Harvester of Sorrow
Ketukan di pintu kamar membuatnya menoleh dengan terkejut ke arah benda tersebut. Ia dengan ragu berjalan ke arah pintu dan membukanya pelan. Helaan nafas lega ia tunjukkan ketika mendapatkan senyuman lembut dari sang kakak.
"Pagi, Ge. "Sang empu tersenyum dan mengusap Surai lembut sang adik yang sedikit basah. "Jika kau sudah selesai turunlah ke dapur, gege sudah menyiapkan sarapan untuk mu. "Ucapan Winwin di sambut dengan anggukan polos dari sang adik membuat Winwin membentuk tanda 'ok' dengan jemarinya lalu melangkahkan kakinya meninggalkan kamar sang adik.
Renjun menghela nafas, kakinya dengan pelan melangkah ke arah meja belajar. Mengambil tasnya dan tersenyum ke arah dua pigura yang berdiri apik di sisi meja belajarnya. Foto dimana dirinya dan 2J, sedangkan yang lainnya adalah foto dirinya yang tengah di peluk Lami dengan senyuman lebarnya di taman beberapa Minggu lalu.
Kaki jenjangnya mulai menapak menuruni tangga dan berjalan ke arah dapur, dimana sudah terdapat aroma sedap di dalam ruangan itu. Di dapurnya, Winwin dengan Surai pirangnya yang tertera rapi sudah berdiri dengan kedua tangannya yang memegang piring dimana masing - masing terdapat seporsi nasi goreng kimchi di atasnya. Yang tertua tersenyum lalu memberikan salah satunya membuat Renjun mau tak mau menaruh tasnya dan mengambil apa yang sedang di sodorkan oleh Winwin.
"Kau akan berangkat dengan siapa? "Renjun mendongakkan kepalanya lalu menaikkan kedua bahunya. "Mobil ku sudah lama menganggur. Mungkin aku dan 2J itu akan membawanya ke sekolah. "Winwin mengangguk lalu tersenyum dan meneguk air yang berada di sebelahnya. Lelaki itu dengan cepat beranjak dan melambaikan tangannya, tanda jika ia akan pergi membuat Renjun mengangguk paham.
Pemuda bersurai pirang itu dengan malas menggerakkan kakinya yang lumayan jenjang untuk mengambil kunci mobil dan mengeluarkannya dari garasi rumah. Membuat Pemuda berambut coklat yang baru saja keluar dari pekarangan rumahnya itu berjengit kaget.
"Kau sudah memiliki lisensi untuk menyetir? "Renjun hanya terkekeh seraya turun dari mobil miliknya untuk menutup gerbang rumah yang masih terbuka.
"Tentu aku memilikinya, Lee Jeno. "Jeno mengangguk seraya menekan pelan kepala milik Renjun dan masuk kedalam mobil itu untuk mengendarainya membuat Renjun merotasikan kedua matanya malas dan membuka pintu penumpang yang berada di depan.
"Jaemin? "Jeno menengok kesamping kiri bahunya dan tersenyum tipis saat melihat lelaki yang tengah di cari keduanya berjalan dengan lambat dan tenang ke arah mobil yang sudah panas itu.
Renjun melambaikan tangannya heboh membuat Jaemin terkekeh dan berlari kecil ke arah mereka. Lengan kekarnya ia ulurkan untuk membuka pintu penumpang yang berada di belakang dan duduk. Surai coklatnya ia hempasan kebelakang membuat Jeno berdecak.
"Sudah selesai show off nya? "Jaemin mengangguk dengan diikuti kekehan berat yang di keluarkan oleh pita suaranya. Renjun hanya menggelengkan kepalanya maklum dan mengusap bahu lebar Jeno. Setidaknya mereka bertengkar tak sampai seperti awal dahulu mereka bertemu sampai sekarang. Sepertinya itulah sebuah kemajuan, pikir Renjun seraya tersenyum tenang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Angin semilir meniup helaian Surai coklatnya yang tampak lembut setiap helainya. Membuatnya tampak tampan di terpa sinar siang matahari. Bunyi sekilas pintu terbuka membuatnya menoleh dan menyeringai tipis saat melihat siapa yang datang.
