3. | 𝑻𝒉𝒆 π‘«π’Šπ’‚π’Žπ’π’π’…


Di pelosok kota seoul, dimana bangunan2 tua berdiri tak terawat, dibiarkan begitu saja salah satu nya gedung bekas pabrik yang menjulang tinggi diantara yang lain.

Seorang pemuda berjalan tegap ntah kemana. Ia melewati gang2 kecil yang ada disana dengan tatapan datar nya. Seragamnya yang putih terlihat kontras dengan suasana di sekitar nya yang kelabu dan suram.

Di tangan kanan nya, ia menenteng almamater sekolah nya. Ia tak biasa bolos pelajaran, ia itu salah satu murid teladan di kelas nya. Jadi dia sangat anti dengan kata membolos. ia bersumpah akan menghajar orang yang membuat nya harus keluar academy di jam pelajaran seperti ini.

Tadi pagi, dia menyadari bahwa salah satu dari puluhan buku nya hilang. Buku itu sangat penting bagi nya, hampir seluruh penelitian nya ada disana.

"temui aku di gedung pabrik anggur selatan kalau ingin buku tua mu ini kembali"

Begitulah isi surat yang ia temukan di loker nya pagi hari ini. Ia langsung mengetahui siapa dalang dari semua lelucon ini. Ia mengerti mengapa selalu dia yang menjadi sasaran nya. Karena selama ini dia bungkam.

Dia bersikap seolah tak acuh dengan segala cara yang orang itu lakukan. Ia lebih memilih dia seribu bahasa atau pergi. Tapi kali ini tidak, ia tak akan tinggal diam lagi.

Ia sudah sampai di pabrik anggur yang dimaksud. Ia membuka kasar pintu besar itu. "O oohh... Lo kuat juga rupanya..."

Pemuda berambut hitam legam itu menatap nya remeh. Tangan nya memegang buku milik pemuda berambut merah itu, terlihat jelas ia sedang membaca nya.

"Kembalikan buku ku sunbae" pinta nya. Ia masih mencoba untuk hormat karena dia adalah senior nya.

"Wae ? Baru aja mau gue baca"

"Tapi itu milikku sunbae, tolong kembalikan"

"Kalau gue gak mau gimana ??"

Pemuda itu terdiam, ia berusaha mengontrol emosi nya. Sang senior nampak nya tersenyum puas karena berhasil memancing emosi sang dongsaeng. Lantas ia turun dari meja yang sedari tadi ia duduki dan berdiri angkuh seraya menatap remeh adik kelas nya.

"Ambil sendiri kalo lo bisa,kalo gak, lihat aja buku ini hancur di tangan gue"

Sang adik kelas terbelalak melihat tangan sang sunbae yang kini sedang memegang sebuah korek api yang menyala. Ia berpikir apa yang telah ia perbuat sampai sang sunbae melakukan hal konyol ini.

Memang klan penyihir dan klan elf memang tak bersahabat sama sekali akibat kejadian di masa lalu. Sebegitu beringas kah sang sunbae hingga niatan ingin menghabisi nya sangat besar.

Ketika ia ingin merampas kembali milik nya, orang itu dengan cepat melayang kan tendangan nya yang langsung mengenai perut nya. Sang pelaku terkekeh melihat lawannya tumbang sekali hantam.

Namun tak di percaya, ia bangkit dan menatap nyalang sang sunbae. Ia mengusap jejak darah di sudut bibirnya.

"Baiklah, lo yang minta" kata nya.

Seketika dari tubuh nya keluar orb2 Berwarna biru Kemerahan yang melayang di sekitar nya. Kekuatan magis itu kian membesar dan menyala terang seiring emosi nya yang tak stabil.

Sedangkan lawannya kini menatap tak percaya dongsaeng nya itu lalu sedetik kemudian ia tersenyum miring.

"Gue gak akan nahan diri kali ini"
Ujar nya. Ia menarik dasi nya hingga lepas dan seketika benda itu berubah menjadi busur panjang.

"Ayo Kita mulai !"

-----β€’-----


Aerin hanya melamun memandang keluar jendela. Seharusnya ini jam pelajaran fisika, tapi guru nya malah curhat tentang anjing nya yang menghilang sejak 3 hari lalu, sangat tidak penting.

"Bapak sudah cari suminten kemana2, tapi tidak menemukannya juga..." Ujar nya sembari sedikit terisak.

Apa-apaan nama itu ? Jelas sekali bukan nama yang pantas untuk seekor hewan peliharaan.

