Chaotic Misunderstanding
Renjun terdiam, tengah mencerna kata - kata yang baru saja di ucapkan oleh kakak sepupu Jaemin.
"Renjun? "Kedua obsidianya mengerjap, memilih untuk menoleh dan menatap surai pirang Sana yang berkemilau di terpa cahaya lampu. Renjun menyipitkan matanya membuat Sana mengernyit bingung. "Ada masalah? "tanyanya kembali.
"Aku hanya tengah mencerna kata - kata yang di keluarkan oleh noona tadi. "jawabnya dengan tangan yang mengusap tengkuknya canggung.
"perkataan ku yang mana? "tanya Sana menatap tepat di iris coklat milik Renjun. Yang lebih muda menatapnya dengan kekehan. "Tentang Kun hyung lebih tepatnya. "
Sana menaikkan sebelah alisnya, "memangnya ada apa? Sepertinya sangat penting masalah Kun terhadap dampak buruk dan baik hidup mu. "Yang lebih muda tersenyum, menipiskan bibirnya sesaat sebelum kembali melamun.
"Memangnya ada sesuatu yang berhubungan dengan mu? "tanya Sana dengan lembut, ia menatap mata kosong Renjun.
"Antara iya dan tidak. Mungkin sebagian besar berdampak pada seseorang. "jawab Renjun seraya menoleh ke arah pintu masuk membuat Sana mengikuti arah pandangnya.
.
.
.
.
.
.
Lelaki bersurai coklat itu melipat kedua lengannya di dada, menatap dengan pandangan kosong ke arah Winwin yang berdiri kaku di hadapannya.
"Jadi.... Yuta adalah tunangan mu? Kalian ' bertukar posisi ' ? "Kutip Kun dengan nada yang menyiratkan suatu yang janggal. Si kepala pirang terkesiap, menyigar helaian pirangnya itu diikuti oleh helaan nafas berat.
"Seingat ku juga ' mantan tunangan ' Yuta juga sudah dipindahkan kemari. "Winwin menghela nafasnya kasar, berusaha untuk berjalan mendekat sebelum tangan lelaki manis itu terjulur untuk menghentikannya.
"Bisakah kau berhenti mengutip kata - kata mu? "Lelaki manis di depannya itu mendengus memilih untuk berjalan maju dan meninggalkan lelaki jangkung tersebut. Kedua matanya menyipit saat melihat tubuh lelaki itu tampak menghadangnya.
"Dengar. Sesuatu yang di antara kita, seluruhnya sudah berakhir. Kau dan aku. Yuta dan Hansol. Jaehyun dan Doyoung. Atau yang lainnya. Itu sudah berakhir. "Winwin melirik lelaki yang lebih rendah darinya itu, kedua bola mata lelaki tersebut hanya menatap datar dan mengangguk - anggukan kepalanya. "Lalu? Hubungannya dengan kau membawa ku kemari? "Winwin bergerak untuk memegang pundak sempit tersebut, namun sebuah tepisan yang ia dapatkan secara kasar.
"Kau bisa berbicara tanpa menyentuh ku, kan? "
Winwin mengusap surainya frustasi, "yang mau ku katakan. Bukan kah aku menolak ajakan mu untuk kembali? Kau balas dendam untuk itu? "Kun mendongak, sebuah seringai terpampang jelas di sana, "tentu saja tidak. Untuk apa? Manfaatnya untuk ku? "
Kun menghela nafasnya, "kau sudah menolak ku kan? Aku pihak bawah dan saat aku meminta mu untuk kembali, itu benar - benar membuang seluruh harga diri ku. Dan satu lagi, "
Pemuda dengan surai pirang itu menaikkan kedua alisnya, "jika kau ingin menemui Hansol dan juga yang lainnya. Mereka sudah kembali kemari. "
Lelaki bersurai coklat itu menepis pundak milik Winwin, melangkah pergi meninggalkan lelaki yang masih saja diam membeku.
.
.
.
.
.
.
