2. | ๐ฏ๐๐ ๐จ๐๐๐
Aerin sedang dalam perjalanan menuju perpustakaan saat ini. Gadis itu perlu meminjam beberapa buku untuk Pelajaran selanjutnya yang membutuhkan buku khusus dari perpustakaan sekolah.
Ia sempat bertanya pada wonyoung dimana letak perpustakaan itu. Gadis berambut hitam panjang itu sempat menawarkan diri untuk mengantarkan nya, tapi aerin menolak nya dengan halus.
Semenjak orang tuang nya tiada, aerin lebih terbiasa melakukan segala nya sendiri. Tidak merepotkan orang lain dan lebih cepat.
------โข------
Disinilah aerin, di sebuah ruangan penuh rak2 buku yang menjulang tinggi. Ada rasa kagum tersendiri di benak gadis itu begitu melihat surga penuh buku di depan nya.
Kalau ia hanya seorang diri di dalam sana mungkin sudah melompat2 kegirangan di sana. Jiwa kutu buku nya berteriak penuh kebahagiaan. Aerin itu punya mata minus yang cukup tinggi karena hobi nya ini. Sekitar -3 di bagian kiri dan -4.5 di bagian kanan. Jika di sekolah ia memakai softlens, berbeda jika di rumah. Ia akan memakai kacamata bulat dengan lensa yang lumayan tebal.
Di rumah nya ia punya satu lemari penuh dengan buku2 koleksi nya. Dari yang bergenre romantis, fantasy, action, hingga drama. Buku2 itu adalah salah satu peninggalan sang ibu, jung daehyung yang memiliki hobi yang sama dan menurun ke putri nya.
Ia langsung melesat menuju rak khusus untuk buku2 pelajaran. Ia menelisik seluruh buku yang ada di disana. Mencari rak yang berisi buku yang sama dengan teman2 sekelas nya. Gadis itu sempat terpancing dengan novel2 yang tertata rapi disana, ia membaca beberapa halaman kemudian meletakkan nya kembali ketika mengingat tujuan nya kemari.
Hingga akhirnya, dia menemukan buku yang ia cari. Beruntung nya dia karena buku itu di letakkan di rak yang tidak terlalu tinggi hingga ia bisa mengambil nya hanya dengan berjinjit di jari kaki nya.
Setelah mendapatkan nya dia langsung kembali menuju rak novel tadi dan mengambil buku yang sempat menarik perhatian nya untuk di pinjam dan di bawa pulang. Aerin tersenyum bahagia ketika mendapatkan bahan bacaan baru untuk mengisi waktu luang nya.
Dia membawa 2 buku itu ke meja penjaga perpustakaan untuk di catat dan penjaga perpustakaan bisa mengambil kartu pinjam yang ada di dalam buku ini. Ternyata penjaga itu adalah seorang siswa, ia memakai pin anggota perpustakaan di dada kiri nya. Pemuda itu tersenyum saat melihat aerin menghampirinya dengan buku2.
Pemuda itu dengan gesit mencatat nomor2 buku itu, menentukan hari pengembalian dan mengambil kartu buku yang dipinjam aerin.
"Selera buku lo bagus juga" kata pemuda itu saat aerin hendak pergi dari tempat nya.
"Ah, terimakasih" jawab aerin.
"Gue udah baca juga itu buku, emang seru banget sih. Plot twist banget. Gk nyangka sama ending nya"
"Benarkah ?"
"Iya, dan katanya bakal ada series kedua buat buku itu"
Aerin mendengar itu langsung berbinar kembali. Ah, nampak nya ia masuk ke sekolah yang benar. Academy ini memang pantas menyabet gelar sekolah terbaik di seoul. Aerin merasa sangat bangga pada dirinya sendiri karena sudah bisa bersekolah disini.
"Ntar gue kasih tau deh kalo udah rilis"
Kata yedam sembari tersenyum lebar.
"Wah benarkah ? Terima kasih banyak !" Ujar aerin sembari membungkuk. Ia melihat name tag pemuda itu. Kata "Bang yedam/XI-A1" berwarna putih keemasan tercetak jelas disana.
Sekali lagi aerin membungkuk dan berjalan keluar dari sana tanpa sadar yedam menatap nya dengan sorot mata tajam layaknya seekor rubah yang menerkam mangsa nya.
"Apa apaan aura itu...."
Pasalnya, dimata seorang bang yedam, gadis itu kini mengeluarkan aura putih yang sangat kuat. Bahkan ia tak pernah menemukan kasus seperti ini sekalipun di dunia penyihir.
Iya, bang yedam, murid kelas XI-A1 ini adalah seorang penyihir tingkat menengah yang baru menyelesaikan latihan nya tahun lalu. Ia kembali ke dunia manusia setelah sekian lama ia dikirim ayahnya untuk belajar di sana. Ayah nya adalah seorang penyihir agung di dunia nya. Ia sangat di hormati oleh orang2 disana. Jadi tak dapat dipungkiri kalau yedam pun dapat menjadi penyihir termuda yang menyelesaikan pendidikan nya di usia yang masih sangat belia.
