11. | 𝑻𝒉𝒆 𝑹𝒆𝒅 π‘―π’‚π’Šπ’“π’†π’… π‘Ύπ’Šπ’•π’„π’‰


Kim Doyoung, pemuda bersurai merah yang selalu ramah ke siapa saja dengan Senyum yang terlihat tulus itu mampu menyihir semua orang untuk tertarik pada nya dalam sekejap.

Tawa canggung khas dirinya selalu terdengar di setiap lawakan bapak-bapak receh yang ia lontarkan membuat orang-orang tertawa karena cringe yang mereka rasakan. Gak lucu, tapi justru itu yang bikin mereka semua tertawa.

Belum lagi otak secerdas newton itu, menjadikan nya pentolan di kelas dan sekaligus kesayangan bagi para guru. Tak jarang banyak siswi yang bertanya materi padanya walau hanya berkedok PDKT yang tak terbalaskan. Pribadi yang selalu menyendiri itu menjadikan nya sosok yang misterius di mata para gadis seolah menambah pesona yang dimiliki nya.

Tapi siapa sangka, bahwa semua itu adalah topeng yang gunakan semata.

Masa kecil yang kurang bahagia membuat mental nya menjadi sekuat baja. Hidup yang serba kekurangan tak menjadi penghalang bagi nya untuk terus belajar. Ia ingin membalaskan dendam pada semua orang yang telah meremehkan nya di masa lalu dan menunjukkan, bahwa ia juga bisa seperti mereka meskipun dari penyihir kelas menengah sekalipun.

3 tahun setelah kematian ibunya, ia di adopsi oleh penyihir kelas atas yang cukup ternama di dunia nya saat sekelompok petinggi datang untuk berkunjung sekaligus memberikan sumbangan di panti asuhan tempat ia tinggal. Gembira ?, tentu saja.

Ia selangkah lebih dekat dengan impian nya menjadi penyihir hebat.

Namun kebahagiaan itu hanya sekejap mata. Ia seperti di hempaskan ke tanah setelah di bawa terbang tinggi di langit.

"Aku mengadopsi mu hanya untuk keformalan di depan para petinggi lainnya saja. Kau tak lebih hanya sekedar debu kecil yang tak dapat bersanding dengan kami para bintang. Jangan pernah kau anggap aku sebagai ayah mu karena aku sendiri tak menganggap mu sebagai putra ku"

Harapan nya kembali runtuh, hancur berkeping-keping. Sekejam itu kah dunia hingga mereka kembali menjatuh kan beban berat di kedua pundak kecil nya. Doyoung pun tak punya jawaban lain selain mengangguk patuh.

Sejak saat itu ia tinggal di tempat yang bisa ia sebut rumah namun tanpa kehangatan keluarga sama sekali. Di rumah itu ia tak sendirian. Ia punya seorang saudara tiri yang setahun lebih tua dari nya. Nama nya Bang Yedam.

Pemuda itu sebelas-dua belas dengan ayahnya yang selalu melempar kan Tatapan membunuh ke arah nya. Ia selalu berbuat seenak nya pada doyoung yang berstatus adik angkat nya itu. "Hanya karena kau diadopsi disini tidak menjadikan mu salah satu dari keluarga kami, ingat itu !"

Ia bahkan terkejut kala melihat kakak nya itu masuk ke kamar nya dan malah bergabung dengan nya bermain video game. Sampai yedam membicarakan rencana gila nya untuk menculik aerin dan menyuruh dirinya untuk membantu nya. Doyoung pikir itu adalah kesempatan bagus untuk menjadi dekat dengan sang kakak, ia pun setuju.

Namun pada akhirnya ia menyesali keputusan nya sendiri.

Maka dari itu ia mengembalikan darah yang telah yedam ambil ke aerin sebelum kakak nya itu memulai percobaan gila yang ia rencanakan. Ia rela mendapatkan cacian dan siksaan dari yedam karena telah mencuri barang penelitian berharga nya. Badannya terasa remuk dengan beberapa luka lebam di lengan nya. Tapi ia bangga karena sudah melakukan yang sudah semesti nya.

Keesokan pagi nya, doyoung berangkat dengan mood yang buruk karena bangun kesiangan. Ia mendecak kesal karena lupa untuk membuat bekal untuknya yang mengharuskannya makan di kantin dan berbaur dengan semua orang.

Mood nya semakin hancur kala bertemu junkyu yang seenak jidat menyeretnya ke tempat teman-teman nya. Ia mulai berpikir 'apakah hariku akan lebih buruk setelah ini ?'

Namun ternyata tidak. Di balik gelap nya awan pasti ada pelangi yang tersembunyi di sekitar nya.

Buktinya kini ia sedang tersenyum. Tersenyum lebar sambil sesekali tertawa mengimbuhi lawakan senior nya itu. Doyoung tak sadar bahwa ia sudah terbawa arus positif orang-orang ini. Ia tertawa dan bergurau seperti tak ada hari esok, bahkan tawa nya lebih keras melebihi tawa yang lain.

Di tengah riwuh nya tawa, doyoung membeku seakan tersadar akan sesuatu. Sudah lama sekali sejak ia bisa tertawa seperti ini. Kehidupan nya yang selalu menyendiri hampir membuat nya lupa bagaimana rasanya tertawa lepas bersama orang lain.

"Doy ? Kenapa lu ?"

Doyoung tersentak. Ia sempat menunduk sejenak dan sedetik kemudian ia mengulas sebuah senyum tulus yang belum pernah ia tunjukkan sebelumnya. "Gapapa bang"

Junkyu menyerengit bingung, namun ia kembali melahap bakso tanpa memikirkan nya lebih lanjut. "Lo klo doyan beli bang, jangan makan punya orang mana gk bilang lagi..." Sungut jaehyuk.