"Ada yang melihat Sicheng? "tanya Jihoon ke arah Sana yang sedang memainkan handphonenya. Renjun menoleh lalu menunjuk ke arah pintu keluar. "Sicheng ge berada di luar tadi. Ada apa hyung? "Jihoon menundukkan kepalanya, menatap dengan senyuman ke arah pemuda dengan surai pirang tersebut.
"aku hanya ingin bertanya kamar mandi berada di mana. "jawabnya membuat Renjun tersenyum. "hyung keluar saja dari ruang VIP lalu lihat sebuah tanda bergambar seperti lambang toilet! "ucap Renjun memperagakan bentuk persegi dengan kedua telunjuknya. Jihoon menepuk puncak kepala pemuda itu dan menggumamkan kata - kata terimakasih.
Pemuda dengan surai pirang itu menatap kepergian Jihoon lalu kembali melihat kedua sahabatnya yang terlihat tengah rukun. Ia mengembangkan senyuman tipis yang manis saat melihat keduanya saling melempar candaan. 2J terlihat tampak seperti melupakannya yang duduk di samping Jaemin dengan tenang itu.
Kerangka pemandangan di depannya itu membuat perasaannya menghangat, seperti setitik percikan api di antara jatuhnya butiran salju di musim dingin. Ia menghela nafas lalu menganguk dalam, mengiyakan perintah otak yang di tolak hati lembutnya mentah - mentah itu.
.
.
.
.
.
.
Sejak kejadian malam itu, Kun tampak hilang di telan bumi dari hadapan Winwin. Ia tidak dapat menemukan lelaki manis itu dimanapun.
Ia tak tahu kesalahan apa yang membuatnya menjadi seperti ini. Usapan ringan di helaian pirang tersebut membuatnya kembali menapakkan kaki berbalut sneakers berwarna merahnya di tanah yang lembab. Ia mendongakkan kepalanya, menutup kedua matanya dengan sebelah tangan.
"ada apa, hmm? "Suara baritone yang mengalun lembut membuatnya terpenjat terkejut saat kakinya merasa sesak. Tak sadar jika telah mengikat tali sepatu terlalu kencang.
"Apa? Tidak, bukan apa - apa. "jawab Winwin sambil menoleh ke arah Yuta yang masih menatapinya. Yuta mengernyit tidak puas tapi tetap mengangguk mengerti. Ia mengecup pelipis kekasihnya itu lalu tersenyum.
"aku pergi dulu... "pamit Winwin lalu berjalan ke arah mobilnya. Ia akan menancapkan gasnya sebelum suara pintu mobil dan hempasan badan di samping membuatnya mengurungkan niat dan menatap pemuda manis itu. Ia menggusap dadanya saat menemukan Renjun dengan surai pirang terangnya yang tak tertata rapi dan nafas memburu.
"Ada apa? "
Renjun menoleh dengan mata membelak, membuat Winwin hampir saja melompat keluar dari dalam mobil saat melihat wajah sang adik terlihat sama berantakannya dengan surai pirangnya.
"Gege! Antarkan aku ke sekolah sekarang! Kumohon! "pintanya sambil mengguncang tangan Winwin yang berada di stang. Winwin melirik ke arah seberang rumahnya, melihat kedua rumah yang mengapit rumah Renjun. Tidak menemukan tanda - tanda dari kedua remaja tampan di sana.
"GE!!! "Bentak yang lebih muda membuat Win-win terkejut. "baiklah - baiklah... "Winwin menjalankan mobil miliknya dengan kecepatan sedang lalu tersenyum saat melihat adik sepupunya itu tampak lebih tenang sekarang.
Renjun menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia melirik Winwin lewat ekor matanya lalu menghembuskan nafasnya berat.
Winwin mengernyit kebingungan. Pertanyaan - pertanyaan muncul di benaknya dan itu terkabulkan saat melihat lampu lalu lintas yang berubah menjadi berwarna merah. Ia menghadap kesamping, melihat Renjun yang menatap keluar jendela mobil. Pantulan wajah manis remaja itu dengan tatapan kosongnya membuat Winwin semakin terdesak untuk bertanya.