Teman2 nya terima2 saja kala guru itu mencurah kan kisah tak penting nya itu. Lumayan tidak ada pelajaran, begitu pikir mereka. Lagi2 aerin menghela napas. Dahi nya menyerengit kala melihat wonyoung malah dengan tenang melahap sebungkus keripik kentang di loker nya. Ia memakannya seolah tak akan di marahi jika ketahuan. Seperti tanpa beban.

Menyadari kalau sedang di tatap, wonyoung menatap balik aerin seolah mengatakan 'kau mau ?' sembari menyodorkan bungkusan cemilan itu. Aerin menggeleng sebagai jawaban nya. Ia pun lebih memilih bermain ponsel nya daripada mendengarkan ocehan sang guru yang kini mulai terisak semakin deras.

"Hah.... Ngomong2 dimana kim doyoung ? Apakah dia tidak masuk ? Tapi tas nya ada disini" kata guru nya sembari menyeka air matanya.

Seluruh pasang mata sontak terarah menuju meja pemuda bernama kim doyoung yang terletak di baris ketiga di dekat jendela itu. Meja itu rapi namun kosong, hanya ada tas pemuda itu yang tergantung di sisi meja. Maklum, dia itu murid teladan. Tidak adanya dia dikelas pasti menimbulkan pertanyaan baik di benak guru maupun murid.

"Mungkin dia di UKS pak ?"

"Benarkah ? Kalau begitu baiklah, akan ku catat Sakit untuk absensi nya" ujar pria berkumis itu seraya menulis di buku absen kelas.

Beberapa saat kemudian bel usai nya pelajaran berbunyi. Pria itu pun membereskan kan peralatan nya dan berjalan keluar kelas.

Kelas pun menjadi ramai. Murid2 berhamburan melakukan aktivitas nya sendiri sembari menunggu guru di pelajaran selanjutnya. Begitu pula aerin, ia terfokus pada ponsel nya yang kini menampilkan novel digital yang dia unduh beberapa hari lalu. Ia ingin menamatkan nya hari ini.

"Rin, ikut gue ke toilet yuk" pinta wonyoung sembari menggoyangkan tangan aerin Membuat nya hampir menjatuhkan handphone milik nya.

Ia menatap tajam teman nya itu namun di balas dengan tatapan memelas yang terlihat menjijikan di mata aerin. Belum menjawab wonyoung sudah menarik nya melesat keluar kelas.

Seperti nya wonyoung sudah sangat ingin buang air hingga ia terus menyeret aerin di sepanjang koridor. Aerin pun seperti nya pasrah di tarik paksa seperti ini.

Wonyoung pun membanting pintu toilet begitu sampai di dalam salah satu bilik nya.
Aerin kini hanya ditinggal sendirian di depan wastafel. Gadis itu pun lebih memilih untuk membasuh wajah nya.

Air dingin itu menyapu seluruh permukaan wajah nya hingga beberapa kali. namun, ketika ia mengangkat wajah nya dan menatap cermin, ia terkejut.

"D-dimana ini....??" Monolog nya

Tidak ada wastafel tempat tadi ia membasuh wajahnya. Tidak ada bilik2 toilet yang berjajar. Tak ada aroma pewangi ruangan yang khas.

Semua nya menghilang dan diganti dengan hutan lebat dengan pohon2 yang menjulang tinggi. Angin semilir menerbangkan helai2 rambut nya lembut.
Suara gemerisik dedaunan memenuhi telinganya.

Aerin melihat sekeliling dengan bingung. Dimana dia ? Bukankah dia tadi berada di toilet ? Bagaimana bisa dia ada disini ?
Beragam pertanyaan memenuhi benak gadis itu.

Ada sebuah tempat dimana pilar2 pendek mengelilingi sebuah ruang kosong. Terdapat 13 pilar disana dan diatas pilar2 itu pula, terdapat sebuah berlian. Namun Benda2 yang seharusnya berkilau cantik itu, kini seolah kehilangan kilauan nya. Semua nya tampak seperti sebuah batu tak berharga.

Aerin menatap berlian2 itu bingung. Apa maksud semua ini ?. Hingga ia mendengar suara yang samar2 namun familiar di dekat nya. Suara itu memanggilnya dan terus terus menerus dan kian mengeras seiring teriakan nya.

"...rin...."

"...aerin..."

"JUNG AERIN !!"

wonyoung tampak ketakutan melihat teman nya itu menatap kosong cermin di depannya. Ia memanggil2 nya namun tak ada jawaban. Ia mengguncang bahu gadis itu pun hasilnya nihil. Ia hampir menangis jika aerin tdiak sadarkan diri saat ini.