"Kau menyiksa ku. "Cibir Jeno tak senang lalu melempar seplastik susu dan roti di dalamnya membuat Jaemin tersenyum meremehkan.
" Thank you! "Ejeknya lalu beranjak dari tempatnya dan duduk di samping Jeno yang tengah meminum sekaleng soda. Jaemin menyodorkan setengah dari rotinya membuat Jeno menatap sebongkah roti itu dengan berbinar lalu melahapnya.
Pemuda bersurai coklat di sampingnya itu merotasikan matanya malas dan mengikuti apa yang tengah di lakukan sahabat karibnya.
Jeno melirik kesamping seraya terus mengunyah rotinya. "Tumben sekali kau mau ke atap sekolah di tengah hari yang sangat panas seperti ini. Biasanya kau akan berada di kelas dan menikmati nya dengan tidur. Ada apa, huh? "Jaemin hanya menjawabnya dengan helaan nafas membuat Jeno menyampingkan duduknya. Kedua tangannya meraih bahu lebar milik sang sahabat agar mau berhadapan dengannya.
"Kau merasa bersalah bukan? Hey... Tenang saja... Jangan pernah merasa bersalah, aku melakukan ini demi kita dan binar cinta mu ke Renjun. "Sendu. Tatapan itu di layangkan oleh Jaemin ke arah Jeno yang tengah tersenyum hingga kedua maniknya membentuk bulan sabit.
"Tetapi... Aku hanya tidak bisa melakukan dan melihat itu. Kau juga tampak dan sangat mencintainya. Aku tak bisa membuat mu menderita. " Jeno tergelak, sejak kapan sang sahabat bisa se melankonis ini? Ia menyeringai dan memukul bahu itu keras membuat sang empu meringis tak suka.
"Ya..ya... Terserah apa kata mu itu. Tetapi jawaban ku tetap tidak. Aku sudah mengatakan itu bukan? Now your job to make him happy! "Kedua bahu lebar itu merosot dengan dua perasaan yang berbeda. Satu bahu itu karena lega, dan satunya lagi karena kecewa.
"Lagi pula. Jika nanti Renjun berbahagia bersama Lami, Toh.... Apa yang bisa kita lakukan. Benar bukan? "Jaemin mengangguk setuju lalu menyodorkan sebongkah roti lagi ke arah Jeno. Jeno dengan senang hati menerima makanan itu lagi dan melahapnya.
"Aku tak tahu orang yang sangatlah tak mengerti apa - apa dahulunya sekarang bisa menjadi sangat bijak "sindir Jaemin. Jeno hanya terkekeh lalu menyenderkan punggung tegangnya di sandaran yang berada di belakangnya.
" You know it "
Jaemin menghela nafas lelah lalu melihat Jeno yang tampak masih menikmati rotinya. "apa? "Jaemin mengulas senyum tipis lalu berdiri dan mengulurkan tangannya.
"Ayo kembali ke kelas. Aku ingin tidur "Jeno melihat jamnya dan menatap Jaemin tak percaya.
"Demi kerang ajaib, Na Jaemin! Waktu istirahat hanya tinggal sepuluh menit lagi dan kau masih ingin tidur? Dasar pemalas! "Pekiknya tak percaya seraya menyambut lengan itu dan ikut berdiri melangkahkan kakinya untuk turun dari atap sekolah.
"Tetapi aku sangatlah pintar. "Jeno mengernyitkan dahinya lalu mendengus malas. "Terserah apa yang kau katakan. "Jaemin hanya tertawa terbahak lalu merangkul pundak sang sahabat yang masih meliriknya malas.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kalian tertarik untuk nonton ke bioskop hari ini? Mark hyung mendapatkan lima tiket dari saudaranya "Jeongin melongo saat mendengar perkataan dari Haechan yang tengah meminum susu kotaknya. Renjun terkekeh lucu dan menganggukan kepalanya.
"Tentu. Dan ngomong - ngomong, kalian bisa kan seperti biasanya? "Jeongin dan Haechan dengan cepat mengangguk bersamaan dengan semangat lalu menunjukkan binar lucu yang polos ke arah Renjun.
