10. | 𝑻𝒉𝒆 𝑭𝒐𝒓𝒆𝒄𝒂𝒔𝒕


"akh... tempat ini lagi...." Ujar aerin.

Ia berjalan lurus menyusuri hutan mimpi yang selalu ia datangi begitu ia terlelap. Aerin berjalan dengan santai karena memang sudah hafal dengan arah kemana seharusnya ia pergi.

Ia akan menemukan tempat yang sama dengan yang ia kunjungi kemarin. Tepat di depan sana sudah terlihat altar dengan beberapa pilar berdiri seperti sebelumnya.

Aerin memasuki altar itu, memandangi berlian-berlian yang bersinar di tempat nya.
Beberapa berlian masih sama seperti kemarin-kemarin, tidak berkilau seperti berlian pada umumnya.

Ketika gadis itu masih asik melihat-lihat ia dikejutkan dengan berlian yang awal nya tidak berkilau tiba-tiba bersinar terang, dia telah mendapat kan sinarnya. Aerin menatap berlian itu heran.

Tangannya terulur untuk mengangkat berlian itu, menatap nya lekat-lekat dari dekat. Apa maksud nya ?

Ia mulai memikirkan kemungkinan yang dimaksud dari mimpi tidak jelas ini. Apakah dia benar-benar klan bulan karena itu ia mendapatkan mimpi ini terus-menerus ? Berlian apa ini ? apa maksudnya ?

Gadis itu menggaruk kepalanya frustasi.

-----β€’-----

Jihoon dan lainnya memandang aerin heran. Tidak biasanya gadis ini diam. Sedari masuk kelas gadis ini tak mengeluarkan sepatah kata apapun, membuat mereka takut sendiri.

"Kenapa dia ?" Tanya jihoon tanpa suara.

Junkyu sontak menggeleng ribut tanda tak tahu. Ia sedari tadi bingung harus bagaimana sebab aerin hanya menampakkan tatapan kosong nya.

"Rin ? Lo gak apa-apa ?" Tanya jeongwoo.

"Hah ?! Eh enggak kok"

"Noona masih mikirin yang kemaren ?" Tanya junghwan.

"Enggak wan"

"

Aerin menggaruk leher nya yang tak gatal dan membetulkan posisi duduk nya, bersiap menceritakan isi pikiran nya sedari tadi.

Ia menceritakan isi mimpi nya dari awal dia pertama kali mendapatkan mimpi itu hingga mimpi nya yang tadi malam ia dapatkan. Di tambah berlian yang awalnya tak berkilau sama sekali kini beberapa dari mereka mulai berkilau seperti yang seharusnya.

4 pemuda itu mendengar kan dengan seksama. Dan mereka pun termenung sendiri di akhir cerita aerin, ikut memikirkan nya juga.

"Kalo kata gue sih emang ada kaitannya sama kata yoshi kemaren" kata jihoon

"Idih sok tau lo, dukun lo bang ?" Semprot jeongwoo.

"Heh gini-gini otak gue lebih fungsi daripada junkyu ya"

"Gue lagi yang kena"

"Tapi emang kek nya ada hubungan nya gitu..." Kata junghwan

"Ada apaan nih ?" Itu jaehyuk, pemuda itu baru saja datang membawa gelas berisi es teh manis di tangan nya.

"Lagi gibahin mak yanti, ikut ?" Kata jihoon.

"Kuyy~~"

"Lo mah masalah gibah-gibah aja gercep kek emak-emak komplek" kata junkyu.

Jaehyuk tak menganggapi, ia hanya tersenyum manis menatap aerin yang salting sendiri di senyumin begitu. Dengan santai nya, pemuda berkacamata itu mendorong jeongwoo yang ada di samping nya untuk memberikan ruang untuk dia duduk.

"Asu" jeongwoo mendelik kesal.

"Heh, ngatain diri sendiri"

Jeongwoo sudah ancang-ancang melempar kan kotak tisu kearah pemuda itu namun urung.

Junkyu ingin kembali menceritakan perihal aerin dan mimpi-mimpi yang tidak jelas itu. Tapi aerin segera mencegahnya.

"Gapapa dia juga kek kita kok, mahluk immortal" kata jihoon sambil melahap bakso milik nya. Aerin sontak melotot tak percaya kala jaehyuk mengubah telinga nya mencari runcing ciri khas kaum elf.