"Rin..., Rin..., Lo gak apa2 kan ?"

Aerin justru menatap wonyoung seperti orang linglung membuat gadis bermarga jang itu semakin ketakutan. "Rin...., Lo ga papa kan ? Gue anter ke uks y ?"

Aerin yang masih terkejut itu ikut2 saja kala tangan nya di tarik menuju uks. ia masih berfikir apa yang baru saja ia alami. Yang barusan itu, terasa sangat nyata untuk di bilang halusinasi.

"Dia baik2 saja, mungkin hanya sedikit kelelahan. Jangan beraktivitas terlalu berat untuk sementara. Perbanyak minum air putih. Aku akan memberikan beberapa vitamin yang bisa kau minum setelah ini."
Kata dokter.

Dia memberi aerin sebuah kantung plastik berisi beberapa vitamin. Setelah berpamitan mereka untuk kembali ke kelas karena bel masuk yang sudah berdering.

Sepanjang pelajaran aerin masih memikirkan kejadian yang baru saja ia alami. Pikiran nya buyar ketika wonyoung mengucapkan salam. Mereka sudah di depan pintu kelas.

"Dari mana kalian ?" Tanya pria yang ada di depan mereka.

"Kami dari uks pak, saya mengantar kan nya ke sana karena kurang enak badan" jelas wonyoung.

"Siapa...? Aa, kau murid baru itu kah ?". Aerin mengangguk. "Saya jung aerin pak"

Pria itu mengangguk dan mempersilahkan kita masuk. Pria itu pun kembali menjelaskan materi nya yang sempat terjeda. Sekitar 10 menit pria itu menjelaskan materi hingga papan tulis penuh dengan rumus2 kimia. Tiba2 seseorang berdiri di depan kelas. dengan ragu2 pemuda itu memberanikan diri untuk mengatakan permisi pada guru yang sedang mengajar. Terlihat pakaian nya yang sedikit berantakan dan kotor, seperti habis berkelahi.

"Permisi..."

"Kim doyoung, dari mana saja kau ? Apa kau tak mendengar bel masuk yang berdering 10 menit yang lalu ?! Kau habis berkelahi ?!" Teriak pak mark ketika melihat pemuda yang hampir ia alpha kan absensi nya hari ini.

Kim doyoung, pemuda berambut merah itu
Hanya menunduk. Ia menggumam kan kata maaf berulang kali ketika gurunya itu menjeda ocehannya sebentar. Setelah beribu kata pemuda kim itu di perbolehkan duduk.

Pemuda bernama kim doyoung itu terlihat membawa sebuah buku tua di tangannya. Ia langsung memasukkan buku itu ke dalam tas nya ketika sampai di bangku nya.

Aerin melihat dua bersaudara yang ada di belakang nya menatap pemuda itu tak suka. Jeongwoo yang tersenyum remeh dan junghwan yang justru menatap tajam doyoung.

-----β€’-----

"Lo yakin itu dia ?"

"Iya, gue yakin"

"Ini kan anak beasiswa itu kan ?"

"Iya"

"Aura nya kuat banget, tapi aura apa itu. Gue gk pernah mahluk immortal yang punya aura sekuat dan sehalus dia"

"Mungkin dia bener2 gadis bulan yang di maksud itu...."

"Sekarang kita awasin aja, tapi jangan sampe serigala2 busuk itu keduluan ambil start. Kita harus hati2 dan gk boleh gegabah"

Mereka mengangguk. Sedari tadi mereka tak melepaskan pandangan mereka dari seorang gadis yang duduk di dekat jendela di kelas yang ada di lantai 2 sekolah mereka.

Orang2 itu seolah tak takut jatuh ketika mereka dengan santai berdiri di atap sekolah. Angin yang lumayan kencang mengibarkan almamater dan rambut mereka.

Selang beberapa menit, mereka berbalik dan melompat turun dari sana dari satu gedung ke gedung lain dan berakhir di depan ruang olahraga. Mereka berpencar mengingat kelas mereka yang berbeda tingkatan.









-----β€’-----


TEU-HAAA !1!1!1!

aku mulai kangen t-map nih...
Ada yang sama gk, tapi bentar lagi mereka comeback. Gak sabar banget !!

Gimana sama part ini ?
Ngebosenin ya ?
Maap masih belajar :"""")

Jangan lupa vote dan comment juseyooo~~~

TEU-BA !1!1!11!

BαΊ‘n Δ‘ang đọc truyện trΓͺn: AzTruyen.Top