โœฏ ๐‘ƒ๐‘Ÿ๐‘œ๐‘™๐‘œ๐‘”๐‘ข๐‘’ : ๐‘Š๐‘’๐‘–๐‘Ÿ๐‘‘ ๐‘ค๐‘œ๐‘Ÿ๐‘™๐‘‘ โœฏ

| ๐™ƒ๐™–๐™ฅ๐™ฅ๐™ฎ ๐™๐™š๐™–๐™™๐™ž๐™ฃ๐™œ |





Apa yang gadis itu temukan adalah kegelapan, setelah ia mengapai tangan misterius yang terulur padanya ia dibawa berseluncur ke dalam gelapnya lautan. Dia dibawa terombang ambing tanpa tahu harus berbuat apa.

'Apa ini akhir untukku?'

Gadis itu hanya bisa pasrah, tak lagi mau memahami takdir apa yang tengah menantinya. Apa yang ia yakini takdir tak lebih dari bercandaan semesta, gadis itu tak pernah mau percaya pada tulisan takdir. Penuh kebohongan.

"Wake up dear"

"I know you can do it, wake up my child"

Ah, suara yang sama dengan suara yang menuntunnya dalam kegelapan, suara yang menggelitik hatinya untuk lebih percaya pada dirinya sendiri.

Apakah ini perasaan saat kau punya seseorang yang peduli denganmu?

Lupakan.

Ia bahkan tak bisa mengingat dengan jelas siapa dirinya, bagaimana ia bisa mengenal sosok lain jika ia tak bisa mengenali dirinya sendiri? Lucu sekali.

"No problem dear, wake up dear. New adventure waiting for you"

Suara lembut seakan meluruhkan semua keraguannya membuatnya merilekskan pikiran untuk menghadapi pahitnya kenyataan.

Perlahan lahan kelopak mata itu terbuka menampakkan iris yang berkilau layaknya permata, gadis itu menatap heran kegelapan yang melingkupinya.

Bukan hanya itu gadis itu juga merasa luas tempat yang memerangkapnya sangat sempit hampir seukuran coffin, membuat gadis itu panik.

"Kelihatannya para dewi tak berpihak padaku, tidak pernah ada orang sesial aku di dunia ini" gumam gadis itu dengan wajah kesal, tak peduli berapa banyak cara gadis itu gunakan namun coffin itu sama sekali tak bergerak.

Gadis itu menghela napas dan hanya bisa tertawa putus asa, ada kemungkinan ia sudah di kubur dan satu satunya yang menunggunya adalah kematian yang tragis.

"Betapa mengenaskan hidupku ini" keluh gadis itu, belum lama ia keluar dari cengkraman lautan kegelapan dan cengkraman cermin yang menggerikan dan kini ia harus menerima kenyataan pahit jika ia telah di kubur hidup hidup.

Benar benar takdir yang indah.

*Clack!*

"Eh?"

Mata gadis itu berkedip bingung.

*Clack! Clack! Clack! Clack!*

Suara bising itu terus terulang disusul suara seseorang (?) yang tampak kesulitan membuka tutup coffin yang gadis itu tempati.

"Sial, orang orang akan datang. Aku harus menemukan seragam untuk sementara waktu.."

'Akhirnya, terimakasih Athena aku tidak akan menemuimu dulu'

"Grrr! Penutupnya sangat berat, benar benar membuang waktu. Kalau begitu waktunya menggunakan jurus spesialku. Guwaahuh!~~~~~~ Nah!"

Jantung gadis itu hampir keluar dari rongganya saat ia melihat kobaran api biru menghempaskan tutup depan coffin tempat gadis itu berada.

Melihat penghalang coffin menghilang gadis itu segera keluar dari kotak bahkan tidak menunggu api biru itu padam karena instingnya yang mengatakan pemilik api itu adalah orang yang berbahaya.

"Oke, oke. Saatnya..."

Matanya melebar saat melihat penghuni coffin telah terbangun dan tengah berbalik menatapnya.