Pemuda itu nampak bangga menunjukkan jati diri nya sebenarnya pada gadis itu yang kini malah bertepuk tangan. Sekarang aerin tau kenapa jaehyuk memiliki wajah setampan itu.

Jaehyuk cuman mangut-mangut kala junkyu menjelaskan mimpi aerin. "Kenapa lo gak tanya doyoung aja ?, Dia kan anak penyihir ternama pasti tau lah soal beginian" usul jaehyuk.

Aerin terdiam sejenak. Lantas gadis itu berdiri dari duduk nya. "Mau kemana lo ?" Tanya jeongwoo.

"Mau mencari doyoung"

"Kita ikut" ujar jihoon ikut berdiri. Junkyu menatap pemuda itu tak suka kala ia mengatakan kata 'kita'. Tanpa aba-aba pemuda kekar itu menggeret junkyu yang tak ingin meninggalkan seblak nya yang masih tersisa separuh dan menuju tempat keramat sekolah.

Atap.

Angin kencang menampar wajah mereka kala sampai di atas sana. Hampir seluruh kota seoul terlihat dari atas sini. "Itu !" junkyu menunjuk sebuah kaki yang terlihat di balik tembok.

Doyoung terkejut bukan main melihat keberadaan mereka yang tiba-tiba datang secara keroyokan, Pemuda itu sampai tersedak makanan nya karena terlalu terkejut. "Uhuk...kalian ngapain sih cok... Untung gk mati keselek gue..." ujar nya di sela batuk nya.

Doyoung semakin menekuk wajahnya kala tamu tak diundang itu malah duduk melingkar mengitarinya, Dia jadi seperti mau diinterogasi saja. Junghwan dengan santai nya mencomot kentang goreng yang merupakan makan siang nya.

"Ada apaan nih ? Dateng nya keroyokan gini"

"Kita mau nanya sama lo" kata jihoon. Doyoung menyerengit kan dahi nya bingung. Aerin pun kembali menceritakan mimpi nya secara rinci. Doyoung mendengarkan nya dengan seksama. Sesekali kening berkerut menandakan ia sedang mencerna kata-kata gadis itu.

Ditambah doyoung yang melongo kala mendengar para vampir yang buka-bukaan tentang identitas mereka yang sebenarnya.

"Yha.... Gk salah sih kata mereka"

"Maksud lo ?"

"Ya, aerin emang luna puella, gadis bulan yang dimaksud ramalan itu"

"Ramalan apa lagi ini...." Junkyu mendesah lelah. Doyoung menghela napas. Ia meraih jurnal tua nya yang sempat di curi jaehyuk waktu itu dan Ia bolak-balik halaman nya, mencari sesuatu yang dia maksud.

"Nah ini !"

Pemuda itu menunjukkan sebuah halaman dimana terdapat sobekan kertas bertuliskan simbol-simbol tak jelas yang tak dimengerti oleh mereka. Terdapat pula sebuah lambang klan yang tercetak hampir pudar karena di makan waktu disana.

"Ada ramalan yang mengatakan, kalo dunia immortal akan hancur dalam kegelapan abadi. Gak akan ada lagi kehidupan di sana. Semua itu karena ketamakan bangsa demon. Yang bisa ngehentiin itu semua tuh cuma klan bulan dan 12 ksatria nya.

Raja demon udah tau ramalan itu sebelum semua orang. Karena itu di bantailah seluruh klan bulan yang ada biar gk ada ngehalangin dia nanti. Beberapa tahun kemudian klan guardian, sadar kalau ada klan bulan yang tersisa. Dan klan bulan itu di namain 'luna puella' gadis bulan, atau orang yang bakal ngehentiin kehancuran immortal nanti.

Dan aerin lah orang yang di maksud"

Seluruh pasang mata menatap satu-satunya gadis disana. Aerin malah berkedip-kedip tak paham. "K-kenapa ? Kenapa aku ?"

"Klan bulan punya 1 ciri khas, aura mereka.
Mahluk immortal punya aura mereka sendiri-sendiri. Semuanya pasti punya aura baik dan buruk, merah, hitam atau biru sesuai diri mereka sendiri. Tapi klan bulan enggak, mereka punya aura yang berwarna putih. Selain itu aura mereka itu halus banget. Dan gue, liat aura itu dari lo rin" jelas Doyoung.

Aerin diam. Ia memikirkan perkataan doyoung, ia berpikir keras. Apa benar dia adalah klan bulan, salah satu mahluk immortal seperti mereka ?, Kenapa ibu nya tak pernah memberitahu diri nya ?, Apakah kematian orang tuanya ada sangkut pautnya dengan ini semua ?.