"Tentu! Oh akhirnya... Hari itu kembali lagi kepada ku. "Ucap Haechan dengan tatapan menerawang membuat Renjun dan Jeongin terkekeh lalu melanjutkan jalan mereka menuju ke arah perpustakaan. "Kau tau itu. Aku pastinya datang untuk menemanimu. Aku takut jika kau akan di culik oleh penjahat di sana. "
"Aku sudah besar, Yang Jeongin! "Jeongin melenggangkan tawanya lalu memukul bahu itu dengan pelan. "Aku hanya bercanda. "Haechan mendengus lalu mengacak surai itu hingga tak berbentuk.
Suara derap langkah dari sebuah sepatu bergema di lorong yang tak terlalu ramai itu. Nafas gusar dan juga lelah di tunjukan olehnya, gadis dengan Surai panjang dan juga rompi yang melekat dengan apik di badannya yang ramping membuat Renjun tersentak saat gadis itu melewatinya.
Aroma lembut dari parfume yang ia kenal menyentaknya, membuat Renjun berlari melenggang meninggalkan kedua temannya hanya untuk mengejar gadis yang juga berlari di depannya itu.
Tangannya dengan cepat mencekal pergelangan tangan yang berhias gelang berwarna peach itu. Sang empu tersentak lalu memutar tubuhnya dan terkesiap saat melihat wajah tampan nan manis itu menatapnya dengan khawatir.
"Renjun oppa? "Panggilnya gugup membuat Renjun melepas cekalan tangannya dan meraih kepala gadis itu. Ia menaruh tubuh mungil itu ke dalam dekapannya dan memeluknya dengan erat, membuat gadis yang tengah berada di dalam rengkuhannya itu membalasnya dan mengusap wajahnya ke dalam dada sang pemuda.
"Ada apa, hmm? "Renjun menangkup wajah cantik dan tirus itu kedalam tangkupan kedua tangannya. Membuat gadis itu menatap ke arah lain dengan gusar. Renjun menghela nafas panjang lalu melepaskan tangkupannya, membuat sang gadis menahan nafas kecewa.
"Kau akan kemana? Mengapa begitu terburu - buru? "Pertanyaan kembali terlontarkan dari bibir tipis itu membuat tubuh Lami bergetar menahan tangis. Renjun mengusap Surai lembut itu dan menghapus air mata yang mengalir di sisi pipi gembil gadis manisnya.
"Urgh... Maafkan aku oppa. Aku harus pergi! "Ucap Gadis itu mencampakkan tangan Renjun dan kembali berlari, meninggalkan sang kekasih yang menatapnya dengan sendu.
Pemuda bermarga Huang itu menghela nafas. Dirinya berjingkat saat merasakan beban yang berada di atas kepalanya membuatnya membeku terkejut.
"Hei? Kau terlihat sedih. Ada apa? "Suara bass itu memenuhi Indra pendengarannya, membuatnya berbalik dan menemukan kedua sahabatnya tengah berdiri dengan wajah bingung. Jeno yang sedang memakan sebuah sandwich itu menatapnya dengan mengernyit bingung sedangkan Jaemin masih dengan nyaman menumpukan kedua tangannya di atas kepala sang sahabat.
"Ah... Apa kau sudah di ceritakan? "Renjun menoleh ke arah Jeno yang membuang plastik bening tempat sandwichnya tadi ketempat sampah seraya membersihkan bibirnya dan menatap tepat di manik Renjun. "Di ceritakan? "Tanyanya balik dengan nada bingung membuat Jeno membulatkan mulutnya.
"Mark hyung akan mengajak kita untuk nonton. Ia mendapatkan lima tiket bukan? Kau ikut? "Renjun mengangguk kan kepalanya semangat membuat Jaemin gemas dan mencubit sebelah pipi gembil dari Renjun hingga sang empu meringis kesakitan.