"Pelit amat cuma minta satu juga"

"Mata lo cuma satu ! Lo dari tadi dah makanin 4 biji bang !"

"Iya iya gue ganti ! Bacot amat"

Junkyu merengut kesal sembari mengerucut kan bibir nya. Ia membuang muka memilih tak menatap teman-teman laknat nya itu namun wajah nya langsung sumringah kala aerin menyodorkan sepotong tahu milik nya. Tanpa pikir dua kali, pemuda itu langsung melahap nya dengan gembira sembari memeluk gadis itu.

"aerin yang terbaik emg~~" ujar nya.

"Jauh-jauh rin dari dia, rabies" kata jeongwoo sembari berusaha memisahkan dua orang itu.

"Btw ternyata bang doyoung asik juga, sering-sering ngumpul gini dong. Nyempil mulu di atap bang" kata junghwan. Doyoung hanya tersenyum menanggapi ucapan nya.

'Mungkin hari-hari gue bakalan rame setelah ini...' batinnya.

Ya, orang-orang ini telah menariknya keluar dari kesendirian yang ia rasakan bertahun-tahun lamanya, dan mereka juga telah mengembalikan senyum nya yang dahulu sempat hilang.

Mereka menghabiskan seharian itu untuk bersenang-senang. Mereka ke arcade untuk main game, ke cafe, dan lain-lain. Doyoung bahagia sekali dan itu terlihat jelas di wajah nya yang biasanya selalu datar itu. Yang lainnya pun tak keberatan menambah satu lagi list nama dalam circle mereka. Bahkan junkyu sudah menyimpan kontak doyoung di handphone miliknya.

"Dobby ~"

Nama yang imut bukan ?

Doyoung pulang dengan kedua tangan nya yang membawa pernak-pernik dari arcade. Kaki boneka kelinci itu berayun-ayun seiring langkah riang nya menuju tempat yang banyak orang bilang "rumah". Bukan itu bukan miliknya, aerin menitipkan nya pada pemuda itu tapi malah lupa membawa nya pulang.

"Besok gue balikin deh" ujar nya.

Namun langkah nya terhenti kala melihat sang ayah dan yedam berdiri di depan pintu rumah dan menatap nya tajam. Sang ayah menatap nya tajam kemudian berbalik dan melangkah masuk.

Jantung nya berdegup kencang kala melihat yedam yang melangkah cepat ke arah nya dan menarik nya masuk dengan kasar. Boneka kelinci yang ia bawa pun terjatuh dari genggaman nya. Belum sempat mengambil nya, yedam menggeret nya masuk dan menutup pintu dengan membanting nya.

Ia di seret menuju ruangan ayah angkat nya. Doyoung memberontak kala melihat cambuk yang ayah angkat nya bawa. Pemuda itu berusaha meloloskan diri tapi yedam langsung memberikan mantra yang menahan doyoung agar tak bergerak. Doyoung masih meronta minta di lepaskan dan saat itu juga sebuah cambukan melayang di punggung nya yang masih terbalut seragam.

"BERANI NYA KAU MELEWATI BATASAN MU KIM DOYOUNG !"

CTAS !

"BAGAIMANA BISA KAU BERBICARA PADA MEREKA YANG MERUPAKAN MUSUH KITA ?!"

CTAS !

"KAU MEMPERMALUKAN KELUARGA INI KIM !"

CTAS !

"APAKAH KAU BERNIAT UNTUK BERKHIANAT PADA KAUM MU SENDIRI ?!"

CTAS !

"JAWAB AKU KIM DOYOUNG !"

CTAS !

Doyoung memejamkan mata nya erat untuk menahan rasa sakit nya. Cambukan seperti ini bukan lah hal yang baru baginya. Pemuda itu sudah terbiasa. Ia hanya perlu diam, dan semua ini akan berakhir.

Tepat setelah cambukan ke 15. Ayah angkat nya itu membuang cambuk yang ia gunakan ke sembarang arah dan pergi meninggalkan yedam dan doyoung yang masih ada di ruangan itu. Yedam pun melepaskan mantra nya pada doyoung yang langsung ambruk ke lantai dengan napas pendek. Doyoung meringis menahan sakit dari bekas cambukan yang terasa membakar di punggung nya. Air mata nya tak lagi keluar seperti dulu saat pertama kali merasakan nya.

"Makanya, lo itu cuma penyihir kelas bawah. Gk usah banyak tingkah apalagi ngomong sama kaum musuh kita. Lo harus bersyukur karena kita gk laporin lu ke petinggi penyihir."

Yedam pun pergi meninggalkan nya sendiri disana.

Pemuda berambut merah itu berusaha bangkit sambil terus meringis kesakitan. Meraih segala hal untuk pegangan nya untuk berdiri. Ia berjalan tertatih menuju kamar nya sambil bersandar pada dinding di sepanjang jalan nya, Darah bahkan menetes dari punggung nya mengotori lantai.

Sesampainya nya di kamar, doyoung mengambil sebuah perban dari nakas di samping ranjang nya dan membalut luka yang ada di punggung nya. Ia masih mempelajari sihir heal untuk keadaan seperti ini tapi sekali lagi, ia tak mampu.

Biasanya di saat seperti ini ia akan menangis merindukan ibu dan ayahnya, tapi kini tidak. Semua kesenangan yang ia dapatkan hari ini seolah menjadi penghapus kesedihan untuknya. Rasa sakit nya seolah menghilang begitu saja digantikan dengan tawa kecil saat ia kembali mengingat bagaimana ia menghabiskan waktu dengan teman-teman barunya.

Ponsel nya bergetar di dalam saku celana nya. Ia merogoh celananya dan membuka aplikasi obrolan yang terpampang jelas di beranda.

Panjang umur.