Kini aerin ada lorong kelas penghubung antara kantin dan perpustakaan. Mata nya bukannya menatap ke arah ia berjalan, tapi malah menatap setiap kata dalam novel yang ia bawa.
Seseorang harus memperingatkannya karena di depannya ada segerombolan siswi sedang berkerumun di pintu kantin, namun aerin sama sekali tak menyadari hal itu. Terlambat, aerin sudah menabrak salah satu nya. Gadis berambut hitam sebahu itu menjatuhkan kan handphone nya ke lantai karena tabrakan aerin yang menyebabkan handphone itu retak. Gadis itu menatap tajam aerin yang kini terkejut.
"Ya ! Mata lo dimana hah ?!" Pekik gadis itu.
"Maafkan aku, aku akan menggantinya" ujar aerin.
"Apa ? Ganti ? Bahkan harga diri lo ini tak sepadan dengan handphone ku ini !!"
Mendengar itu, semula raut wajah aerin yang terlihat panik kini berubah datar.
Mata nya menatap gadis di depannya tajam. Ia meredam emosi nya dengan meremat buku yang yang ia bawa. Melihat itu, ryujin malah memunculkan smirk nya. Ia memandang aerin remeh seolah aerin tak sebanding nya.
"Kenapa ? Lo marah ?" Tanya ryujin sembari terkikik geli.
"Tarik ucapan mu"
"Mwo ?"
"Tarik...ucapan mu..."
"Kalo gue gk mau gimana ?" Ryujin semakin tersenyum menantang. Orang2 di kantin melihat mereka seolah mereka itu hiburan gratis. Tak ada yang ingin melerai ataupun memisahkan mereka.
"Aa ! Gue tau ! Lo anak beasiswa itu kan ?! Pindahan dari mokpo !" Salah seorang teman ryujin itu berseru lantang. Lantas, dahi aerin berkerut bingung, bagaimana mereka bisa tau ? Apa kabar kedatangan nya adalah sebuah berita besar ?.
"Oooh lo anak beasiswa...., Kasihan sekali kau ini...." salah seorang teman ryujin menimpali nya.
"Sebegitu miskin kah diri lo ini ? Sampai butuh beasiswa ??" Ujar ryujin diiringi tatapan nya memandang aerin jijik.
"Begini saja deh, Bagaimana kalau lo ikut gue ?" Seorang pemuda dengan tindik di telinganya mendekat ke arah aerin. Ia menyeringai penuh arti. Ia berhenti di depan aerin dan mencodongkan dirinya dan membisikkan kata2 kurang ajar pada gadis itu.
Kata2 yang aerin tak pernah bayangkan. Bahwa orang kaya akan sekurang ajar ini. Kata2 yang merendahkan nya serendah2 nya manusia yang bahkan tak sebanding dengan hewan sekalipun.
"Kita ke hotel, gue bayar lo, berapapun yang lo mau. Tubuh lo yang lumayan indah ini pasti sudah di rasain oleh beberapa orang kan ??" Bisik pria itu.
Mata aerin membulat. Tangan nya pun melayang menampar pria yang ada di depan nya membuat pria itu terpental jatuh dengan pipi memerah dengan pola telapak tangan yang tercetak disana.
seluruh kantin terkejut dengan respon aerin. Bahkan suasana yang awalnya terdengar bisikan2 kini hening. Ryujin dan kawan2 nya langsung membantu pria ber-name tag "Moon Taeil/XI-B3" itu untuk bangkit.
Secepat kilat salah seorang dari mereka menarik rambut aerin yang membuat nya merintih kesakitan. Buku yang ia bawa berjatuhan ke lantai. Seketika kantin menjadi ricuh dengan teriakan dan umpatan.
Aerin berusaha melepaskan cengkraman pada rambut nya, namun nihil. Cengkraman itu terlalu kuat. Aerin kini hanya bisa berharap ada yang seseorang yang menolong nya dari puluhan orang yang kini tengah menyaksikan bagaimana ia di kasari. Aerin tak tahu apa yang orang2 ini pikirkan. Merek hanya memalingkan wajah ketika melihat aerin tak berdaya di tangan para berandal ini. Tak ada seorang pun yang beranjak untuk membantu nya.
"HEI, APA YANG APA KALIAN LAKUKAN ?!"
Teriakan itu menggema di seluruh penjuru. Esistensi ryujin dkk pun teralih kan pada seseorang pemuda yang tengah Menatap mereka nyalang. Park jihoon, pemuda berpangkat ketua osis itu kini berjalan cepat menuju mereka. Ia mendorong pemuda yang tadi nya menarik rambut aerin hingga melepaskan ia cengkraman nya. Anak2 itu mundur beberapa langkah sembari menatap sang ketua osis dengan tatapan tajam.
"Apa yang terjadi disini ?" Tanya jihoon dingin.