Gadis itu tertegun, ia belum pernah melihat racoon yang bisa berbicara. Walau ia bisa berkomunikasi dengan binatang tapi ia tak pernah melihat hewan yang bisa berbicara dengan lancar menggunakan bahasa manusia, entah kenapa ia tak menemukan hal ini aneh.

Keajaiban macam apa yang bisa membuat hewan berbicara layaknya manusia? Apakah mungkin setelah ini orang orang tak akan melemparinya dengan batu jika ia berbincang dengan hewan lagi?.

Ada kebahagiaan samar bagi gadis itu yang membuat gadis itu mengulas senyum lembut, gadis itu menemukan racoon itu sangat imut.

Gadis itu tak bisa memastikan itu racoon atau kucing atau mungkin persilangan? Entahlah gadis itu tak mengerti tapi penampilannya cukup unik dan lucu. Hewan itu mempunyai bulu berwarna grey dengan bercak putih di bagian dadanya, paw lucu yang berwarna pink, ekornya yang berbentuk seperti garpu rumput, lengkungan dengan strip hitam putih disekeliling lehernya, dan mata yang mencolok dan electric yang berwarna biru, senada dengan warna api yang berkobar di telingannya.

Jujur gadis bersurai [Hair Color] harus menahan rasa gemasnya agar bisa mengendalikan tangannya yang gemas ingin mengusap bulu racoon yang masih syok menatapnya.

"WHAAAAAAA!!! KENAPA KAU TERBANGUN?!!!" teriak racoon itu terkejut membuat gadis itu hanya bisa terkekeh.

"Tak pernah terbayang di hidupku aku akan berbicara dengan seekor racoon, dan um dimana kita berada??" tanya gadis itu setelah ia menemukan bangunan yang asing diingatannya.

"APA YANG KAU MAKSUD DENGAN RACOON YANG BISA BERBICARAA?!!! AKU ADALAH GRIM YANG AGUNG!!! Baiklah, terserah apa katamu. Hey manusia! Cepat berikan pakaian yang kau kenakan itu!!!" pekik racoon itu sembari menunjuk ke arah sang gadis.

Racoon itu segera menenangkan dirinya lalu menyeringai sembari menatap gadis yang hanya menatapnya keheranan, gadis itu segera meraba pakaian yang ia kenakan termasuk tudung yang menutupi kepalanya.

Gadis itu menatap pakaian yang saat ini ia kenakan, ia tengah mengenakan jubah berwarna hitam dengan perpaduan ungu yang berhiaskan ornamen berwarna emas dan corak berbentuk kunci. Alis gadis itu mengeryit kebingungan, namun dengan cepat gadis itu meraba kalung dan anting miliknya. Ia menghela napas lega saat menemukan bahwa kedua barang yang berharga itu masih melekat di tubuhnya.

Walau kebingungan gadis itu tak bisa banyak bertanya dan berusaha menenangkan pikiran dan hatinya agar bisa berpikir rasional.

"Atau.. aku akan memanggangmu hidup hidup" ancam racoon itu sembari menyiapkan api biru yang berkobar di ekornya.

"Apa?! Tunggu sebentar!!!"

Racoon itu tak menghiraukan apa yang gadis itu katakan dan mulai melempar kobaran ke arah gadis itu, seakan tak punya pilihan gadis itu menurunkan tudung guna menutup wajahnya lalu melompati tutup coffin yang berada tak jauh darinya.

Gadis itu bergegas berlari menuju satu satu akses keluar di ruangan itu dengan sekuat tenaga, sebuah keuntungan stamina gadis itu bukan kaleng kaleng atau mungkin dia akan jadi manusia bakar. Gadis itu bisa mendengar pekikan geram Grim di belakang namun seakan tak ada waktu untuk menoleh gadis bertudung itu terus menatap kedepan dan berlari meninggalkan Grim yang terobsesi yang jubah yang ia kenakan.

Ia bahkan tak memperhatikan empat sosok dengan jubah yang sama dengannya tengah memperhatikannya dari kejauhan, salah satu dari mereka ingin menolong namun yang lain melarangnya ikut campur.