Mereka ribut sekali mengoceh tentang berbagai hal di dalam grup chat yang doyoung sendiri tak sadar ia sudah menjadi anggota. Dengan perlahan ia mendudukkan dirinya di atas ranjang dan mencari tau apa yang orang-orang ini ributkan.

IMMORTAL KECE ✨✨

Bang Junkyu
Ji spill PR dong
gue gk bisa ngerjain nih
Gk paham

Bang Jihoon
Lo kira gue dah ngerjain ?
Oh tidak ferguso
Gue juga masih mumet dari
tadi Tau gk

Bang Jaehyuk
Bolos mulu sih
Mamam tuh soal

Jeongwoo
Ini manusia satu gk pernah
ngaca kek nya @BangJaehyuk

Jaehyuk
Maap ye gw bukan manusia biasa

Junghwan
Abang-abang ku tercinta
Jangan berisik ya
Wawan lagi belajar
Wawan jadi gk fokus
Klo hp wawan bunyi mulu

Bang Jihoon
Silent aja wan

Junkyu
Tumben wan belajar ?
Emg masuk ke otak ?

Junghwan
Masuk gk masuk urusan belakang
Yg penting belajar~~

Bang Jaehyuk
@junghwan panutan q km dek
✨✨

Jeongwoo
Bang doyoung mana ?
Kok gk nongol
@bangdobby

Jihoon
Lah mana nih si dugong ?
Yakin udah lo invite dia wo ?

Jeongwoo
Udah ko bang

Jaehyuk
Anjir di read doang ama dia

Tanpa basa-basi lagi ia langsung keluar dari grup obrolan itu dan mematikan handphone miliknya. Tiba-tiba siluet aerin melintas di kepala nya, senyuman gadis itu masih ia ingat dengan jelas. Ntahlah setelah bertemu dengan nya, ia tak bisa berhenti memikirkan nya. Rasa nyeri yang menyerang punggung nya kembali mengingat kan nya akan amarah sang ayah walau tak sesakit sebelum nya.

Ia celingukan di halaman depan rumah nya mencari boneka itu dan akhirnya menemukannya di balik semak.

Ia membersihkan boneka itu dari debu yang menempel.

Disinilah mereka menghabiskan waktu senja mereka di sebuah arcade yang ada di pusat kota. Dan lagi-lagi junkyu menggeret nya untuk ikut bersama mereka padahal akhirnya ia hanya menonton saja. Sekarang mereka sedang ribut berkompetisi untuk memenangkan sebuah boneka dari sebuah mesin capit.

Agak konyol memang.

"AKKHHH CURANG CAPIT NYA LEMAH BANGET ANJIR !" pekik junkyu.

"Berisik bangsat ! Gk punya malu ap lo !" Ujar jihoon.

"Tapi emg capit nya kek letoy gitu gak sih" kata jeongwoo.

"Meleyot mungkin liat kegantengan gue !" Kata jaehyuk sambil memegang dagunya sombong.

"Dah lo ke laut aja sono gabung sama teri, rese amat"

Doyoung dan aerin hanya menatap perdebatan itu dalam diam. Sedangkan junghwan dengan santai nya makan churros yang ia beli tadi.

"Mereka kapan berenti nya ?" Tanya doyoung

"Sampe wawan gk suka donat" ujar aerin ngawur. Gadis itu sedari tadi juga sedang berjuang dengan mesin capit lain di dekat mereka.

"Akhh gk dapet lagi..." Ujar nya kecewa.

"Knp gk coba lagi aj ?"

"Koin ku habis~" kata aerin sambil nyengir.

Doyoung pun menghela napas lelah dan melangkah mendekati mesin capit itu, memasukkan koin dan menggerakkan capit itu dengan hati-hati. Dan voila ! Sebuah boneka kelinci putih keluar dari sana.

"WOAHH KOK BISA ?!" pekik junkyu

"doy, lu siapa ?"

"Lu hipnotis ya mesin nya biar bisa dapet !"

"Lo kira gue roy kiyoshi maen hipnotis2 gitu ?"

"Gue mencium bau-bau kecurangan disini"

"bang, bisa ambil es krim di mesin capit sebelah sana gak ?"

Pekikan mereka begitu nyaring hingga satu arcade memusatkan perhatian pada mereka. Doyoung tengah menahan hasrat nya untuk mengubur orang-orang ini hidup-hidup jadi ia hanya menatap mereka nyalang agar tenang.

Aerin menatap boneka kelinci di tangan nya. Gak terduga ia langsung memeluknya senang. "Lucu banget y sampe lo seseneng itu ?" Tanya jihoon yang di balas anggukan cepat oleh gadis itu.

"Seperti doyoung~~" kata aerin sambil memandangi boneka kelincinya.

"Lah knp gue ?"

"Soalnya doyoung imut dan lembut seperti kelinci ini"

Melihat boneka itu membuat nya membayangkan senyum aerin yang begitu cerah dan ceria. Gadis itu memberi sedikit warna pada kehidupannya yg monokrom ini. Tanpa sadar pemuda itu tersenyum simpul namun dengan cepat wajah nya kembali menjadi datar dan berjalan masuk ke dalam rumahnya.

------β€’------

Aerin merebahkan diri di kasur empuk nya, melepas penat yang terkumpul seharian.

Gadis itu mematikan lampu kamar nya, membuat ruangan 15x10 meter itu gelap gulita, memakai selimut dan mencari posisi yang nyaman untuk tidur.

Beberapa menit kemudian mata nya mulai terpejam, membawa nya ke alam mimpi yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Hutan misterius itu selalu menyapa nya kala ia sudah terlelap dan kali ini pun sama.

Mungkin karena aerin sudah tau alasan nya, ia tak lagi terkejut saat tiba disana lagi.