"Renjun. Kau ada apa? Ada masalah dengan seseorang atau sesuatu? "tanyanya. Tak kuasa mengeluarkan pertanyaan lebih banyak lagi saat melihat Renjun menatapnya terkejut. Renjun terkekeh canggung sambil menggaruk pipinya. "aku baik ge. Tidak ada apa apa kok! Aku hanya kelelahan mengerjakan PR tadi malam! "jawabnya. Winwin mengernyit ragu tetapi tetap menganguk. Ia tahu jika Renjun tak pandai berbohong. Dan sejak kapan Renjun mengerjakan PR malam - malam? Itu bukan kebiasaannya.
Ia terlonjak saat Renjun menyentuh bahunya. "ge... lampunya sudah berganti." Ucap remaja itu membuat Winwin gelagapan dan segera menjalankan mobilnya. Ia tersenyum saat melihat gerbang sekolah Renjun. "terimakasih ge! "ucapnya dan melompat turun lalu menutup pintu mobil, melambaikan tangannya sebelum masuk ke dalam gedung sekolah yang masih terlihat sepi itu. Ia memilih untuk kembali menjalankan mobilnya sebelum ia telat.
♤ ♧ ♡ ♢
Ia memarkirkan mobilnya dan berjalan masuk dengan langkah pelan. Kemarin malam ia tengah menghubungi seseorang dan menanyakan dimana dia, dan orang itu mengatakan jika dia berada di sini. Ia berjalan ke arah meja resepsionis dan bertanya. Tersenyum saat sudah mendapatkan jawabannya. Ia segera naik ke lantai 3 dan mencari pintu dengan nomor '627' ia tersenyum tipis saat mendapatkan pandangan yang memuaskan. Setelah ia menarik nafas ia segera membuka pintu itu.
Ia berjalan masuk dan meletakkan buket bunga yang ia pegang sedari tadi. Ia meletakkan benda itu di meja nakas dan berjalan ke arah pria yang tengah menutup matanya dengan damai di ranjang. Badannya di penuhi dengan alat - alat menjengkelkan menurutnya. Pipinya menirus dengan tubuh yang semakin kurus tidak seperti terakhir kali ia melihat pria itu. Tetapi masih lebih bagus sekarang dari pada terakhir kali ia melihat pria itu yang seakan baru saja merendam dirinya dalam danau darah.
"Hansol hyung... aku merindukan mu! "bisiknya seraya mengenggam tangan kurus itu. Menyelimutinya dengan tangannya yang hangat. Ia terus berbicara sebelum suara pintu terbuka. Pria itu menolehkan kepalanya dan mendapatkan laki - laki manis dengan jas panjang berwarna putih menatapnya dengan sepasang obsidian yang membelak terkejut.
"Dong Sicheng? "pekiknya lalu berlari dan memeluknya. Winwin tersentak kebelakang. Ia membalas memeluk laki - laki manis itu dengan erat, menenggelamkan wajahnya di ceruk yang lebih manis. Ia merindukannya juga.
"Astaga! Kenapa kau ada di sini! Aku merindukan mu! "Ucapnya, menjauhkan diri dari Winwin. Name tag dengan tulisan bercetak 'Kim Dongyoung' itu tertimpa lampu kamar rawat. Winwin mengusap tengkuknya sambil terkekeh canggung.
"bagaimana keadaan Hansol hyung? "tanyanya. Senyuman manisnya memudar menjadi ringisan sambil menatap pria yang masih tertidur tanpa terganggu dengan suara bising dari alat pendeteksi.
"Lebih baik dari yang sebelumnya. Ia mengalami kemajuan sejak kedatangan Kun untuk merawatnya menggantikan ku. "jelas Doyoung seraya berjalan mendekati ranjang itu dan menyingkirkan poni milik yang sedang tertidur.
.
.
.
.
.
.
"Ini masih pagi dan kalian sudah membuat keributan? Ada apa dengan kalian? "sapa Haechan membuat Jeno dan Jaemin berhenti, menatap sepasang manusia yang sedang berdiri sambil memandangnya.
"Kau melihat Renjun tidak Chan? "Kedua maniknya mengerjap sebelum menyipitkan kedua manik bulatnya.