Kepalanya sakit memikirkan semua hal tidak masuk akal ini.

"Terus kenapa yedam sama anak-anak pindahan jepang itu sampe ngincar aerin juga, padahal mereka kan bukan demon ??"
Tanya jaehyuk.

"Klan bulan punya kekuatan di darah mereka bang, konon katanya siapapun yang minum darah mereka itu dapat kekuatan yang setara dengan klan bulan itu sendiri. Karena itu kalian harus jaga aerin bener-bener, karena pasti banyak yang ngincer dia sekarang...."

Aerin seketika merinding. Kalau begini ia bisa mati kapan saja. Jangan dulu, wishlist nya masih banyak ditambah dosa nya yang masih menggunung.

"Eh bentar, lo bilang tadi ksatria nya ?" Tanya jihoon.

Doyoung membuka halaman yang berbeda dari bukunya. Disana nampak sebuah gambar mosaik kaca dari sebuah bangunan. Mosaik itu membentuk sebuah sosok wanita dengan bulan purnama yang tepat ada di atas nya. Wanita itu tak sendiri, ada 12 sosok lagi di bawah nya, tak terlalu jelas.

Tapi yang pasti itu adalah ksatria yang dimaksud.

"Ksatria bulan, mereka itu orang-orang terpilih yang dipilih langsung sama Dewa bulan buat ngebantu luna puella ngegagalin kehancuran immortal"

"Seluruh dunia akan membeku di telan waktu. Sang hitam telah menang, maka kegelapan abadi akan menjadi penghakiman bagi seluruh mahluk yang ada.

Ia benar-benar tak pandang bulu, semuanya ia lahap dengan rakus nya. Hitam atau putih, semua nya tak luput dari penglihatan nya akan berubah menjadi laut merah yang sunyi. Hanya sang cahaya murni yang bisa menghentikannya."

Ramalan itu tertulis di bawah mosaik kaca itu, menggambarkan kehancuran immortal yang akan terjadi. Semua nya berfikir keras memahami isi ramalan yang hampir mirip dengan puisi itu.

Junkyu menjauh dari kerumunan itu, otak nya tak Sampai untuk di pakai berfikir sejauh itu.

"Apaan sih bangsat, gk ngerti gue" racau jeongwoo.

" 'Membeku' ? Jadi es gitu ?" Tanya junkyu.

" 'laut merah' ? Apasih anjir ?!" Jeongwoo mengacak rambutnya frustasi.

" 'sang hitam' itu... Demon ?" Kata junghwan.

"klo gitu 'cahaya' itu luna puella gitu ?" Tanya junkyu.

"Gue gk tau, tapi yg pasti, raja demon dah berhasil dapet kristal merah" kata doyoung.

Mereka semua yang ada disitu lantas terkejut terkecuali aerin yang tak tau apa-apa. "Dulu klan bulan nyiptain kristal biru dan raj demon nyiptain kristal merah untuk menjaga keseimbangan dunia immortal, karena itu bulan di dunia immortal itu warna nya ungu. Kristal biru itu melambangkan kebaikan dan kristal merah sebaliknya. Tapi raja demon berkhianat dan ingin menguasai immortal sepenuh nya. jadi..., kalo kristal merah sudah di ambil raja demon maka..."

"Ia punya rencana menghancurkan kristal biru" doyoung mengangguk kala jawaban junghwan tepat sasaran.

"Klo dia sampe dapet kristal biru tamat kita..." Kata jihoon sambil bersandar ke pagar pembatas yang ada di belakang nya.

Semua nya menunduk gelisah, memikirkan apa yang bisa mereka lakukan untuk mencegah bencana yang akan terjadi itu. Raja demon itu bukan lawan yang bisa di remehkan, perawakan nya yang kejam dan beribu rencana licik yang tersimpan rapi di kepalanya menjadi salah satu hal yang harus mereka waspadai.

Ditambah kekuatan nya yang tak main-main dan hampir setara dengan guardian. Mereka tak cukup kuat untuk melawannya. Kristal biru lah yang kini menjadi satu-satunya harapan mereka untuk menghentikan raja demon dan kehancuran dunia immortal.

Tangan junkyu mengepal erta menahan emosi nya. Para demon sialan itu, apakah tak cukup mereka membuat segal kekacauan yang ada sebelum ini. Hingga ia harus kehilangan sang kakak karena mereka.

