12

"Jadi..."

Menghentikan langkah kaki, (Name) memijit pangkal hidungnya dengan lelah. Terus-terusan diikuti oleh seseorang membuatnya risih bukan main. Apalagi orang yang berjalan di belakangnya dari awal tidak mengeluarkan sepatah katapun seolah mengikuti (Name) dalam diam adalah hal yang wajar.

Memaksakan diri untuk menoleh ke belakang, (Name) melihat Nagi yang berdiri tak jauh darinya. Saling memandang satu sama lain di tengah-tengah suasana canggung ternyata bisa membuat kesabaran sang gadis terpancing.

"Kenapa mengikuti ku terus? Apa yang kau inginkan? Kalau mau di pukul tinggal bilang."

Masih terdiam menatap sang gadis, striker pemalas yang memiliki rambut berwarna putih ini melirik kearah lain seolah sedang memikirkan sesuatu sebelum tatapannya kembali tertuju pada (Name).

"Aku... Kalah."

Untuk sesaat (Name) sempat bingung dengan kalimat singkat yang keluar dari mulut Nagi. Jangan bilang orang ini mengikuti (Name) daritadi hanya untuk memberitahu kalau dia kalah melawan tim Z? Tidak mungkin kan? Apalagi untuk pemalas seperti Nagi.

"Oke? Nice info. Selamat... Kurasa."

Kembali terdiam, otak (Name) baru bisa mencerna apa maksud dari omongan dan kelakuan Nagi yang menurutnya aneh. Jadi mau tak mau (Name) memutar arah dan berdiri berhadapan dengan Nagi.

"Kau ingin aku menyemangati mu?"

Tepat sasaran, Nagi menundukkan pandangannya setelah mendengar pertanyaan (Name). Mulutnya ingin sekali mengatakan "Iya", tapi pikirannya mengatakan hal lain.

Masalahnya, baru pertama kali Nagi mengalami kekalahan di pertandingan. Ditambah dengan kurangnya pengalaman berinteraksi dengan perempuan semakin membuat Nagi menutup mulutnya rapat-rapat karna bingung harus mengatakan apa.

Terlebih Nagi tidak punya pengalaman apa-apa ketika lebih terbuka dengan orang lain seperti sekarang. Apalagi mereka berdua baru kenal belum lama ini, dia takut (Name) malah menganggapnya sebagai penggangu dan pada akhirnya menjauh. Nagi tidak mau itu.

"Kalau kau meminta coklat, aku sedang tidak punya. Tapi..." Dengan perkataannya yang belum selesai, (Name) maju beberapa langkah mempertipis jarak antara dirinya dan Nagi.

Sebab perbedaan tinggi badan mereka yang lumayan jauh, (Name) harus mengadah sedikit agar kedua mata mereka bertemu.

"Kalau hanya sekedar memberi semangat, itu mudah."

Kalian bisa menganggap Nagi terlalu mendramatisir karena perkataan sederhana (Name) barusan mampu membuat detak jantungnya meningkat. Ternyata dia tidak perlu berpikir berlebihan. Dimata Nagi, (Name) juga kelihatan tidak masalah dengan permintaannya.

Rasanya sekarang ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya dan itu membuat Nagi tidak tau harus berbuat apa. Rasanya asing, disebut apa perasaan aneh namun membuat candu ini?

Melangkah mendekati si pemuda jangkung, tangan kanan (Name) terulur mengusap surai putih sang lawan bicara sebelum ia memasang senyum.

Itu dia, effort kecil (Name) untuk menghibur sang lawan bicara berhasil. Dan entah kenapa Nagi tidak mau (Name) berhenti mengelus kepalanya.

"Meskipun kau kalah, tapi pertunjukan mu sudah bagus. Kau tak kalah hebat, Nagi."

Dengan mudah (Name) sukses membuat Nagi melupakan rasa frustasi karena kalah dari Isagi sebelumnya. Memang sepertinya kemampuan (Name) tidak perlu diragukan. Yah meskipun keputusasaan Nagi belum seberapa bagi (Name).

Tangan yang berada di surai terang mulai turun perlahan, meraba wajah mulus sang pemuda, (Name) menarik pipi Nagi pelan sebelum kembali berbicara. Dan tentu hal itu membuat jantung sang lawan bicara berdetak kencang bukan main.