Gadis itu menghela napas pelan. Ia berjalan lurus menuju tempat yang selalu ia kunjungi di malam-malam terakhir. Yap, podium itu masih berdiri kokoh disana dengan keduabelas berlian yang kini beberapa sudah berkilau layaknya berlian seharusnya.

'masih kurang 7...'

Baru saja otak nya mulai berpikir bagaimana cara nya agar ia bisa menemukan 7 orang itu, berlian yang ada di seberang nya berkilau. Bukan, bukan kilauan indah yang bersinar tapi berlian itu hampir menghitam seperti batu.

Aerin mengamati berlian itu lebih dekat. Seketika perasaan khawatir yang membuat beragam pikiran buruk muncul di otak nya.

"Apa ada sesuatu yang terjadi pada ksatria ku ?"

------β€’------

Keesokan hari nya doyoung pergi sekolah seperti biasa. Ia menatap sekeliling sekolah was-was. Begitu tiba di persimpangan lorong, ia terkejut melihat junkyu dan jihoon dan berjalan santai kearahnya. Ia dengan sigap sembunyi di balik loker untuk menghindari 2 orang itu. Hari ini ia akan berusaha menghindari keenam orang itu.

Setelah di rasa aman ia segera berlari menuju kelas nya namun lagi-lagi kesialan menimpa nya.

Di ambang pintu, ia malah menabrak si anak akselerasi, ya, siapa lagi kalo bukan junghwan. Bukan nya jatuh bersama, doyoung malah terpental mundur karena tubuh junghwan yg tergolong bongsor itu.

"ASTAGA HYUNG ! lo ga apa apa ?" Pekik junghwan.

Ia segera membantu hyung nya itu dengan mengulurkan tangan nya namun langsung di tepis oleh doyoung. Itu membuat junghwan langsung menyerengit kan kening nya bingung.

"Gue bisa sendiri"

Junghwan memandang punggung doyoung penuh tanya. Ada apa dengan pemuda itu ?

Di kelas ia lebih diam dari biasanya. Ia hanya menjawab singkat jika ditanya.begitu terus hingga bel istirahat. Ia dengan cepat mengemas buku-bukunya dan melesat keluar sebelum yang lain.

Junkyu dan jihoon merupakan penghuni kantin pertama yang selalu sigap bergerak secepat kilat menuju kantin begitu bel istirahat berbunyi. Maka tak heran jika para staff kantin sudah hafal wajah mereka.

"Itu duyung kemana sih ?" Tanya junkyu.

"Ha ? Duyung ?"

"Doyoung"

"Anjir, lo seenak jidat nya maen ganti nama anak orang bang" ujar jeongwoo.

"Biasanya dia nyempil di atap, tapi gk ada juga" kata jaehyuk sambil menyesap es teh nya. Setelah mengatakan itu, junghwan datang sambil membawa nampan makan siang nya.

"Dia di kelas juga jadi lebih pendiam dari biasanya. Bahkan ia mendiami semua orang" ujar aerin.

"Ngomongin apaan nih ?" Tanya junghwan

"Dobby, Kamu tau dia dimana ?" Tanya aerin.

Junghwan mengangguk cepat. "Tadi gue ketemu dia di lorong perpustakaan ama kantor guru. Gue gk sengaja nabrak dia"

"Trus-trus ?"

"Pas gue mau bantuin dia tapi dia kek nolak, udah gitu aj sih"

Aerin menundukkan wajah nya mendengar perkataan junghwan. Apakah mimpi nya semalam adalah sebuah pertanda ?

"Rin lo kenapa ?" Tanya jeongwoo

"Aku mengkhawatirkan doyoung"

"Gausah dipikir, dia orang nya emg gitu, suka menyendiri dari dulu. Ntar kita samperin deh sekalian ambil boneka lo" ujar jeongwoo. "Emang lo mau ngapain dah nyariin si dugong ?". Junkyu pun melirik sinis kearah jeongwoo.

"Aku ingin bertanya sesuatu padanya, tentang mimpi ku semalam"

"Mimpi itu lagi ?". Aerin mengangguk.

"Tapi kali ini sedikit berbeda..."

Semua orang di sana langsung memusatkan perhatian mereka ke arah gadis itu, siap mendengar kan penjelasan yang keluar dari nya. Aerin pun menjelaskan dengan rinci perihal berlian yang menghitam itu. Berlian itu hampir berubah menjadi batu sedangkan berlian yang lainnya masih dalam keadaan utuh seperti malam-malam kemarin. Keheningan itu masih berlanjut hingga bel masuk berbunyi. Rapat dadakan itu pun bubar seiring mereka yang kembali ke jelas masing-masing.

Dan seperti yang di tebak, sosok doyoung kembali terlihat memasuki kelas bersamaan dengan guru yang mengajar pelajaran selanjutnya. Pemuda itu terlihat biasa saja hingga ia mendadak salah tingkah ketika tau bahwa aerin tengah memperhatikannya. Ia bertingkah seolah berpura-pura tak tahu dan mencoba tak membuat kontak mata dengan gadis itu.

Saat jam pelajaran terakhir pemuda itu sudah menghilang sebelum aerin menyadari nya. Tak heran, dia penyihir. Dia bisa melakukan apapun dengan mantra nya. Aerin menghela napas pasrah. Mungkin ia tak bisa menanyakan hal ini kepada pemuda itu hari ini. Segera, Ia pun berkemas dan berjalan pulang.

Ia berpisah dengan jihoon dkk di gerbang karena mereka ingin main basket dahulu. Aerin ada shift kerja jadi tidak bisa menonton para kaum adam itu bermain yang pasti bisa membuat kaum hawa menjerit.