Mereka itu punya otak atau tidak sih ?

Tapi mau bagaimana lagi. Mereka demon, di kepala mereka hanya ada nafsu, nafsu, nafsu, dan nafsu. Tak ada sedikit pun hati nurani dan kepedulian di sana. Mereka akan melakukan apapun untuk memenuhi keinginan mereka, bahkan membunuh sekalipun.

"Lalu kau ini ap doyoung ?" Tanya aerin memecah keheningan.

"Monyet" lalu Jaehyuk di tabok jihoon.

"Bukan begitu, kalau kak jihoon, jeongwoo dan junghwan kan werewolf, jaehyuk elf, junkyu guardian, lalu kau ...?"

Pemuda itu menjentikkan jari nya, memunculkan sebuah orb-orb merah kebiruan di tangannya. "Gue penyihir, yedam juga"

"Yedam ?, Bang yedam penjaga perpustakaan itu ?!" Astaga, ia tak tau ada berapa banyak mahluk immortal di sekolah nya ini. Doyoung mengangguk.

"Tapi, lo harus hati-hati sama kakak sepupu gue itu. Dia lebih kuat dari gue, dan gue rasa dia mulai ngincar lo juga sekarang"

Aerin meneguk ludah nya kasar.

Ia tak menyangka jika mara bahaya yang bisa mengancam nyawa nya ada tepat di depan matanya saat itu.

Bel masuk pun berbunyi nyaring. Doyoung yang mendengar itu pun membereskan kotak bekal nya dan berdiri hendak menuju kelas. Tapi dahi nya berkerut heran kala orang-orang yang ada disini malah tak beranjak satu senti pun dari tempat mereka.

"Udah bel masuk, gk denger lo pada ?"

"Denger elah, kita juga punya kuping. cuman mager aja, Habis ini pelajaran pak yanto. males gue, dia klo ngasih tugas gk ngotak soalnya" kata junkyu.

"Bolos aja kuy" lalu sedetik kemudian jihoon memukul pelan pundak lelaki itu.

"Bolas bolos bolas bolos, agak sesat tapi boleh lah kawan" kata jihoon sambil nyengir.

"Kalau gitu aku mau balik ke ke-"

"Eh ?! Jangan dong rin ! Mending lo bolos bareng kita aja ! Klo lo masuk kelas ntar kita ketauan klo bolos ! Gk setiakawan banget lo rin !" Pekik jeongwoo sambil menarik aerin yang hendak berdiri meninggalkan mereka.

"T-tapi-"

"Udahlah, bolos sekali gk bikin lo di DO dari sekolah kok santai aja".

Junghwan malah ikutan memegangi tangan aerin mencegahnya untuk pergi, pemuda itu hanya tersenyum kecil seolah setuju dengan ucapan hyung nya.

"Gue sih ngikut, pokoknya ada temen nya, biar klo di hukum gk gue doang yg kena." Kata jaehyuk santai.

"Ya udah gue gk tanggung jawab klo ketahuan y"

"Ih apaan ! Lo ngikut aja sini !" Kata jihoon sambil mencekal tangan doyoung.

"nggak ! Lagian gue gk bakal cepuin kalian ke pak yanto. Tenang aja"

"Gk ada jaminan buat lo biar gk cepu, jadi lo mending disini aja bareng kita ya" jihoon merangkul pemuda yang lebih kecil dari nya itu, melingkarkan bisep kekar nya di Leher doyoung yang sudah ketar-ketir karena senior nya itu. Ditambah senyuman penuh arti jihoon membuat nya meneguk ludah kasar.

"O-oke sekali aja ye...."

Mereka mulai berbincang banyak hal bersama, mulai dari yang penting sampai hal random yang berakhir baku hantam. Mereka tak sadar jika ada seseorang yang menatap seluruh kegiatan mereka dari balik dinding dengan tatapan penuh kebencian terutama pada doyoung yang kini mulai terbawa suasana dan ikut tertawa bersama mereka.

-----β€’-----

"dob !"

"Dobby !"

"DOB !"

Doyoung nyaris menjatuhkan nampan makan siang nya kala orang itu menepuk punggung keras. Untung saja ia sigap hingga ia tetap bisa makan siang hari ini. Ia menatap kesal orang yang memukul punggung nya.