"Seingat ku dia berada di perpustakaan bersama Jeongin dan juga seorang gadis di sampingnya. Mengapa kalian menanyakan itu? Bukankah kalian yang mengantarnya kemari? "Pemuda berkulit eksotis itu menoleh setelah merasakan pundaknya di rangkul dengan pelan, menatap seorang pemuda lainnya yang lebih tinggi di belakang tubuhnya.
"Itu masalahnya, kami tak mengantarkan Renjun tadi pagi. Ia hilang pagi - lagi sekali sebelum kami bersiap. "Ucap Jeno dengan nada frustasi, mengurut pangkal hidungnya dan menatap lelaki bersurai coklat di sampingnya. Jaemin mengangguk, dan menatap sepasang kekasih di depannya.
"Kau yakin dia berada di sana bersama Jeongin? "Mark menganggukkan kepalanya, menunjuk dengan jemarinya yang menggantung di pundak sang kekasih.
"Ya, berada di rak ketiga tengah. Tempat duduk yang panjang, kursi keempat dari kanan seingat ku. "Jawabnya dengan sebuah senyuman manis sebelum menarik pergelangan tangan Haechan yang masih terdiam di tempatnya. "kau akan mengajaknya kemana? "tanya Jaemin bingung. Mark menaikkan satu alisnya. "ke kamar mandi. Ada apa? "
Jeno dan Jaemin saling bertatapan lalu menyeringai. "kalian mau melakukan apa? "tanya Jeno menjahili pasangan itu. Mark mendengus lalu membalas seringaian kedua temannya. Ia menatap Haechan sebentar lalu mengucapkan sesuatu tanpa suara.
"woooooaaaaa! "usil keduanya. Haechan membelakkan matanya saat menangkap maksud dari apa yang di ucapkan Mark. Wajahnya memerah malu sebelum pergelangan tangannya kembali di tarik oleh Mark.
.
.
.
.
.
.
Renjun terlihat tengah fokus membaca novelnya sebelum Jeongin menarik buku itu dan mengerling ke arah gadis yang duduk di sampingnya. Renjun menoleh ke samping dan melihat gadis dengan wajah imut sedang menatap barisan - barisan soal bagaikan semut yang bersusun menyeberangi sungai. Ia jadi geli sendiri saat mengingatnya.
"Ada kesulitan, Lami? "tanyanya membuat tubuh gadis di sampingnya tersentak. Gadis itu menoleh lalu terkekeh canggung sambil mengangguk imut. Renjun tersenyum manis lalu mulai mencondongkan dirinya ke arah lembaran kertas yang sudah di remat - remat itu. Ia mulai mengajari gadis itu hingga sang gadis paham.
Kehebohan secara tiba - tiba di dalam perpustakaan hening tersebut membuat ketiganya saling bertatapan, menatap pemuda dengan surai pirang yang tampaknya tengah di peluk oleh seseorang.
"Aku mencari mu kemana - mana! "
To be countinued....
#############################
Hmmmm... penasaran gak siapa itu??? Hayo... Jeongin gemas karena apa??? Hayo.... pada kepo Mark bilang apa??? Hayo... siapa yang kangen author //gak adaaaa//
Ya makasih :}
Hehe... gimana nih ceritanya???? Tau gak sih... saya bingung mau masangin siapa sama siapa... takut shipper Jaeyong, Taeten, Jaedo, Johnnil, Doil, Winkun, Yuwin, Hanta dan masih banyak lagi tersinggung... jadi entar... sementara yang ku tunjukkan masih Yuwin sama Winkun... aku butuh saran kalian mau shipper siapa!!!! Pribadi nih... karena aku shipper beratnya Taeten, Jaedo, Johnil, Winkun, dan Hanta... jadi aku milihnya itu... kalau nanti banyak yang enggak setuju gak papa kok.. hehe.. aku ngeship semuanya secara acak.... sampe Johnny x Jaehyun aku juga ngeship kok hehe//di keplak para riders//... sekali lagi aku butuh comment, vote, dan kritik kalian!!!! See you next chappp
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top