Dia menunggu bis di halte depan sekolah nya. Orang-orang dan kendaraan berlalu lalang di jalanan mengingat ini jam pulang. Ia menatap jalanan yang cukup ramai itu sampai ia melihat sosok doyoung yang menyembul di balik bangunan cafe di dekat nya. Pemuda itu melambai kan tangan nya menyuruh gadis itu mendekat. Kening aerin berkerut bingung. Dengan langkah cepat ia pun menghampiri pemuda itu.

Aerin rada was-was kenapa doyoung harus memanggil nya ke lorong yang tergolong sepi dan lembab seperti ini, jauh dari keramaian. Pemuda itu pun menatap sekeliling seolah memastikan tak ada siapapun disana selain mereka. Tak di sangka doyoung mengeluarkan sesuatu dari paper bag yang dibawa nya. Boneka kelinci miliknya. Rupanya pemuda itu ingin mengembalikan nya.

"Nih, jangan ketinggalan lagi" kata nya.

"Makasih banyak ya doyoung !"

"Kalo gitu gw pergi du-"

"Tunggu sebentar !"

Doyoung sedikit terkejut kala aerin menahan tangan nya. "Ada yang ingin kutanyakan pada mu..."

Aerin pun kembali menceritakan semua nya dan doyoung tetap mendengarkan nya dengan serius. "Aku takut...kalau ada sesuatu yang buruk terjadi padanya, sedangkan aku belum bahkan belum menemukan nya" ujar aerin di akhir cerita nya. Raut wajah khawatir sangat kentara di sana. Mata yang biasa nya berkilau itu kini hampir berlinang air mata.

Yang selanjutnya terjadi doyoung pun tak menyangka. Tangan nya seperti bergerak dengan sendiri nya mengelus pucuk rambut gadis itu lembut berniat menenangkannya.

Doyoung mengelus surai coklat gadis hingga tangan nya dapat merasakan betapa lembut nya rambut gadis di depan nya ini.
"Jangan takut, dia ksatria lo, dia pasti kuat. Klo dia ada disini dia pasti bilang klo dia bakal baik-baik aja. Lo jangan khawatir." Ujar nya.

"A-ah maap !" Pekik nya sedetik kemudian sembari menarik tangan nya kembali. Gawat, dia jadi salah tingkah begini. Ia menyumpah serampahi dirinya sendiri atas apa yang ia lakukan tadi. Jika bisa dilihat wajah nya sudah semerah tomat saking malu nya. Tidak sopan sekali dia elus-elus anak orang.

'GOBLOK BANGET LO DOYOUNG ! ITU ANK ORANG WOEY ! NAPA GUE REFLEK ELUSIN KEPALA NYA ANJ ? ASTAGA BODOH BANGET GUE !'

"Err.. rin gue balik dulu y bai !" Setelah itu doyoung berlalu meninggalkan aerin sendiri disana. Aerin masih membeku mencerna apa yang barusan terjadi. Tak dapat dipungkiri, wajah nya pun ikut berangsur memerah. Dengan langkah cepat ia keluar dari lorong itu dan berlari menuju bis yang berhenti di halte.

Tanpa kedua nya sadari, seseorang di atas gedung tengah memperhatikan mereka berdua sedari tadi. Tangan nya terkepal menahan amarah. Siapa lagi kalau bukan Bang yedam. "Gue udah peringatin lo doy, tapi lo makin ngelunjak buat penyihir kelas bawah. Kali ini lo gk bisa di maafin"

------β€’------

Setelah mendapat jawaban dari doyoung atas mimpi nya kemarin, bukannya tenang tapi aerin malah semakin gusar. Ia berangkat sekolah keesokan paginya dengan penuh ke khawatiran dan pertanyaan di benak nya.

Berlian itu semalam sudah sepenuh nya menghitam bahkan retak di beberapa sisi. Itu lebih parah dari kemarin dan mungkin sebentar lagi akan hancur jika ia tak segera menemukan alasan nya.

Sialnya hari itu doyoung tidak masuk sekolah, jadi ia tak bisa menanyakan hal ini pada pemuda itu. Ia menunggu di hari-hari berikut nya menunggu namun hingga genap seminggu kehadiran pemuda bersurai merah itu tak kunjung datang ke sekolah.

Ia pun memutuskan untuk mendiskusikan ini dengan teman-teman nya yang lain pada waktu istirahat di atap sekolah.

"Itu sih udah parah banget nuna...." Ujar junghwan.

"Itu punya siapa sih anjir ?! Yang 5 blom ketemu ini satu ada lagi yang jadi batu !" Pekik jeongwoo frustasi.

"Dikutuk ama mak nya kali soalnya durhaka"

"Lo kira malin kundang jun ! Udah lo mending diem aja deh sebelum gue jambak" sungut jihoon.

Junkyu mendengus kesal. Ia memilih merogoh obat sakit kepala dari saku nya dan menelan sebutir kemudian disusul air putih. "Lo sakit bang ?" Tanya jaehyuk.

"Kagak, cuma kepala gue rada2 sakit gitu dari tadi pagi, tapi sans. Habis minum obat dah mendingan kok" ujar nya sambil tersenyum. Jaehyuk hanya mengangguki ucapan pemuda itu.

"Coba siapa aja mahluk immortal yang kita kenal disini barangkali ada yang kenapa-kenapa..." ujar jihoon.

"Kita semua disini, tapi baik-baik aja. 4 org pindahan jepang itu, tapi mereka lagi maen basket di bawah. Pak yanto lagi rapat. Si demon itu...."

"Dia gk mungkin ksatria nya, demon malah jadi dalang nya. skip" ujar jeongwoo memotong ucapan Junghwan. Semua nya pun mengangguk setuju. Masuk akal.

"Bang soobin, bang yeonjun, bang kai, bang taehyun ama bang beomgyu, 5 serangkai penyihir itu lagi ngantin di bawah, Berarti bukan. Bang yedam di perpus jaga. Bang Doyoung...."