"Lagipula, daripada merenungi kekalahan mu, lebih baik jokiin sopi cocoki punyaku. Stuck dilevel 2 nih."

"Iya, boleh."

🌸🌸🌸

Hembusan angin yang menyapu jalanan kota, hingga suara kicauan burung dan dengkuran halus dari beberapa kucing di sekelilingnya, (Name) menutup mata menikmati angin sore seorang diri.

Terlepas dari beberapa hal, dia mencoba keluar dari lingkungan blue lock dan pada akhirnya memilih untuk menenangkan diri di taman kota. Hitung-hitung menikmati angin sejuk original Jepang.

Dan disinilah sang gadis sekarang, duduk manis di salah satu bangku taman dengan dikelilingi kucing liar yang ikut bersantai. Jarang-jarang dia mode kalem begini.

Lagipun, Ego memberitahunya bahwa untuk beberapa hari kedepan tidak akan ada pertandingan di blue lock yang tentu menurunkan minat (Name). Kelihatannya selama itu (Name) harus kembali ke jadwal yang sudah ia susun.

"Hei, bocah itu kenapa mengubur diri diantara kucing jalanan?"

"Beliau pikir beliau pengendali kucing."

"Kak, meow~"

Bagi (Name) mungkin tidak ada yang salah dengannya, tapi tidak bagi orang lain yang kebetulan berlalu-lalang di taman tempatnya beristirahat.

Gimana ga jadi bahan omongan, santai sih santai. Tapi masalahnya posisi (Name) sekarang benar-benar di timbun oleh kucing hingga seluruh tubuhnya tertutup. Mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki, kucing-kucing liar itu menggunakan (Name) sebagai bantal mereka. Dan si korban juga anteng-anteng saja. Mau bagaimana lagi, kucing kan salah satu hewan kesukaannya.

"Tapi lama-lama sesak juga, kalian berat."

Terlalu asik dengan dunianya sendiri, (Name) bahkan sampai tidak sadar diantara beberapa pejalan kaki yang melirik kearahnya, ada satu pemuda yang terdiam di tempat menatap (Name).

Meski wajah sang gadis tak terlihat karena terhalang buntut kucing, tapi pemandangan siang hari yang tersaji hari ini... Lumayan unik juga. Kapan lagi bisa melihat seseorang dengan rela menjadi alas tidur kucing liar.

"Udah ya, aku gabisa nafas." Mengangkat dua kucing yang hinggap di kepalanya, akhirnya wajah sang gadis yang dari awal tertutup bisa terlihat.

Netra keunguan yang langsung menarik perhatian si pemuda, tanpa sadar satu langkah maju mendekati (Name) ia ambil saat tatapannya terus tertuju pada netra Amethyst sang empunya.

Kenapa pakaiannya sangat feminim? Apa tidak panas di siang hari seperti ini memakai dress panjang? Memangnya apa itu? Dia mencoba untuk menjadi Lolita? Mana kelihatannya nih bocah pendek banget lagi.

Banyak sekali pertanyaan asing yang memasuki kepalanya. Namun satu hal yang pasti, sejak kapan dia perduli dengan orang lain?

Sedangkan (Name) yang menyadari dirinya terus ditatap oleh seseorang akhirnya mengangkat wajahnya sedikit hanya untuk bertemu dengan netra Emerald pemuda yang berdiri tak jauh darinya.

Ditatap intens oleh orang asing tanpa sebab tentu membuat (Name) bingung. Isi kepalanya yang sebagian besar dipenuhi oleh kekerasan langsung menyimpulkan bahwa orang itu mengajaknya bertengkar.

Karena itu dia berdiri dari bangku taman dan menatap balik orang yang kini (Name) anggap sebagai orang aneh.

Walaupun dia sempat terkecoh dengan warna iris mata si pemuda yang entah kenapa terasa familiar bagi (Name). Dimana dia pernah melihat warna mata itu? Ditambah dengan bulu mata bagian bawah yang lentik seolah mengundang sesuatu di pikirannya.

Setelah keheningan canggung yang menyelimuti pecah oleh suara (Name), barulah kesadaran orang yang ada di depannya kembali. Sayang, bukan tutur kata ramah yang terucap oleh (Name), melainkan pertanyaan yang diselingi umpatan.

"Si bangsat ini liat apa sih?"

Tbc

❣️Buabye

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top