๐ฐ. ๐ณ๐ ๐ฑ๐๐๐ ๐๐ ๐ ๐๐ ๐นรช๐๐๐
Setiap negara dengan literatur tinggi punya cara sendiri menyatakan cinta pandang pertama. Seperti hitomebore dalam sastra Jepang, dan love at first sight dalam sastra Inggris. Namun, Perancis punya cara sendiri untuk menyatakannya ... "Coup de foudre," gumam bocah cilik pada awal musim semi. Selayak perasaannya kepada gadis remaja yang baru saja ia temui.
Ucapan itu mengartikan bahwa perasaannya bagai 'disambar petir', gugup tak karuan. Begitu indah, kan, bahasa puisi di Perancis? Sayangnya, terlalu tabu untuk diucapkan oleh seseorang berusia 10 tahun. Namun, binar pada matanya tidak bisa berbohong. Ia mengagumi bagaimana cara sang gadis melakukan sulap sederhana memukaukan penonton.
Saat itu sedang ada acara amal di Panti Asuhan Le Jardin des Rรชves, serentak dengan perpisahan anak-anak yang hendak diadopsi. Mereka menangis, tidak mau berpisah dengan Ibu Asuh dan teman-teman. Sebagai pelipur duka, seorang gadis dengan riang hati maju di podium sebelum pidato berakhir.
Ia melakukan beberapa atraksi menarik. Pada trik kesekian, sepotong kain perca ditarik dari topi sulap. Semakin lama, semakin memanjang---terikat pada sebuah coklat yang keluar berikutnya, sehingga tampaklah indah dengan simpul pinta merah muda nan cantik. Kemudian, gadis itu datang menghampirinya. "Untukmu. Cokelat tidak harus diberikan pada Hari Valentine, bukan?"
Saat itulah bocah lelaki langsung jatuh cinta ... ia sangat menyukai cokelat, dan menyambut baik hadiah Pesulap itu. Tampaklah deret gigi-gigi berlubang kehitamannya saat menyengir senang, membuat sang gadis mendelik, "Hei, ternyata kau sudah banyak makan cokelat! Gigimu akan bertambah ompong tiga."
Gonzague mengerucutkan bibir. "Kau tahu? Orang tuaku selalu marah saat aku makan cokelat. Tapi karena kau menghadiahiku, aku jadi menyukaimu, Kak," ungkapnya dari bawah panggung dengan disaksikan oleh para anak-anak. Reaksi mereka tentu saja mengejek.
Sang gadis menyertai ramai suara tawa dengan terpingkal. Ia membungkuk sedikit untuk menyamai tinggi badan dengannya. "Dan apa kau tahu? Gadis remaja sepertiku akan jatuh cinta kepada pria mapan, bukan bocah cilik sepertimu."
Lucu benar perkataan tersebut. Padahal saat itu mereka terpaut lima tahun, dan sama-sama tidak mengerti sudut pandang orang dewasa. Kesal karena dibercandai, si bocah mulai menyombongkan diri. "Apa hebatnya mereka? Lebih keren lagi ayahku, donatur di Le Jardin des Rรชves."
"Nah, itulah perbedaannya. Pria mapan tidak menggunakan popularitas orang tua." Pungkasnya, kontras lengkungan hangat di bibir yang terus merekah, tetapi memudar seketika lonceng Panti Asuhan mulai bergerincing. Sebab gadis yang bahkan belum sempat berkenalan dengannya itu segera berpamitan.
Yang pasti, ada dua hal tertinggal di sana ... topi sang pesulap dan fakta bahwa mereka tidak pernah bertemu lagi. Demikian. Cinta pertamanya adalah gadis acak yang ditemui di jalan. Sedikit miris, tetapi pertemuan itu membawa menuju kenangan tak terlupakan pada usia yang kini tampak sepantaran gadis itu saat di masa lalu; tepat ketika ia lulus dari Collรจge---Sekolah Menengah Pertama.
Jika bertemu lagi, Gonzague akan mengatakan bahwa sudah tidak menyukai manis cokelat yang akan membuatnya sakit gigi. Ia kini tertarik pada sulap. Bukan sekadar sebab gadis itu, tetapi cara mereka menghibur orang banyak melalui spektrum misterius dan luar biasa.