"Oh iy dobby gk masuk" ujar junkyu menyadari hal itu.

"Kemaren izin nya sakit sih di surat nya" ujar jeongwoo.

"Siapa yang ngirim surat nya ?" Tanya jihoon.

"Bang Yedam" jawab aerin.

Suasana hening sebentar. Hingga jihoon menegakkan punggung dari yang tadinya bersandar ke tembok langsung duduk tegap. Raut wajah nya pun mendadak serius begitu tau kalau bang yedam lah yang mengantarkan surat izin saudara nya itu. "Sus, coba telpon doyoung" ujarnya final.

Aerin pun mengeluarkan ponsel nya dan menekan kontak pemuda bersurai merah itu. Sedetik kemudian nada panggil tidak aktif pun terdengar di seberang sana. Tak menyerah, aerin kembali menelpon untuk yang kedua kalinya namun masih nihil. Ponsel nya tidak aktif.

Berulang kali gadis itu mencoba membuat panggilan namun sama saja. "Apa kita tanya yedam nya aja ?" Saran jeongwoo.

"Lo lupa klo kaum penyihir gk akur sama kaum manapun. Yang ada klo kita tanya udah beneran dikutuk duluan jadi katak"

"S-santai bang, gue cuma nyaranin doang"

Jihoon mendengus kesal, tapi memang tak ada cara lain selain bertanya langsung padanya. Mereka pun tak tau dimana pemuda itu tinggal jadi tak bisa langsung menuju rumah nya.

"Emang kenapa ama bang yedam bang ??" Tanya jaehyuk.

"Dia itu saudara tirian ama doyoung. Gue denger dia diadopsi ama keluarga bang dulu waktu umur 6 tahun trus di bawa kesini" jelas jihoon.

"Lah sodara tiri ?! Gue kira kandung !" Pekik junkyu

"Orang marga nya aja beda bang !" Timpal junghwan.

"Udah jangan baku hantam dulu cok ! Ini gimana ?!" Pekik jaehyuk.

"Yodah mau gimana lagi, kita tanya aja lah"

Jihoon pun berdiri sambil diikuti yang lain. Mereka menuju perpustakaan dimana yedam biasa bertugas.

Tepat saat mereka datang, Pemuda itu sedang mencatat sesuatu di buku pengunjung ketika mereka ber-enam menghampiri nya. Yedam sontak menyerengitkan kening nya melihat orang2 itu menghampiri nya mengingat mereka bukan tipe org yang akan ke perpustakaan untuk belajar.

"Dam, kita mau tanya sesuatu ke lo" ujar jaehyuk mewakili semuanya. Yedam tak menjawab dan kembali menata buku2 yang ada.

"Doyoung kenapa ?"

"Kenapa lo tiba-tiba peduli ama dia ? Bukannya kaum elf musuhan ama kaum penyihir ?" Jawab yedam enteng.

"Bukan urusan lo, dimana doyoung ?"

"Itu juga bukan urusan lo bang, lagian lo udah di keluarin dari gelar pangeran mahkota karena temenan ama mereka. Lo mau di cap pengkhianat ?" Ujar yedam sarkas.

Jaehyuk tak bisa lagi meredam emosi nya. Tangan nya sudah terkepal mengeluarkan asap hijau yang siap ia hantam kan ke wajah pemuda bang itu jika saja jihoon tidak menahannya. Irisnya matanya sudah berubah sepenuh nya menjadi hijau yang merupakan ciri klan Elf bangsawan.

Yedam yang melihat itu hanya tersenyum miring seolah meremehkan.

"Kita cuma pengen tau doyoung dimana bang, kenapa lo ribet banget sih ?" Ujar jeongwoo.

"Gue gk tau, udah cukup kan. Sekarang mendingan lo semua keluar daripada bikin ribut disini"

Jeongwoo mendecak kesal, memang seharusnya mereka tak bertanya pada nya yang pada akhirnya hanya membuang waktu saja. Di tengah perdebatan itu junkyu meringis menahan sakit. Sial, kepala nya sakit sekali. Ia meremat rambut nya berusaha menghilangkan rasa sakit itu namun tak kunjung reda.

"Kyu ?"

Sama seperti waktu itu, dimana ia melihat kilatan masa depan saat aerin di culik oleh kelompok vampir itu. Junkyu memutuskan untuk menutup matanya. Jika saja itu benar, apa yang akan dilihat nya kali ini ?.

Teman-teman nya yang khawatir mulai memanggil-manggil namanya, namun tak ia hiraukan. Ia ingin fokus pada kilatan masa depan nya kali ini. Dan benar saja, ia melihat sebuah mansion besar yang agak jauh dari permukiman warga. Di suatu ruangan di mansion itu, ada seorang lelaki yang tengah membawa cambuk di tangan nya. Junkyu terkejut kala melihat doyoung dalam keadaan yang mengenaskan, terikat di sebuah tiang dengan badan yang penuh memar dan darah.

"JUN ! JUNKYU LO KENAPA ?!"

"Jalan slowmotion, no. 07...."

"Hah ?"

"Jalan slowmotion. No. 07. Di bawah tangga yang di ruang tamu ada pintu rahasia yang menuju ruang bawah tanah. Doyoung ! Doyoung ada disana !"

"Apa jangan-jangan ini sama yang kek waktu itu" tanya jeongwoo.

"Klo gitu ayo kita kesana-"

"JANGAN COBA IKUT CAMPUR URUSAN KITA !" pekik yedam.

"Ini urusan keluarga gue, gk usah semua ikut campur !" Pekikan yedam menggema di seluruh penjuru perpustakaan yang untung saja sepi pengunjung.

"Emg sejak kapan lo anggep dia keluarga ?" Tanya jaehyuk.