"Dia ngerusak hp gue ?!" Pekik ryujin.
"Aku tidak sengaja dan aku sudah meminta maaf padamu, aku bahkan menawarkan untuk mengganti nya ! Tetapi kau malah menjawab nya dengan jawaban yang kurang ajar !!" Pekik aerin.
Dahi jihoon berkerut menatap aerin meminta penjelasan maksud dari ucapan nya barusan. Aerin yang paham arti tatapan sang ketua osis pun menunduk. Air mata terlihat sedikit keluar dari pelupuk matanya.
"D-dia merendahkan harga diriku dan teman nya mengajak ku ke hotel..." Cicit aerin.
Mendengar itu, jihoon menatap ryujin dan kawan2 nya tajam. "Lo semua datang ke ruang bimbingan konseling setelah sekolah berakhir. Kalo lo gak datang, gue pastiin kalau orang tua lo dipanggil besok" ujar jihoon final yang di sambut dengan decihan oleh mereka dan meninggalkan kantin dengan wajah masam.
Aerin menatap kepergian mereka. Masih ada amarah yang terpendam karena kekurangajaran mereka. tapi ia tak ingin memiliki dendam, biarkan para guru dan kesiswaan yang menangani mereka.
"Lo gak apa2 ??" Tanya jihoon.
"Udah gak apa2 ko, terima kasih banyak ya"
Ujar aerin. Jihoon tersenyum dan mengambil buku2 aerin yang tergeletak di lantai. Aerin kembali berterima kasih ketika menerima buku2 nya.
"Lain kali jangan ceroboh lagi dan jangan main tangan" kata jihoon, ia melihat pola telapak tangan di salah satu dari mereka. Aerin tersenyum kikuk.
"AERIN LO GAK APA2 ?!"
suara wonyoung menggema di kantin yang pengunjung nya mulai berkurang itu. Jeongwoo, junghwan pun mengekor di belakang gadis itu.
"LO GAK APA2 KAN ?! GUE DENGER DARI ANAK KELAS SEBELAH, KATANYA LO DI KEROYOK GENG NYA RYUJIN ?!" wonyoung berteriak tak memandang sekitar layaknya toa berjalan.
"Aku gk apa2 kok beneran" kata aerin berusaha menenangkan teman nya ini.
"Loh, hyung ngapain disini ? Rapat nya dah kelar ?" Tanya jeongwoo.
Aerin mendengar itu memandang jeongwoo bingung. "Dia hyung kita noona". Kata2 junghwan membuat mata aerin membola tak percaya. Berbeda dengan jihoon yang tersenyum memandang aerin yang membeku.
"Salam kenal, gue park jihoon, kelas XII-A1"
"Jung aerin kelas X-B2"
"Rin ayo masuk kelas, dah mau masuk nih" ajak wonyoung. Mendengar itu aerin berpamitan pada senior nya dan berlari bersama wonyoung. Gadis itu berteriak pada dua pemuda yang masih terdiam disana bersama sang kakak yang masih menatap kepergian aerin.
"Lo liat aura nya kan wo"
"Iya hyung" jawab jeongwoo
"Hyung pikir ada apa dengan noona, aura nya kuat banget, gk ada aura yang seputih dan sehalus itu sebelumnya. Apa ada yang dia sembunyiin dari kita ?" Tanya junghwan.
"Gue rasa dia gak tau apa2" ujar jihoon.
"Kok bisa ?" Jeongwoo menatap hyung nya terkejut.
"Entahlah, kalian berdua cukup awasin dia kalo ada yang mencurigakan bilang ke gue"
Jeongwoo dan junghwan mengangguk dan berjalan kembali ke kelas mereka, meninggalkan sang hyung sendirian disana.
"Gue tau lo disana. Gak usah sembunyi pun aroma lo dah ketahuan." Pekik jihoon.
Tak lama kemudian seorang lelaki berambut blonde keluar dari balik dinding kantin. Pemuda berambut pirang itu menatap jihoon datar namun menusuk dalam satu waktu. Sebaliknya, jihoon menatap pemuda itu dengan seringaian mengejek.
"Lo nguping pembicaraan kita ?" Tanya jihoon.
Pemuda itu hanya diam lalu menggeleng pelan. Jihoon mendecih.
"Gak usah bohong, selain aroma lo yang busuk kaya darah lo pendusta juga rupanya"
"Jangan bikin ulah, dia ada di bawah pengawasan gue. Kalo kalian macam2 awas aja kalian" ancam jihoon seraya berlalu dari sana.
Pemuda itu lantas tersenyum kecil. Ia terkekeh sebentar dan pergi menuju kelas nya.
"luna puella telah di temukan"
------โข------
1778 words
Yeayyy yeorobunnn ~~~
Gimana sama part ini ??
Hayoloh dah mulai menebak2 kan.
Jangan bosan sama cerita ini ya?
Vota and comment juseyooo~~~
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: AzTruyen.Top