Kini, sejak perpisahan sekolah berlalu, pikiran lelaki itu gamang---bernostalgia pada masa kanak-kanak nan ceria, sedang sekarang dilanda dilema akan melanjutkan sekolah ke mana. Lantas, sorot matanya melamuni sebuah tiket pertunjukan sulap hadiah kelulusan dari orang tua. Gonzague pun memutuskan ke sana, barangkali sepulang acara jadi memiliki inspirasi ciamik tentang plan masa depan.
Pameran itu sendiri digalang untuk sumbangan bagi para penyintas. Tidak heran ketika memasuki area setapak, ia disambut hilir mudik orang asing. Tenda Pameran memang tidaklah begitu jauh, tepat di tengah alun-alun dekat Le Jardin des Rรชves. Panti Asuhan itu kini beralih fungsi menjadi gereja yang diramaikan oleh para orkestra dengan musik-musik seriosa rohaniah.
Ia masih sedikit sedih kehilangan teman-teman panti, bagaimanapun juga masa kanak-kanaknya hidup di sana. Meski terkadang masih menyempatkan berkunjung, dan mengenal beberapa anak gereja. Di pameran ini, mereka juga menyumbangkan suara merdunya sebagai pembuka pertunjukan.
Saat lantunan musik selesai, anak-anak orkestra mulai turun dan melebur bersama penonton lain. Salah satu dari mereka yang masih tampak mondar-mandir berhenti ketika melihatnya berada di sana, dan dengan wajah canggung menyapa, "Oh h-hai, Gon! Aku sudah menduga kau datang ke sini."
Gonzague tertawa. "Ya, itu sudah pasti." Kemudian, ia berdesis tepat di telinga pemuda itu. "Tidak perlu basa-basi. Aku tahu kau tidak punya tempat duduk, kan?" terkanya yang hanya dibalas dengan anggukan pelan.
Gonzague juga tidak mendebat lagi. Ekor matanya kini beralih pada gadis remaja yang duduk di sebelah. "Sลur, kursi ini ditempati teman saya. Sebelumnya dia ke panggung untuk bernyanyi," ungkapnya tidak lupa dengan mimik meminta maaf.
(Sลur: Saudara perempuan)
"B-benar begitu? Aku pikir deret terakhir kosong untuk pengunjung asing." Pipi gadis itu tampak bersemu, sementara kepalanya tertunduk jengah. "Baiklah, aku pamit." Tanpa menunggu jawaban, ia segera melengos pergi.
Gonzague tersenyum jenaka. Sementara pemuda itu jadi taknyaman. "Kau berbohong, Gon. Apa tidak masalah?" Ia ragu-ragu duduk di kursi, ketika melihat dari kejauhan gelagat sang gadis tampak bingung menanyakan sesuatu kepada Petugas Keamanan.
"Sudah, mereka tidak akan sadar. Itu sama seperti sulap mentalist. Membuat sesuatu yang tidak ada, menjadi ada melalui sedikit manipulasi," sangkalnya dengan enteng, lantas hanya dibalas dengan dengkusan kasar oleh sang empu.
Namanya Leรณnard Dupont, salah satu teman kecil Gonzague yang masih bertahan setelah Panti Asuhan digusur. Ia bahkan tetap mendedikasikan diri pada gereja. Baginya, bukan karena tempat ini sudah beralih fungsi harus terlupakan, justru esensi Le Jardin des Rรชves akan selalu ada bagi setiap jiwa anak-anak.
Leรณn memang loyal dan tidak enakan, kontradiksi dengan Gonzague yang lebih aktif memperjuangkan pendapat. Ketika kelakar keduanya terdengar oleh penonton di samping kiri, ia tahu bahwa mereka sangat 'licik' dan hanya tersenyum meremehkan.
Dalam hangat dan gelanyut autentik Tenda Pameran, lampion-lampion yang tadinya berkilau kini dipadamkan. Hanya bias cahaya dari panggung tampak menyoroti kedatangan sang pesulap. Serta-merta sebuah akuarium berukuran besar dibawa oleh kru pembantu.
Kini, suara pesulap menggema seantero ruangan, "Aku ingin menciptakan sulap luar biasa di awal pertunjukan. Tapi untuk melakukannya butuh tiga orang." Ia terdiam sejenak, kemudian beralih melepaskan topinya. "Topi sulap inilah yang akan membawanya kepadaku."