"Apaan sih bang ! Gue timpuk pake nampan tau rasa lo ! Ngagetin orang aja. Lagian nama gue doyoung bukan dobby. Seenak jidat lo ganti-ganti nama anak orang"

Doyoung rasa hari ini adalah hari sial nya. Setelah diinterogasi oleh jihoon dkk kemarin dirinya harus membolos yang ternyata bu desi memberikan banyak pr untuk ia kerjakan yang berakhir ia bangun kesiangan. Pemuda bersurai merah itu mau tak mau harus pergi ke kantin untuk mengisi perut nya karena ia lupa membuat bekal sepeti yang biasa ia lakukan.

Ditambah ia malah harus bertemu dengan senior nya ini. Sial sekali.

Junkyu nyengir tanpa dosa. Lantas pemuda itu menatap heran nampan doyoung yang penuh dengan semangkuk bakso dan es jeruk. "Tumben lo gk bawa bekel ?"

"Lupa gue..., Semalem ngerjain pr sampe tengah malem trus molor. Untung aja gk telat masuk nya" junkyu mangut-mangut saja mendengar penjelasan pemuda itu.

Dahi junkyu berkerut bingung kala melihat doyoung yang celingukan, mengedarkan pandangan nya ke seluruh penjuru kantin.
Seolah mengerti apa yang pemuda itu cari, tanpa ba bi bu lagi, junkyu menggeret doyoung yang langsung sigap mempertahankan makan siang nya sebelum benda itu jatuh ke lantai.

Iya, ia sedang mencari bangku kosong tadi.
Tak mungkin juga ia harus bolak-balik naik tangga hanya untuk makan di atap.

Pegel bor.

Junkyu menyeruput es teh manis nya masih sambil menggeret doyoung yang sudah menyumpah serampahi sang senior di dalam hati karena kelakuan nya yang seenak jidat.

Tak disangka junkyu malah membawa pemuda itu ke teman-teman sepergaulannya. Doyoung sudah mulai memberontak, berusaha kabur tapi junkyu yang mengerti hal itu langsung menggeretnya lebih kuat dan mendudukkan nya tepat di sebelah jihoon yang memandang nya intens.

"Wah, ketemu lagi kita doy" kata jihoon sambil merangkul pemuda mungil itu dengan lengan kekar nya.

Serius, doyoung merinding sekarang.

Penyihir remaja itu hanya mengangguk kecil sebagai jawaban sambil tersenyum canggung khas dirinya. "H-halo bang"

"Gk usah kaku gitu kali, kek liat setan aja lo"

"Gmn gk kaku bang, tangan lo udah segede tiang belom ketambahan otot lo. Lo rangkul dia kek mau nyekek tau gk ?" Kata junghwan.

Doyoung sangat berterima kasih kepada junghwan karena setelah itu jihoon langsung melepaskan rangkulan nya.

"Tumben lo ke kantin, biasanya lo kan di atap bawa bekel" tanya jeongwoo

"Gk bikin gue, kesiangan bangun jadi buru-buru berangkat tadi. Tumben, Aerin mana ?"

"Lagi beli bakso ama si jaemet, palingan bentar lagi balik"

"YO WASSUP PARA BABU KU !" Pekik jaehyuk.

"Diem lo toa mesjid, rese amat baru dateng juga" sungut junkyu.

"Loh doyoung ? Tumben disini ?" Tanya aerin sambil meletakkan nampan nya.

"Gk bawa bekel dia, kesiangan" ujar jihoon.
Aerin pun hanya mangut-mangut.

"Jadi apa maksud lo bang, geret gue kesini ?"

"Ya gapapa, kesian gue liat lo kek anak ilang tadi"

Doyoung mendengus kesal dan memilih melahap makan siang nya. Keheningan melanda mereka sesaat karena fokus pada makanan masing-masing.

"Eh liat deh" jihoon mengajukan handphone nya yang tengah menampilkan artikel berita terbaru tentang penyerangan mahluk aneh di suatu tempat yang tak jauh dari sekolah mereka.

"Kayaknya mereka makin gencer ngincer aerin deh..." Kata jaehyuk.

Junkyu mengusap Lengan gadis itu yang seketika merinding. Jeongwoo dan junghwan menatap aerin was-was, mereka harus menjaga gadis itu lebih ketat mulai saat ini.

Jaehyuk geram melihat mahluk itu dengan seenak nya memporak-porandakan segala hal hanya untuk memenuhi nafsu mereka.
Itu artinya ramalan itu perlahan namun pasti akan terjadi. Raja demon sudah berani mengirimkan anak buah nya ke dunia manusia hanya demi mendapatkan aerin, sang gadis dari klan bulan terakhir.

