07

"Misi, paket!"

Hening, tidak ada jawaban atau balasan apapun dari bangunan besar segi lima di depannya.

"Pakeeeett!!"

Kedua kali, masih hening seolah suaranya kurang keras untuk di dengar oleh seseorang di dalam.

"WOY PAKET!!"

Beruntung, teriakannya yang ketiga membuahkan hasil. Meskipun dibalas oleh suara dari orang yang entah sejak kapan berdiri di belakangnya.

"Euy."

Suara pelan dari sang gadis sukses membuat kurir paket itu terlonjak kaget dan buru-buru menoleh ke belakang. Mendapati (Name) yang berdiri tak jauh darinya.

"Paket saya ya, kak?" Tanya sang gadis menatap bungkusan di tangan pria di depannya.

"I-iya kak... Atas nama Yeon (Name)?"

Si pemilik nama mengangguk dan mengambil paket miliknya dari tangan sang kurir.

"Gomawoyo, Ahjussi." Setelah berkata begitu, (Name) masuk kedalam sambil melihat keterangan yang tertempel di bungkusan paketnya sambil berjalan.

Meninggalkan abang-abang paket yang berdiri kebingungan dengan ucapan terimakasihnya.

Iya, dia memakai alamat blue lock untuk memesan barang lewat toko online. Pray for abang kurir yang harus naik turun gunung.

"Benar paket ku, kan?" Tanyanya pada diri sendiri sambil terus melangkah, tak menyadari dia salah melewati pintu masuk.

Bodohnya, (Name) baru menyadari kesalahannya ketika dia tidak melihat Bachira sama sekali disana.

Soalnya, setiap (Name) terlihat berjalan di lorong gedung, Bachira pasti selalu bisa menemui dan menganggunya. Jadi sekarang ketika dia mendapat keheningan, rasanya agak aneh.

"Loh? Aku salah masuk kah?" Tanyanya pada diri sendiri sambil melihat sekeliling lalu berhenti melangkah. Setelah dia benar-benar mengetahui kalau dia salah melewati pintu masuk, (Name) menghela nafas kasar dan berbalik arah ke tempat semula dimana ia masuk tadi.

Ketika rasa penasarannya tidak bisa ia tahan lagi, (Name) membuka bungkus paketnya sambil berjalan. Tanpa memperdulikan sekitar dimana sekarang waktu latihan untuk tim disana sudah tiba. Yang berarti (Name) bertemu dengan salah satu tim yang menempati gedung itu.

Yang namanya (Name), setiap kali dia jalan dia tidak pernah fokus pada sekitarnya. Fokusnya pasti akan tertuju pada sesuatu yang ada di tangannya. Makanya, tidak heran dia sering kali membuat orang-orang kesal dengan kebiasaan menyebalkan itu.

Dan yang sudah terjadi seperti sebelum-sebelumnya, dimana eksistensinya mampu menarik perhatian orang-orang yang ada di dekatnya.

Lagipula, bukankah melihat gadis pendek berkuncir dua yang memiliki wangi coklat pekat di tubuhnya adalah hal yang kurang wajar di lingkungan blue lock? Bagaimanapun juga tempat ini dipenuhi oleh laki-laki penggila sepakbola. Makanya, mendapati ada gadis seperti (Name) disini sesuatu yang agak laen.

"Oh, ternyata benar punya ku." Ujarnya santai setelah membuka bungkusan paketnya.

Namun, langkah (Name) terhenti ketika seseorang berdiri menghalangi jalannya. Ah, bukan. Lebih tepatnya (Name) yang menghalangi jalan laki-laki tinggi itu menuju ruang latihan. Tapi tentu saja gadis ini tidak menyadari hal itu.

Karena perbedaan tinggi mereka, (Name) harus mengadah agar bisa melihat wajah sang pemuda yang berdiri di depannya.

Satu alisnya terangkat ketika (Name) dihadiahi tatapan tajam dari manik mata emerald dari pemuda itu. Padahal dia belum berbicara apa-apa.

'Kok mukanya nyolot? Sengaja ngajak ribut apa gimana?' Batinnya bertanya-tanya.

Tapi sesuatu menarik perhatian (Name). Dimana dia tertarik pada postur tubuh si pemuda. Dia menatap lekat sebelum berjalan melingkari pemuda itu sambil menatap tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki dan akhirnya berakhir berdiri di hadapannya lagi.