"Dan lagian, doyoung itu juga temen kita. Gue gk peduli mau dia penyihir ato mak lampir sekalipun"

Setelah mengatakan itu jaehyuk yang semula menggenggam sebotol cairan hijau pun membanting nya ke lantai membuat asap kehijauan menguar menyelimuti mereka. Yedam yang terkejut terlambat untuk bereaksi pun kehilangan mereka yang menghilang seiring asap hijau itu.

"SIALAN !"

------β€’------

Setelah jaehyuk melemparkan ramuan itu yang membuat mereka ber teleportasi, mereka muncul di balik semak belukar di sebuah perumahan elit yang cukup terpencil. Jeongwoo dan junghwan tak dapat menahan keterkejutan nya mereka melihat mereka sudah berpindah tempat sekejap mata. Junkyu hanya mengedipkan mata nya lucu tak percaya apa yang barusan terjadi.

Padahal mereka juga pernah ber teleportasi sebelumnya.

"Kita dimana ?" Tanya aerin.

"Bang kyu, bener ini rumah nya ??" Tanya jaehyuk.

Junkyu yang awal nya masih tergeletak tak percaya pun beringsut duduk dan mengintip. "Hooh bener itu rumah nya"
Mereka pun mulai menyelinap masuk ke dalam sana. Jeongwoo dengan hati-hati membuka jendela untuk membuka jalan mereka masuk.

"Dobby ada di mana kyu ?" Tanya jihoon.

"Di ruang rahasia, tapi gue inget nya samar-samar doang"

"Biar gue aja bang"

Si bungsu park itu mencoba mengeluarkan kekuatan penglihatan x-ray nya. Walau waktu itu terlalu mendadak ia yakin ia pasti bisa mengendalikan nya. Setelah berkonsentrasi beberapa saat, ia berhasil mengeluarkan kekuatan itu kembali. Iris nya berubah menjadi biru ketika junghwan menggunakan kekuatan nya tersebut.

Ia mengerdarkan pandangan nya ke seluruh ruangan mencari ruang rahasia yang di maksud junkyu. Pemuda itu berlari menuju bawah tangga dan menyingkirkan karpet yang menutupi nya.

Ada sebuah pintu yang hampir menyatu dengan lantai dan ketika junghwan membukanya terdapat sebuah tangga menuju bawah tanah.

"KETEMU !"

Mereka semua langsung bergegas menuju junghwan yang sudah masuk terlebih dahulu ke dalam sana.

Saat menuruni tangga mereka semua larut dalam keheningan. Gelap, lembap dan sesak bercampur menjadi satu disana. Sarang laba-laba terlihat di langit-langit tempat ini menambah kesan seram yang ada di tambah kesunyian ini membuat mereka bisa mendengar nafas mereka sendiri.

"Bang lo yakin doyoung ada disini ?" Tanya jeongwoo.

"yakin, yakin banget" jawab junkyu, tak dapat dipungkiri, ia juga takut. Ia tengah meremat lengan jihoon saat ini.

"Bang lu sonoan dikit napa ! Sesek gue lo gencet gini !" Ujar jaehyuk.

Jihoon tak menjawab, ia hanya diam seribu bahasa memandang was-was sekitar. Tangan nya gemetar mencengkram lengan jaehyuk.

Junghwan yang seperti tak ada takut nya memimpin jalan di depan sambil menerka-nerka apa yang ada di ujung tangga ini di ikuti aerin di belakang nya.

Mereka bernafas lega kala menemukan cahaya bohlam di ujung tangga. Di bawah sinar temaram itu mereka melihat doyoung yang seperti tak sadar kan diri terikat di sebuah tiang dengan tubuh penuh luka lebam penuh darah yang mulai membiru.

"

DOYOUNG !" pekik aerin.

Mereka langsung berhambur menuju pemuda itu. Jaehyuk dan junghwan berusaha melepaskan ikatan yang membelenggu Doyoung. Aerin sudah berlinang air mata melihat keadaan nya yang jauh dari kata baik-baik saja. Setelah berhasil melepaskan ikatan nya, pemuda itu di bopong oleh jaehyuk dan junghwan.
Namun saat mereka hendak melangkah keluar seseorang menghadang jalan mereka.

"Lepaskan dia. Jangan ikut campur urusan kami" ujar nya dingin.

"Oh, jadi lo yang bikin doyoung babak belur begini ?! Bapak gk ada akhlak !" Jihoon maju. Orang yang notabene nya adalah ayah tiri doyoung itu tertawa sinis. Cambuk di tangan nya ia lepaskan membuat tali nya yang panjang menjutai ke bawah menyentuh lantai.

"Dia putra ku, aku boleh melakukan apapun padanya"

"Dia anak lo, BUKAN BUDAK ! HARUSNYA LO GK ADOPSI DIA SEJAK AWAL !" teriak jaehyuk.

"Lebih baik kalian lepaskan dia, kalau tak ingin berakhir sama seperti nya" ucapan nya begitu tenang namun dingin di satu saat. Iris ungu nya membelalak kala menemukan sosok aerin bersembunyi di balik punggung jeongwoo.

"Luna puella...." Bisik nya pelan.

"MAU APA LO ?!" sarkas jeongwoo begitu tau orang itu menatap aerin tajam.

"Tak ku sangka ramalan itu nyata"

Pria tua itu lantas tersenyum tipis dan mengangkat dagu nya seolah meremehkan semua orang yang ada di sana. "Bagaimana kalau kita buat kesepakatan, kalian boleh bawa anak tidak berguna itu dan kalian akan menyerahkan luna puella pada ku..."

"SINTING ! GK SUDI ANJING !!" pekik junghwan.

"Kalau begitu ku pikir kalian memilih pilihan kedua..., Biar aku yang merebut nya dengan tangan ku sendiri !!"