Jeongwoo menyerengitkan kening nya kala aroma amis menguar di udara. Ia langsung mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin mencari sumber aroma tak sedap itu.

Ia berdecak kesal kala menemukan para klan vampir yang hanya lewat. Karena mereka tak mungkin makan disini, mereka tak bisa makan makanan manusia. Jaehyuk menatap sinis anak-anak pindahan jepang itu sedangkan junkyu sudah mencebik kesal sambil memalingkan wajah nya.

Aerin meneguk ludah nya kasar kala yoshi dan asahi menatap nya tajam. Ia pun memilih untuk menundukkan pandangan mya saja dari pada bertatapan dengan mereka.mengetahui hal itu, junghwan langsung merangkul pundak aerin posesif seolah berkata untuk tidak menyentuh gadis itu.

Aroma amis itu pun menghilang seiring sosok mereka yang menghilang di balik tembok. Junkyu langsung menghela napas besar diiringi umpatan-umpatan pelan.

"Dah gapapa nuna, mereka dah pergi"

Aerin pun mengangkat wajahnya dan mengusap dada nya lega. Doyoung mengunyah makanan nya sambil menatap aerin iba. Gadis itu sampai pucat karena ketakutan.

Tanpa berkata apapun, ia menggerakkan tangan nya menciptakan perisai sihir tak terlihat di sekitar aerin. Gadis itu malah terkejut sendiri melihat sesuatu yang tiba-tiba menyelimuti dirinya.

"Itu perisai buatan gue. Demon2 itu gk bakal bisa nembus perisai itu, termasuk vampir-vampir itu. Tapi cuman berlaku 3 hari aja. Besok klo udah habis gue buatin lagi."

"Terima kasih banyak doyoung !" Ujar aerin senang. Doyoung hanya tersenyum tipis tapi urung begitu junkyu menampol wajah nya dengan botol saos.

"Nyengir lo jomblo"

"Ngaca lah bang, dah mau lulus masih jomblo, gk laku lo ?"

Jeongwoo langsung berteriak heboh dengan jaehyuk yang memukul-mukul meja brutal sedangkan junkyu sudah berwajah masam dan siap ancang-ancang melempar 2 pemuda itu dengan mangkok.

"WOOOO !! Bang Doyoung savage, bang ajun skakmat ! Hahaha-ADOH !"

"Diem lo pantat panci, nafas lo bau azab !"

"Heh diem bangsat ! Kita udah di pelotoin satu kantin tau gk ?!"

"Gk kenal, bukan abang gue, bukan abang gue..." Gumam junghwan.

"Enak aja, orang gue cakep begini dibilang gk laku"

"Kan kenyataan jun" timpal jihoon.

"Heh lu jangan ikutan panda ! Gk tau aja lo klo banyak yg ngantri naksir ama gue"

"Iya noh, bu siti ibuk kantin noh" jaehyuk menunjuk ibu kantin yang masih sibuk dengan dagunya.

Junkyu menghela napas kasar. Sambil mempout kan bibir nya, ia memilih untuk meneguk es teh nya yg tinggal setengah itu dan menghiraukan ocehan kawan-kawan nya.

"Sabar y bang.... . Iya gue tau kok banyak yg naksir lo" kata doyoung.

"Tuhkan doyoung aja tau-"

"Emang siapa ?" Tanya jihoon.

"Mamang asep"

Park bersaudara beserta jaehyuk langsung tertawa terpingkal-pingkal sedangkan junkyu yang sudah menjambaki rambut doyoung untuk meluap kan emosi nya ketika dirinya yg tampan bak model ini di makcomblangkan dengan cleaning service sekolah yg agak....feminim itu.

Mereka bersenda gurau seolah kantin hanya milik mereka berempat tanpa mengetahui. Seseorang mengawasi mereka dari balik dinding.

Dia menatap sinis penyihir muda bersurai merah itu seolah ingin menghabisi nya sekarang juga. Tangan nya terkepal erat menunjukkan emosi yang ia tahan sedari tadi.

"Dia udah kelewat batas"

3185 Kata

TEU-HAA !!!
berapa lama ini buku gw anggurin...
Semoga suka sama part ini y~~
TEU-BAA !!!

BαΊ‘n Δ‘ang đọc truyện trΓͺn: AzTruyen.Top