Kaya orang mesum.

Merasa tak nyaman di tatap oleh gadis aneh, pemuda tinggi itu mengerutkan keningnya sebelum berdecih kesal.

"Minggir." Ucapnya singkat, namun nadanya terdengar seperti mengancam.

Dan alih-alih menyingkir ataupun pergi, (Name) malah terus menatapnya lekat seolah mengobservasi sesuatu.

"Mau gabung taekwondo?"

"Huh?"

"Kau tinggi, postur tubuh mu juga bagus..." Sebelum dia menyelesaikan perkataannya, (Name) merogoh sesuatu dari dalam tas selempang yang ia kenakan dan tanpa ragu memberikannya pada pemuda itu.

"Daripada maen bola, lebih baik kau gabung taekwondo. Kebetulan teman ku sedang mencari murid baru karena tempat pelatihannya sepi." Ucapnya enteng tanpa dosa.

Yang tentunya dibalas tatapan jengkel oleh sang lawan bicara. Kenapa dia tiba-tiba menawarkan bela diri? Dan daripada itu, dari awal kenapa (Name) memiliki brosur taekwondo? Isi pikirannya seperti apa sih?

"Enyahlah." Ujar si pemuda lagi, tanpa menunjukkan sedikitpun minat pada setiap perkataan (Name). Malah, lama-lama emosinya semakin terpancing.

"Aku memberi mu rencana cadangan jika kau gagal disini, bocah emo." Balasnya dengan nada tak kalah kasar lalu memasukan brosur tadi kedalam tasnya lagi.

"Seharusnya kau berterimakasih, dasar bumawaneh..." Ucap (Name) lagi, memelankan kalimat akhirnya. Meski sayangnya masih bisa terdengar.

"Huh?" Urat-urat kekesalan mulai muncul di keningnya. Tadi gadis ini sengaja mengejeknya?

"Oh, kedengeran ya? Maaf, bumawaneh."

Memang benar (Name) sengaja memancing emosi sang lawan bicara. Dilihat dari tampang tak bersalah dan caranya mengejek dengan panggilan aneh sukses membuat emosi pemuda itu dengan mudah terpancing.

"Panggilan itu cocok untuk mu kok." (Name) menunjuk bulu mata bawah milik sang pemuda.

"Bumawaneh. Bulu Mata Bawah Aneh."

Jika saja (Name) laki-laki, mungkin detik itu sudah ada perkelahian hebat disana. Sayangnya (Name) perempuan.

Menyadari misinya memancing emosi sudah sukses, (Name) berjalan pergi dari sana sambil menjulurkan lidah sedikit. Siapa suruh menolak tawarannya masuk taekwondo.

Tapi teringat sesuatu, (Name) berhenti melangkah dan menoleh pada pemuda tadi yang ternyata masih berdiri di tempat.

"Tawaran tadi masih berlaku selama aku masih hidup, jadi kau bisa datang padaku kapan saja jika kau berminat."

Kenapa (Name) bisa-bisanya percaya diri menawarkan suatu hal pada seseorang yang sudah memiliki minat pada hal lain.

"Jangan lupa ya, bumawaneh!" Serunya sebelum kembali melangkah pergi dari sana.

🌸🌸🌸

Tapi siapa sangka jika (Name) langsung mendapat karma setelah meledek seseorang yang baru saja ia temui sebelumnya. Saat dia sudah berada di gedung yang benar dan berada di ruang makan untuk mengambil makan siangnya dan duduk seorang diri disana, punggungnya tiba-tiba terasa berat.

Seperti... Seseorang bersandar di punggung (Name). Sampai membuat tubuh kecilnya menunduk sedikit karena berat dari belakang. Karena bingung, dia mengadah dan mendapati pemuda tinggi bersurai putih menyadarkan tubuh bawahnya pada (Name) hingga posisi wajah mereka berdekatan.

(Name) hampir menyemburkan makanannya karena terlalu terkejut, buru-buru dia meminum air sebelum melihat kearah orang tadi lagi.

"Haishh... Ya! Jauh-jauh dariku, sialan!" Omelnya tak suka.

Tidak menggubris ucapan (Name), pemuda itu malah mengendus rambut panjang (Name) pelan. Menghirup wangi coklat pada tubuh sang gadis.