Napas gadis itu tercekat saat ia melihat percikan api disamping kakinya, namun raut takutnya berganti kebingungan saat ia tak merasa panasnya api yang mungkin sudah menjilat kakinya. Seakan ada yang menahan api itu menyentuh dan menyakitinya, namun tak banyak yang bisa gadis itu pikirkan selain melarikan dari Grim yang semakin menggila.

Gadis itu mempercepat laju larinya, gadis itu menangkap pandangan sekilas pada koridor, ruang kelas, bahkan halaman yang gadis itu yakini adalah sekolah yang luasnya setara dengan museum di Italia yang pernah gadis itu kunjungi.

'Apa ini sekolah? Atau istana para bangsawan? Tak heran bangunan ini begitu megah dan luas' batin gadis yang terus meneliti sekelilingnya dengan pandangan meneliti.

Walau tak mengenal tempat ia berada gadis itu tak ingin melewatkan setiap seluk beluk bangunan yang kini ia gunakan untuk bermain kejar kejaran hidup dan mati, setelah aksi kejar kejar panjang gadis itu akhirnya terjebak di tempat yang sembilan puluh persen adalah perpustakaan dengan berbagai buku berterbangan dan apesnya tidak ada jalan keluar agar gadis itu melarikan dari racoon yang tengah mengejarnya.

Gadis itu hanya meneguk ludahnya saat merasa racoon itu berada tepat di belakangnya tepatnya lima meter dari tempatnya berdiri, racoon berdiri di pintu perpustakaan dengan seringai puas miliknya seakan bangga dengan pencapaiannya bisa memenjarakan gadis malang itu.

Gadis itu hanya memiliki tiga pilihan yaitu melawan racoon itu walau tak memiliki kekuatan dan kemungkinan terpanggang hidup hidup atau kabur dengan mengulur waktu atau mungkin menemukan cara untuk kabur dari kenyataan dengan bangun dari mimpinya ini.

"Apa kau pikir kau bisa kabur dari indra penciumanku ini manusia?! Manusia bodoh! Jika kau tak ingin ku panggang hidup hidup, akan lebih baik jika kau--- Buwaahhh !? Ow !! Ada apa dengan tali ini ?!!"

Sebelum ia sempat melemparkan api biru kebanggannya ia lebih dulu ditangkap dengan cambuk yang entah datang dari mana, membuat menggeram bersamaan dengan api biru membara yang hampir memanggang gadis itu padam.

Gadis itu segera merapikan penampilannya agar pria dihadapannya tak mencurigainya, beberapa kali juga menghirup oksigen untuk mengisi paru paru yang kelelahan dengan adrenalin yang mengerikan.

Gadis itu mendongak untuk melihat sosok yang menyelamatkan nyawanya, pria itu tengah memegang racoon itu dengan tatapan terganggu yang tampak jelas di wajahnya.

"Ini bukan sembarang cambuk, tapi adalah lash of love" ucap pria itu dengan nada tidak terima, gadis itu merasa pria di depannya akan menjadi sumber masalah dan pria yang aneh.

Sosok yang menyelamatkannya adalah pria yang cukup tinggi dengan rambut berwarna black wavy pendek dengan telinga yang runcing membuat gadis itu membandingkannya dengan telinganya sendiri.

'Apakah dia elf?'

Wajah pria itu tersembunyi dibawah paruh gagak yang berbentuk menyerupai topeng, walaupun begitu gadis itu bisa menyaksikan mata kuning keemasan yang menatap kearahnya. Pria itu mengenakan coat hitam panjang yang elegan dengan perpaduan bulu disekitar kerah birunya, setelan suit dengan berbagai aksesoris yang melengkapi penampilan seperti sarung tangan hitam, cincin cakar emas yang melingkari jarinya, kunci emas bahkan cermin kecil yang melengkapi penampilan mencolok pria itu.

