02

Sinar matahari mulai masuk melalui sela-sela jendela, disusul oleh bunyi kicauan burung. Memaksa gadis yang masih tertidur pulas di tempat tidurnya untuk bangun.

"(Name), ayo bangun!" Ibu (Name) masuk kedalam kamar anaknya lalu menarik paksa selimut yang menutupi tubuh gadis itu.

"Lima menit lagi..."

"Aku sudah meneriaki mu dari bawah berkali-kali, tapi kau tidak kunjung datang. Cepatlah, sarapan sudah siap."

"Iya iya..." Dengan malas (Name) beranjak dari kasur, mengambil handuk lalu berjalan ke kamar mandi dengan mata yang masih tertutup. Tidak heran kalau dia sempat menabrak pintu kamar mandi.

Sedangkan sang ibu yang melihat hal itu hanya bisa menggelengkan kepala lalu menghela nafas kasar.

'Kapan dia akan bersikap dewasa.'

🌸🌸🌸

"Aku berangkat!" Seru (Name) lalu menutup pintu sebelum dia berjalan keluar dari kawasan rumahnya.

Karna sudah tau arah jalan menuju sekolah, jadi ia tidak ingin di antar lagi oleh kedua orang tuanya, sekaligus berjaga-jaga kalau seandainya dia di permalukan lagi.

"Huh?" Langkah (Name) sempat terhenti sejenak ketika pandangannya tak sengaja tertuju pada rumah sebelah, seorang laki-laki memakai seragam sekolah yang sama terlihat keluar dari rumah itu.

'Loh, dia kan...' Dari wajah yang dilihat, (Name) mengingat kejadian kemarin, di mana ia pernah bertemu dengan laki-laki itu sebelumnya.

'Kalau tidak salah namanya Kita?'

Kalau kalian berpikir gadis ini akan menyapa tetangga barunya itu kalian salah. (Name) tidak akan membuang-buang waktu untuk hal yang menurutnya tidak penting. Lagipula keberaniannya kurang untuk menyapa duluan, takut malah dicuekin.

'Ya mau tetangga baru atau bukan aku tidak perduli.' Dengan santai (Name) berjalan pergi dari sana. Tidak mengetahui laki-laki yang dimaksud justru menatapnya dalam diam.

(Name) Pov

Hari ini aku hanya bawa puding, onigiri dan susu lagi. Mana kenyang kalau hanya makan itu. Mungkin aku memang harus mengakrabkan diri disini, kalau begini terus bisa-bisa aku tidak punya teman sampai lulus nanti.

"Pagi, (Name)-san."

"Ya, pagi juga."

Tapi setidaknya aku sudah berteman dengan ketua kelas ini, sisanya tinggal mencari orang yang satu jalur denganku.

Tidak masalah mau laki-laki ataupun perempuan, selama bisa diajak bercanda bareng kenapa tidak?

"Bagaimana? Kau sudah memikirkan mau masuk klub yang mana?"

"Eh?"

Sial, aku lupa tentang hal itu. Lagipula aku belum tau orang-orang disini, jadi aku tidak tau sebaiknya mengambil klub apa.

Klub sepak bola sudah pernah, baseball membosankan, Aku juga tidak pandai bermain alat musik, klub fotografi... Laki-laki aneh disana menakutkan.

Apa Voli saja? Di pikir-pikir aku belum pernah menjadi manager dalam tim, kalau sebagai pemain inti sih sering. Yah... Kurasa tidak ada salahnya mencoba hal baru.

"Hei, Mai-san. Dimana aku bisa mendaftar sebagai manager klub voli?"

***

Ku kira klub ini sudah punya manager dari kelas satu ataupun tiga, tapi ternyata tidak ada. Padahal si ketua kelas bilang klub ini cukup populer di kalangan gadis di sekolah.

Sekarang aku sudah berada di depan gym sesuai dengan suruhan Mai-san, dia bilang hari ini tim voli akan latihan sepulang sekolah, jadi yasudah.

"Ini." Laki-laki di depanku memberi selembar kertas yang ku yakini pasti formulir.

"Kalau kau sudah selesai mengisi itu, kau bisa langsung kasih ke kapten." Ujarnya enteng, tanpa memperdulikan aku kenal orang yang dimaksud atau tidak.

Aku mana tau kapten kalian yang mana, dasar belah tengah sialan. Untung aku masih bisa sabar dan tersenyum.

"Kalau boleh tau kapten tim ini yang mana ya?"

"Itu." Mataku tertuju kearah seseorang yang dia tunjuk, berdiri tak jauh dari  tempat ku berada.

Loh, rambut dwi warna itu... Bukankah dia orang yang tadi pagi ku lihat? Tetangga?

Sayangnya, aki tidal sadar ada seseorang lagi yang nerdiri di belakang ku dan ketika dia tiba-tiba berbicara, itu mengejutkan ku sedikit.

"Kau yang kemarin kan?"

"Oh, si preman Onigiri."

"Nama ku Miya Osamu." 

"Aku (Full Name), kalau kau mau tau."

"Tapi aku tidak mau tau." Setelah berkata begitu, dia masuk kedalam gym dengan raut wajah datar tanpa dosa.

Sialan, apa-apaan itu? Aku sudah bersikap ramah namun mendapat balasan tak setimpal?