"Sakit! Kau akan mendapatkan balasannya dari ku! Sini kau! "Pekiknya membuat Jaemin menjulurkan lidahnya lalu berlari dengan kencang. Membuat Renjun melengos dan mengejar Jaemin yang berada jauh di depannya. Jeno menggelengkan kepalanya maklum dan tersenyum miris.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kunci mobil ia gantung dengan rapi di tempatnya. Helaan nafas panjang ia hela saat akhirnya ia berada di dalam rumahnya yang kelewat nyaman. Yah.... Home sweet home bagi Renjun itu benar adanya. Karena dia akan merasa nyaman di rumahnya dari pada berada di luar.
Dirinya di buat terkejut saat mendengar suara televisi yang lumayan kencang dari ruang keluarga, membuatnya berjalan masuk dengan was - was. Dirinya akan memekik jika saja lelaki bersurai pirang itu tak menoleh dan tersenyum seraya melambaikan tangannya menyapa kedatangannya di rumah.
"Good.... Evening Huang Renjun. Gege sudah membuatkan mu sup rumput laut, kata mama kau sudah jarang makan sayur sejak mereka dinas keluar negeri, ya? "Renjun mengangguk canggung seraya mengusap tengkuknya ragu. Ia dengan cepat melenggangkan dirinya ke kamar yang berada di lantai dua. Dan dengan secepat kilat membersihkan dirinya serta menyiapkan makan malamnya.
Ia membawanya ke ruang keluarga dan mendudukkan tubuh mungilnya di karpet, tepat di bawah sang kakak. Punggung lelahnya ia sandarkan di kedua kaki milik Winwin dan dengan nyaman menyantap makan malamnya dengan tenang seraya menatap televisi yang tengah menyiarkan acara cartoon.
Winwin mengusap surai yang sama dengan miliknya itu. Seraya menatap sang adik Lamat - Lamat dengan gemas akibat cara memakannya yang lucu.
"Renjun... Apa kabar kau dan juga... Lami? "Seakan terhenyak pemuda itu hanya mengangguk kan kepalanya ragu membuat Winwin menelengkan kepalanya bingung.
"Baiklah? Kalau begitu tertarik menemani gege membeli bahan makanan untuk isi kulkas mu? "Renjun menoleh lalu mengangguk semangat dan berdiri. Ia dengan cepat menyelesaikan makannya dan beranjak ke kamar untuk mengganti bajunya. Winwin terkekeh geli sebelum menghela nafasnya panjang. " Childhood "bisiknya rendah lalu meraih kunci mobilnya begitu pendengarannya menangkap pintu terbuka.
Renjun yang sudah rapi pun dengan cepat bergelayut manja di lengan sang kakak sepupu hingga mobil milik gegenya berhenti di sebuah gedung tinggi. Dirinya mengernyit bingung.
"Mau menunggu siapa di sini ge? "Tanya Renjun bingung membuat Winwin tersenyum lembut, ia mengusap Surai lembut milik sang adik sebelum manik indahnya menatap lelaki dengan Surai coklat menghampiri mereka.
"Sicheng sia- owh!? Renjun? Sepertinya kau juga ikut ya bersama gee mu yang nakal ini? "Renjun tersenyum dan terkekeh maklum saat melihat Kun yang menggerutu serta matanya tak lepas menatap sengit Winwin yang menatapnya dengan penuh cinta.
Hah.... Sepertinya akan ada kisah cinta bersemi kembali di sini. Andai saja dia dan Lami seperti ini, dipastikan hubungannya tak akan serumit ini.
To be continued...
#############################
YO YO WHATSUPPPPPP mbak yeon balik dengan cerita WAM yang semakin bulet trulala... Wkwkwkwk... Okay... Karena dua cerita yang mbak yeon bingung mau up yang mana dulu... Masih saya tunggu ya commetnnya... Nanti yang votenya terbanyak, cerita itu akan terlebih dahulu di up sedangkan yang satunya lagi akan di up setelah cerita ini selesai... Ehehe... Mungkin sebentar lagi bakalan selesai... Eh? By the way gaez.... Apa di sini ada yg suka Henyangjun kah??? Alias Hendry x Yangyang x Xiaojun??? 😭😭😭 Menangis akuuu
Okok deh kalau gitu... Sekian dulu dan maaf kalau engga ngefeel sama sekali. Sekian dari YeonY sampai ketemu chapter depan!!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top