. Tak menyadari tatapan lain yang berasal dari bawah.
"Sudah ku katakan jika ini akan berhasil! "Apresiasi Lucas, memberikan sebuah hi - five ke arah Mark yang ikut senang dengan rencana temannya itu.
"Aku yakin mereka akan berbaikan setelah itu. "Bisik Yeonjun yang di setujui oleh teman - temannya yang lain dengan helaan nafas.
"Kau baru saja berbohong kepada mereka. Kau yakin akan baik - baik saja? "Bisik Jinyoung lalu menatap Mark dan Lucas bergantian. Ia ingat saat melihat sepasang kekasih yang menjadi sasaran kebohongan Mark dan juga Lucas itu tengah berbelanja di dalam bazar tadi.
"Aku tau apa yang sedang ku lakukan, Young. Kau tak perlu khawatir seperti itu. "Ucap Mark lalu tersenyum.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jeongin menepuk pundak Renjun yang memerah diikuti dengan Haechan yang keluar dari kamar mandi seraya tersenyum.
"Suaramu bagus juga. Kapan - kapan kita harus melakukan duet! "Ucap Haechan membuat Renjun tersenyum dan mengangguk.
"Kota akan melakukannya kapan - kapan. "Jawab Renjun diiringi senyuman manis yang membuat Jeongin dan Haechan menekan kepala pemuda itu secara bersamaan.
"Jadi, Kau dan Jeongin akan kuliah di universitas yang sama? "Haechan tersenyum saat mendapatkan dua anggukan dari kedua sahabatnya dan merangkulnya dengan erat.
"I will miss you two, guys! "Rengek Haechan dengan mata berkaca - kaca. Renjun tertawa sedangkan Jeongin mencibir dengan tangan yang berusaha menjauhkan kepala Haechan dari bahunya yang tegang nan lelah.
"Kau kapan akan berangkat? "Yang di tanya mulai menghitung dengan jemarinya. Lalu menatap ke arah dua teman manisnya.
"Lusa mungkin? Karena aku dan Mark hyung harus menyiapkan hal - hal penting juga di sana... "Jeongin mencebik dengan mata berkaca - kaca membuat tangan Haechan mengusak kepalanya hingga rambut yang tertata rapi tadi hancur berantakan.
"Wajah mu jadi jelek, Yang Jeongin. Tenang saja, aku tak akan lama di Kanada "ringisan Haechan yang di dengar Renjun saat Jeongin dengan kasar memukul punggung kecilnya.
"Kau yang jelek! "Cibir Jeongin lucu. Renjun terkekeh diikuti gelak tawa Haechan dan menyodorkan sebuah maccaron berwarna merah ke arah Jeongin yang langsung di lahap bulat - bulat oleh sang empu.
"Kita akan menghabiskan waktu kita di sini. "Ucap Renjun yang di angguki kedua sahabatnya dengan sendu. Ketiganya mulai berjalan untuk memasuki bazar tersebut lebih dalam.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Jadi kau benar - benar akan pergi ke luar negeri bersama Haechan? "Mark mengangguk dengan polosnya membuat Jaemin dan Jeno menukikkan alisnya.
"Jadi... Kita akan benar - benar berpisah ya sekarang? "Ucap Lucas dengan nada sedih, mulai memeluk Mark yang tengah menatap panggung dengan bangga sebagai salah satu panitia di sana.
"Santai saja. Meskipun berpisah, aku yakin kita tak akan saling melupakan. "Ucap Xiaojun yang dengan cepat di respon ejekan oleh yang lainya.
"Itu kemungkinan yang sangat tidak mungkin untuk kita. "Balas Hyunjin di akhiri dengan gelak tawa para temannya.
To be continued.....
#############################
Hiyaaaaa.... Aku tau kok kurang memuaskan karena sekarang ku sudah menginjak kelas 9 AWOKWOKWOKWOKKK.... Sumpah ya capek banget... Barusan masuk udah test aja.... Haedeh....
Untuk semua cerita yang ku kerjakan bakal ku kerjakan dengan sekuat tenaga ku menjadi anak SMP kelas terakhir... Jadi... Maaf ya kalau bakalan lama up nya...
Btw... Aku ada work satu... Buat kalian yang mau request - request oneshoot nya NCT... Pair apapun itu... Kalian bisa komen di work ini...
Iyah sekian... Kalau mau request... Kalian bisa komen di sini 👉🏻
See ya next chapter!!!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top