"Kau terbuat dari coklat?" Tanyanya ngawur.

"Maksud, bangsat." Balas (Name) tak ramah.

Padahal dia sudah senang tidak diganggu oleh Bachira hari ini, tapi ternyata ulah Bachira yang selalu menganggunya digantikan oleh orang lain.

Teringat sesuatu, (Name) mengambil satu permen coklat dari dalam tas selempangnya dan menyodorkannya secara paksa pada laki-laki itu.

"Nih, ambil. Sekarang pergi sana." Usirnya sebelum kembali melanjutkan makan dengan tenang.

Tapi boong, ketenangan (Name) kembali terusik oleh orang yang berbeda kali ini.

Pemuda bersurai keunguan datang menyusul ke ruang makan. Awalnya dia hanya berniat menjemput temannya, tapi begitu melihat (Name) yang sedang duduk seorang diri membuatnya penasaran. Akhirnya dia menghampiri mereka berdua.

"Nagi, kau kenal dia?" Tanyanya berdiri di sebelah pemuda bernama Sheisiro Nagi tersebut.

Sedangkan yang ditanya menggeleng pelan sebagai jawaban.

Siapa sangka ini menjadi pertemuan ketiga mereka? Dan jika dilihat dari dekat penampilannya benar-benar feminim. Dari dress yang dipakai dan rambut panjangnya, bahkan sampai table manner yang ia tunjukkan ketika dia makan membuat si pemuda bersurai ungu yakin galau (Name) sedikit berbeda.

Merasa dirinya ditatap terus-terusan oleh dua laki-laki di dekatnya, (Name) mengerutkan kening.

"Apa lihat-lihat, brengsek?"

Kaget? Ya jelas. Ternyata ucapannya sangat berbanding terbalik dengan penampilan luarnya.

"Kau anggun, tapi lidah mu tajam." Ucap pemuda bersurai ungu itu pada (Name).

(Name) tidak tahu harus menganggap itu pujian atau bukan, tapi yang pasti saat ini dia sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun. Jadi dia hanya membalas seadanya.

"Iya, kenapa? Ga seneng? Mau ku pukul?"

Mencoba menyingkirkan balasan kasar (Name), pemuda yang sama mengulurkan tangannya kearah sang gadis yang masih duduk. Mau bagaimanapun juga dia sedikit tertarik dengan (Name) dan ingin tau lebih banyak, dan untuk sekarang dia memutuskan untuk memulainya dengan berkenalan.

"Aku Mikage Reo, namamu?"

(Name) terdiam. Melihat tangan laki-laki itu dan melihat wajahnya secara bergantian sebelum akhirnya membalas uluran tangan sang lawan bicara.

"Yeon (Name)."

Alisnya sedikit terangkat setelah mengetahui nama lengkap (Name) dengan marga yang terdengar asing di telinganya.

"Oh, kau bukan orang Jepang?"

"Bukan, aku asli Seoul." Balas (Name) lalu kembali fokus pada makan siangnya.

Menoleh pada Nagi, Reo menyadari coklat yang ada di tangan laki-laki itu. Darimana dia dapat coklat? Setau Reo disini tidak disediakan dessert seperti ini.

"Kau dapat coklat darimana?"

Nagi menunjuk (Name) yang masih sibuk dengan urusannya.

"Dikasih."

Mengangguk singkat, Reo kembali membuka mulut untuk mengajak (Name)-berbicara. Tapi panggilan yang dia ucapkan membuat (Name) menyodorkan ujung garpu di tangannya pada Reo.

"Jadi, (Name)-san-"

"Hentikan itu. Panggil aku dengan nama saja, tidak perlu menggunakan embel-embel."

Dia masih belum terbiasa dan tidak suka ternyata. Dan sesuatu di belakang masih mengganggunya.

"Dan berhenti dekat-dekat denganku! Raksasa albino!" Serunya beralih pada Nagi.

Menghela nafas kasar, (Name) menatap Reo lagi.

"Jika ada yang ingin kau katakan, cepat katakan."

Tanpa basa-basi, Reo menarik kursi kosong tepat di depan (Name) dan duduk bersebrangan dengan sang gadis.

"Jadi, bisa beritahu tentang dirimu lebih banyak?"

"Hah?"











Tbc

❣️Buabye

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top