Gadis itu terdiam merasa suara pria itu tampak... begitu familiar di ingatannya, namun gadis itu tak bisa mengatakan kapan dan dimana ia melihatnya. Pria itu kemudian beralih menatap gadis yang berada didepannya dan memarahinya.

"Ah, aku menemukan orang terakhir. Apa kau salah satu murid baru? Kau tidak boleh melakukan hal seperti ini lagi. Meninggalkan gerbang atas keinginanmu sendiri!! Bukan hanya itu, kau bahkan belum menjinakkan familiar milikmu dan membuat kekacauan yang melanggar peraturan sekolah"

Gadis itu terdiam, sejenak otaknya tengah memproses informasi yang ia dapatkan dengan cuma cuma.

Gerbang.

Familiar.

Murid baru.

Sungguh informasi yang mendebarkan, gadis itu tak bisa berkata kata dan hanya bisa menyimpan semua teori dalam kepalanya dan diam diam mendengar ocehan pria itu.

"Biarkan aku pergi!! Aku bukan familiar manusia lemah itu!!" protes racoon itu dengan nada kesal, gadis diam diam menyetujui apa yang racoon itu katakan.

"Tentu, tentu. Yang suka memberontak dan menentang memang suka mengatakan hal yang serupa. Bisakah kau diam sebentar, aku tak ingin mendengarkan ocehan familiar sepertimu"

"Mmmmmmghmmmmmm"

Pria itu menutup mulut berisik racoon itu sebelum menghela napas.

"My goodness, belum pernah terjadi sebelumnya seorang murid baru meninggalkan gerbang dengan keinginannya sendiri. Ughhhh, betapa tidak sabarannya dirimu ini? Upacara masuk sudah berlangsung, kita harus bergegas menuju Hall of Mirrors"

Kebingungan tercetak nyata di wajah gadis itu, namun bukan untuk menyanggah tuduhan yang pria itu tuduhkan padanya namun pikiran gadis itu hanya fokus dalam dua hal.

"Murid baru? Gerbang?"

"Itu adalah ruangan tempat kau bangun dengan banyak pintu. Semua murid yang berharap bisa memasuki academy ini harus lulus dari salah satu pintu yang tersedia di situ. Normalnya setiap murid hanya terbangun saat pintu dibuka dengan kunci spesial tapi..."

"Tapi racoon itu menghempaskan penutup, menyerangku lalu aku harus berlari untuk menyelamatkan nyawaku"

Pria itu mengangguk lalu menatap tajam Grim, yang masih dengan penuh semangat meronta ronta untuk melepaskan diri dari jeratan cambuk yang terasa menyakitkan.

"Jadi pada akhirnya pelaku kekacauan ini adalah kucing-racoon familiar ini. Jika kau ingin membawanya, kau harus bertanggung jawab dan menjaganya dengan baik"

Pria itu berhenti lalu mendongak, seakan mengingat ingat hal penting apa yang pria itu lupakan, lalu mengulurkan tangannya ke arah gadis dan seakan memintanya menerima uluran tangannya.

"... Oh my!! Saat ini bukan saatnya untuk bertele tele. Upacara masuk akan segera berakhir, ayo bergerak lebih cepat aku akan membantumu menuju kesana"

"Tunggu!.. Hanya saja.. Dimana aku? D-Dan siapa kau?"

Pertanyaan gadis itu mengundang jawaban terkejut pria yang kini menatapnya tak percaya, gadis itu hanya bisa meruntukki sifatnya yang bodoh.

"Apa ini?? Apa kau masih linglung? Kelihatannya sihir teleportasi sudah membuatmu kebingungan.."

'Sihir teleportasi? Betapa aneh, bukankah abad penyihir sudah berlalu dan masyarakat mulai mempercayai teknologi dan sains untuk semua hal hal logis? Bagaimana bisa sihir teleportasi masih nyata? Seingatku sihir yang terkenal hanya sejenis santet, pesugihan, penglaris, susuk dan guna guna. Sejak kapan masyrakat mengenal sihir teleportasi? Dukun mana yang menemukan sihir ini?'