Para penonton menatap langit-langit atap sambil bersorak-sorai, mereka mengacungkan kedua tangan untuk menangkap topi Pesulap yang terhempas di udara. Lalu, seperti suatu keberuntungan tengah tertuju padanya ... Gonzague berhasil menangkap topi sulap yang nyaris mustahil untuk digapai pada deretan kursi keenam.
Ia berjingkrak girang saat seluruh lampu seketika menyoroti. Leรณn lantas menyenggol bahunya. "Kau yakin akan berpartisipasi?" tanyanya seraya mengarahkan ekor mata ke arah para penonton, atensi mereka kini teralihkan kepada keduanya.
Gonzague meneguk saliva dalam ketika ditatap sedemikian rupa. Lantas berandai-andai untuk meyakinkan diri. "Siapa yang tahu? Mungkin karier seniku akan dimulai dari sini."
Seorang lelaki di samping dua sekawan itu menguap sesekali, merasa bosan kala mendengar pembicaraan hambar keduanya. Ia lantas beranjak dari tempat duduk, tetapi berhenti seketika merasa tiada langkah menyusulinya. "Ayo!"
"Huh?!" Keduanya mengernyit heran. Pasalnya sedari tadi lelaki itu mengantuk, dan mungkin sekarang tengah tidur berjalan sambil mengigau.
"Tunggu apa lagi?" Lelaki berperawakan Asia Tenggara dengan kulit kuning langsat itu menelengkan kepala dari beberapa deret kursi. Mata kantuknya menatap jenuh dua sekawan. "Dia butuh tiga orang, kan? Lagi pula topi sulap ini bukan hanya mengarah pada kalian, tapi 'kita'."
Bukan dirinya jika tidak cepat mengambil putusan. Keduanya pun menyusuli lelaki Asia. Mereka disambut dengan tepuk tangan dan sorak-sorai penonton. Ketika tiba di sana, topi itu segera dikembalikan, dan sang pesulap menerima dengan ramah seraya berdesis, "Mari kita mulai ...."
Ia ditempatkan memegang tongkat baseball untuk memecah akuarium saat atraksi selesai pada tenggat yang sudah ditentukan, sementara Leรณn masuk ke sana. Air di dalamnya akan terus terisi seiring waktu berlalu, dan lelaki Asia menjadi satu-satunya asisten dengan pekerjaan paling membosankan---menghitung menit.
Pada sisi lain, Pesulap dirantai di tiang pasak dekat akuarium, kemudian harus membebaskan diri dalam menit tertentu. Barulah menyelam untuk menyelamatkan Leรณn yang berada di bawah sana. Seiring berjalan waktu, Pesulap tampak kesulitan melepas jerat. Namun, cukup wajar karena pertunjukan terhitung masih di paruh perdua.
Atmosfer menjadi menegangkan ketika air dalam akuarium melonjak naik seketika, sementara Leรณn benar-benar tampak pucat. Menyadari situasi tidak kondusif, Gonzague membuat keputusan paling gegabah dan pertama kali sepanjang atraksi yang diikuti. Yaitu, menghancurkan pertunjukan sulap ini.
"Leรณn, kau bisa mendengarku?!Bertahanlah!" katanya, kendati tak mendapat sahutan dari tubuh lemah Leรณn. Ia mulai memukul keras kaca akuarium. Celaka! Permukaannya begitu kuat. Justru membuat genggam lebam kemerahan.
Sementara di seberang sana suara sorakan membanjiri. Gamang, Gonzague bahkan tak tahu sorakan itu adalah penghinaan pada dirinya yang menghancurkan atraksi, atau pada Pesulap sebab baru sempat melakukan pendaratan sekarang.
Tidak habis akal, lelaki Asia sepakat membantunya memasuki akuarium nan tinggi. Nahas, yang terjadi kemudian ketiganya terjebak di sana ... sementara dari balik kaca, Gonzague menangkap suatu kalimat dalam gerak rumit bibir sang pesulap. Saat itu juga ia tahu, "Kita terjebak!" batinya yang terlambat mengerti.
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: AzTruyen.Top