Terbawa emosi, tanpa sadar kertas yang ku genggam kuat di tangan perlahan kusut.

"Hentikan, kau bisa merusaknya."

Laki-laki yang di sebut kapten ini entah sejak kapan menghampiri ku, dia merebut kertas yang ada di tanganku lalu membacanya sebentar.

"Kau ingin menjadi manager?"

"Seperti yang kau lihat."

"Kau salah satu penggemar Atsumu?" Tanya laki-laki berkulit lebih gelap yang ikut menghampiri.

"Hah? Atsumu? Untuk apa aku menjadi penggemar nya? Buang-buang waktu saja."

Perkataan ku tadi membuat ekspresi terkejut tercetak di wajah mereka, kenapa sih?

"Kalau begitu kau penggemar Osamu?" Tanya nya lagi.

"Aku? Menjadi penggemar preman onigiri itu? Kau pikir aku sudah gila?"

Tidak, lagipula kenapa mereka berpikir aku penggemar kakak beradik itu? Apa bagusnya mereka?

Merasa ditatap oleh seseorang, aku melirik kearah samping dimana bocah onigiri itu ternyata terus-terusan melihat ke arah ku.

"Apa liat-liat? Mau ku colok mata mu?"

"(Full Name)." Panggil kakak kelas yang ku ingat bernama Kita.

"Ya?"

"Baiklah, kau bisa menjadi manager disini. Sepertinya aku memang butuh seseorang untuk membantu mengurus si kembar dan klub ini"

Mengurus si kembar? Memangnya dua orang itu merepotkan? Bukan-bukan, ini aku mendaftarkan diri sebagai manager atau pengasuh?

"Jadi, mulai kapan aku bisa datang kesini lagi?"

"Kau bisa datang mulai besok sepulang sekolah."

"Baiklah, terimakasih informasinya." Setelah berkata begitu, aku berbalik dan pergi dari sana dengan sedikit berlari.

Semoga pilihan ku benar, aku tidak mau repot-repot.

Setau ku tugas manager hanya mengurus latihan mereka, mengurus tim lalu mencatat semua perkembangan dari setiap orang disana. Kalau hanya seperti itu, kurasa aku bisa.

Dan hari ini, begitu sampai dirumah aku langsung masuk ke dalam kamar untuk mencari tahu apa saja tentang voli.

Aku masih baru soal hal ini, jadi ya maklum saja. Dari semua informasi yang di dapat, ku tulis di buku catatan khusus dan akan ku bawa kemana pun agar tidak lupa.

"Jangan tidur terlalu larut (Name)!"

Teriakan ibu dari lantai bawah membuat ku heran. Bagaimana dia bisa tau kalau aku belum tidur?

💮💮💮

"Hmmm... Pagi."

Tak mendapat balasan, ku edarkan pandangan ke ruang kelas dan melihat belum ada seorang pun yang datang, kelihatannya kali ini aku datang terlalu pagi.

Suasana begini lebih enak dipakai untuk tidur, jadi aku segera duduk di kursi lalu menenggelamkan wajah di meja sambil mendengarkan musik lewat earphone yang ku bawa.

Author Pov

Cukup lama (Name) diam di posisinya saat ini, karna terlalu larut dalam pikirannya dia sampai tidak sadar kalau sedari tadi salah satu dari kembar bersaudara yang ia kenal duduk di depan mejanya dan menatap gadis itu lekat.

Sampai akhirnya dia mengangkat kepalanya karna kedua tangan yang ia gunakan sebagai bantal sudah mulai terasa pegal.

"Enak ju- GYAAAA!" Terkejut dengan kehadiran seseorang yang tiba-tiba, tangan kanan (Name) reflek melayangkan pukulan kearah wajah si pemuda yang ada di depannya.

"Anjrot, kaget."

"Apa-apaan itu! Pukulan mu sakit tau!" Teriak si korban sambil memegangi pipi yang baru saja kena pukul.

"Salah sendiri, siapa suruh kau disana!"

"Aku kan hanya memeriksa sesuatu!"

Mendengar ucapan Atsumu, (Name) memiringkan kepalanya bingung.

"Memeriksa apa?"

Atsumu mengibas poni depannya lalu memasang senyum yang biasa ia tunjukkan di depan murid perempuan lain.

"Kau tidak tertarik padaku?"

Di pikiran Atsumu (Name) akan langsung terpesona melihat hal itu, tapi ternyata perkiraan nya salah besar. Alih-alih kepelet, (Name) malah memasang wajah jijik.

"Bikin geli."


"Untuk apa aku tertarik pada laki-laki seperti mu? Asal kau tau, saudara-saudara ku jauh lebih tampan."

"Jangan terlalu percaya diri mentang-mentang kau terkenal."

"Mengaca lah dulu, dasar naif."

Seolah ada beberapa anak panah yang menusuk hati si Setter itu saat mendengar perkataan pedas dari (Name), Atsumu memegang dadanya setelah mendengar perkataan menyakitkan tanpa jeda dari (Name).

"Sekarang pergi dari mejaku dan duduk di tempat mu." Ujar sang gadis.

Tapi bukan Atsumu nama nya kalau dia mudah menyerah. Atsumu menunjuk (Name) yang masih terlihat tidak perduli.

"Akan ku buat kau menarik ucapan mu barusan (Name)-chan."

"Ye"

Tbc

❣️ Buabye

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top