Pria itu melayang kan cambuk nya dan mengenai pergelangan tangan aerin. Cambuk yang seperti nya memiliki sihir itu menarik gadis itu dengan cepat namun gagal karena junkyu dengan sigap memotong tali itu dengan pedang nya dan mengamankan aerin.

"Guardian ?"

"Iya gue guardian ! Mau apa lo ?!"

Senyuman pria itu semakin lebar seolah tertantang dengan guardian di hadapan nya. "Menarik sekali, kurasa gadis itu sudah menemukan beberapa ksatria nya sesuai ramalan itu"

"Gue gk tau gue ksatria nya ato bukan, tapi yakin lo menang lawan gue ?"

"Kenapa tidak ?"

"Jangan nyesel lo y, udah tua gk inget umur lagi. Tobat pak !" Pedang dengan gagang keemasan itu bersinar kala junkyu menggenggam nya erat.

Pertarungan pun tak dapat dihindarkan. Junkyu dengan gesitnya menggerakkan pedang miliknya untuk menangkis semua serangan yang orang itu lancar kan pada mereka. Pria bermarga bang itu bersusah payah melayangkan cambuk nya kesana kemari untuk melancarkan serangan namun di atasi dengan mudah oleh junkyu yang bahkan tidak berkeringat sedikit pun.

"Kita harus keluar !" Pekik jihoon.

"Bang jae, lo ada ramuan lagi kagak ?!"

"Kagak ada ! Gue cuma bawa satu buat siaga klo gue di kejar pak yanto !"

"Sialan gmn keluar nya bangsad !"

Hanya ada satu jalan keluar dan kini terhalang oleh pak tua yang sedang bertarung dengan junkyu. Jihoon dengan cepat menelisik ke segala arah mencari jalan keluar namun nihil, ruang bawah tanah ini hampir tak ada celah sedikit pun untuk kabur.

Di tengah pertempuran itu yedam datang dengan teleportasi nya memandang bengis jihoon dan yang lainnya, melihat bahwa mereka berhasil mendapat kan doyoung.

"YEDAM ! CEPAT AMBIL LUNA PUELLA !!" pekikan ayah nya langsung di tanggapi cepat oleh yedam. Pemuda itu berusaha menarik aerin yang langsung di cegah oleh jeongwoo. Pertarungan pun tak terhindarkan yedam dan sang ayah terus tak membiarkan mereka kabur bahkan selangkah pun.

Aerin duduk merangkul doyoung menyaksikan pertempuran itu dalam ketakutan. Junghwan berdiri tegap di depan nya mengantisipasi hal yang mungkin terjadi pada kedua nya.

"AYOK BANG HAJAR MEREKA ! TERUS BANG PUKUL TERUS JANGAN KASIH KENDOR !!" Pekik nya heboh.

Yedam dan sang ayah tak menyerah meski kalah jumlah. Empat banding dua. Mereka terus menyerang dengan sihir2 mereka yang hampir membuat ruang bawah tanah ini runtuh. Aerin menatap sekeliling. Tiang-tiang bergetar, Langit-langit mulai berjatuhan dikit demi sedikit, dan dinding yang mulai retak di mana-mana.

"Ruangan ini akan runtuh...." Ucap aerin pelan.

"Gk akan...."

"Hah ?!"

Itu doyoung, pemuda itu sudah sadar kan diri meski lukanya cukup parah. "DOYOUNG ?!". Doyoung tersenyum melihat gadis itu dan berbicara dengan suara parau nya "gue gapapa rin, yang penting kita keluar dari sini dulu. Junghwan !"

Yang dipanggil pun menengok ke belakang. "Bang doy ! Lo gapapa ?!"

"Gue gapapa, lo bisa hancurin kalung ini gk ? Sihir gue gk bisa keluar karena kalung ini..." Tangan nya menunjukkan kalung yang melingkar di leher nya. Junghwan pun memutuskan kalung itu dengan mudah seperti memutuskan benang dengan kekuatan serigala nya. Kini doyoung bisa bertelepati dengan semua nya.

"Semua nya mundur !"

"Doy ! Lo udah sadar !" Batin jihoon kala mendengar suara doyoung bertelepati di kepalanya

"Udah bang ! Semua nya mundur cepetan !"

"Kenapa ?!" Pekik jeongwoo.

"Gk usah banyak tanya cepet mundur, mana gue udah mau habis !"

Semua orang pun berangsur mundur merapat satu sama lain. Melihat itu membuat pria tua itu tertawa sebesar-besarnya namun tidak dengan yedam. " Kenapa ? Kalian takut ?"

"Bapak tau, terkadang menyerah itu penting loh pak"

"Sudah kuduga, guardian kecil seperti mu tak akan menang melawan ku !"

Junkyu lantas tertawa pelan. "Enggak, cuma kali ini kita gk cuman pake otot lawan nya tapi juga pake otak" ujar nya enteng.

"Apa maksudmu ??"

"Makanya pak, punya otak itu di pake sayang dianggurin mulu !" Jawab jihoon.

"SEKARANG DOY !"

doyoung pun melepaskan bola cahaya yang sedari tadi ia buat. Cahaya itu menelan junkyu dan yang lain nya sedangkan yedam dan ayah nya hanya menutup mata saking silau nya. Dan ketika sinar menyilaukan itu lenyap, mereka sudah berteleportasi ke tempat lain.

Misi penyelamatan doyoung berhasil.

------β€’------

5601 kata

Kek nya lama banget aku gk up y
Maap banget :""")
Jangan lupa vote dan comment y

ASTAGA GK KUAT MO NANGESS 😭😭
MANA HYUNSUK NYEBUT NAMA ASLI LAGI πŸ˜­πŸ˜­πŸ™βœ¨βœ¨

BαΊ‘n Δ‘ang đọc truyện trΓͺn: AzTruyen.Top