Walau pikirannya kalut dan berusaha memerangi pikiran aneh lain dan mempertahankan kerasionalan pikirannya, gadis itu tak berani menyuarakan apa yang ia pikirkan.

"Baiklah, tak apa. Hal ini sering terjadi"

"Aku akan memberikan penjelasan selama perjalanan kita kesana, karena aku baik hati"

Walau enggan, gadis itu menerima uluran tangan pria itu dan keduanya berjalan beriringan meninggalkan perpustakaan menuju halaman. Manik [Eyes Color] dari balik tudung tengah mengagumi keindahan arsitektur bangunan, gayanya seperti kastil yang ada di film film fantasi.

"Ini adalah 'Night Raven College'. Bagi para penyihir muda yang diberkahi dengan bakat unik dalam sihir dari seluruh dunia, sekolah ini adalah academy sihir paling bergengsi di Twisted Wonderland. Dan aku adalah kepala sekolah, yang diberi tanggung jawab untuk merawat academy ini atas usulan ketua dewan, Dire Crowley"

"Hanya para penyihir yang dirasa pantas oleh Dark Mirror yang bisa berpartisipasi ke academy ini. Yang tepilih menggunakan gerbang dan mereka yang terpanggil dari seluruh dunia. Sebuah kereta hitam akan membawa gerbang yang akan menemuimu"

Saat ia membicarakan perihal kereta hitam, sebuah ingatan samar terbesit dalam kepalanya. Membuat gadis itu terkejut lalu tertegun namun Crowley tak menyadarinya karena wajah gadis itu yang tertutup tudung.

"Ya... Aku ingat kereta... dan kuda... Apa aku bisa memanggilnya begitu?"

"Apa kau baik baik saja?"

Gadis itu mengangguk, "Ingatanku hanya sedikit buram" ungkapnya.

"Kereta hitam pergi untuk menyambut para murid baru yang dipilih Dark Mirror. Mereka adalah kereta spesial yang membawa pintu menuju academy. Hal ini diputuskan sejak lama jika kereta digunakan untuk menyambut orang orang pada hari yang spesial"

"Bukankah sedikit aneh jika seseorang dengan senang hati menyerahkan diri mereka dibawa sebuah kereta asing dan kuda yang aneh dan berada di dalam coffin?" ungkap gadis itu dengan nada bertanya.

'Apa semua orang yang ada disini adalah orang aneh?'

"Kau adalah orang pertama yang mengeluhkan hal ini, aku pikir tradisi lama ini tak lagi menyenangkan anak anak muda saat ini"

'Sudah ku duga sekolah ini adalah kumpulan orang orang aneh, bagaimana bisa mereka setenang itu menghadapi kereta aneh yang membawa mereka dan tidak mengeluhkannya? Kelihatannya mereka perlu berkunjung ke psikiater'

Saat keduanya sampai di tempat tujuannya, di depan sebuah pintu yang begitu luas akhirnya gadis itu mehyadari sesuatu. Suara berisik dari dalam ruangan cukup membuat gadis itu mengambil kesimpulan yang diam diam gadis itu tolak.

'Tidak mungkin kan? Aku rasa aku sudah cukup jauh berhalusinasi'

Gadis itu hanya bisa menghela napas pendek, rasanya umurnya telah berkurang dua puluh tahun. Apapun yang gadis itu lakukan tak bisa menepis pikiran yang mondar mandir di otaknya.

Ditengah kebimbangannya Crowley yang telah membuka pintu menoleh lalu menatap gadis yang berdiri dibelakangnya seakan memintanya mengikuti langkahnya menuju dalam ruangan.

"Ayo, kita menuju upacara masuk. Apa yang kau tunggu? Ikuti aku"

Crowley melenggang masuk membuat jiwa dalam diri gadis itu menjerit penuh kesengsaraan.

'Aku sial bukan?'














| ๐™๐™ค ๐™—๐™š ๐™˜๐™ค๐™ฃ๐™ฉ๐™ž๐™ฃ๐™ช๐™š |

Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: AzTruyen.Top