୧ *·˚ 001┆↰
◤When the Snow Comes◥
T. Eichi x A. Wafa
◣Story by © Chocofai_◢
Warning!! OOC, Typo dan lain sebagainya.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
"Paman, paman! Setelah ini kita kemana?" Tanya anak perempuan bersurai merah pada pria paruh baya disampingnya. Mereka berada di dalam sebuah mobil yang melaju menuju suatu tempat.
"Kita akan ke rumah sakit terlebih dahulu. Paman ingin mendengar dari dokter kalau kondisi mental mu sudah membaik atau belum dan kita juga akan menjenguk kakak sepupumu yang sedang sakit disana." Jawab pria paru- pamannya sembari mengusap kepala dari anak kecil disampingnya.
"Yey! Bertemu paman dokter lagi!" Seru anak perempuan itu dengan senang.
"Dan... Sepupuku ada yang sakit? Apa dia Sei nii-sama?" Anak perempuan itu memiringkan kepalanya.
Sang paman menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Bukan dia. Nanti kamu mengetahuinya saat sudah sampai."
Anak perempuan itu hanya mengangguk dan melihat keluar jendela mobil. Terlihat jalanan yang dihiasi dengan salju yang menumpuk dan tak sedikit toko-toko dipinggir jalan membuat boneka yang terbuat dari salju.
Matanya berbinar kala ia melihat boneka salju yang besar terpajang di depan toko peralatan olahraga. Pamannya diam-diam melirik kearah keponakannya itu, bibirnya mulai membentuk sebuah lengkungan keatas saat melihat mata yang berbinar milik keponakan nya itu.
➳༻❀👩🏻⚕️❀༺➳
Sang supir berhenti tepat di depan pintu rumah sakit, menurunkan dua majikannya dan pergi mencari tempat kosong untuk memarkirkan mobil sang majikan.
Mereka masuk dan registrasi terlebih dahulu. Beruntung nya pamannya sudah registrasi sebelum datang ke rumah sakit, jadi tak perlu antri.
"Paman! Apa sekarang kali terakhir aku bertemu dengan paman dokter?" Anak perempuan itu mendongak menunggu jawaban sang paman.
Pamannya melihat kearah anak itu. "Mungkin iya. Apa kamu mau sakit terus?" Dijawab gelengan oleh anak yang menggenggam tangan nya.
"Tapi paman dokter sangat baik padaku..." Lirih anak perempuan itu.
Pamannya hanya memasang senyum di wajahnya. Hingga tak terasa mereka sudah ada di depan pintu ruangan dokter yang mereka datangi. Tangan pria paruh baya itu mengetuk pintu dan masuk ke dalam setelah dipersilahkan.
➳༻❀👩🏻⚕️❀༺➳
"Kakak sepupuku yang ini seperti apa ya... Aku takut... ." Batin anak bersurai merah yang di gandeng sang paman.
Setelah anak perempuan itu diperiksa, mereka langsung pergi menuju kamar inap milik salah satu keluarga mereka dengan keheningan yang menyelimuti.
Tok tok tok
Ceklek
Pintu pun dibuka dan terlihat seorang wanita paruh baya. "Ah! Nii-sama! Dan..." Wanita itu berjongkok menyamakan tingginya dengan anak perempuan dihadapan nya. "Kamu pasti Wafa-chan." Ujar wanita itu sambil tersenyum.
"Um! Senang bertemu dengan bibi." Ujar anak perempuan- Wafa dengan sopan.
"Fufu~ silahkan masuk." Wanita itu berjalan duluan menuju sofa yang ada di ruang rawat inap itu diikuti oleh Wafa dan pamannya. Lalu Wafa dan wanita itu berbincang-bincang sebentar.
"Wafa-chan ingin duduk dekat Eichi-kun tidak?" Tanya bibinya itu.
"Eichi? Apa itu namanya?" Tanya Wafa yang dijawab dengan anggukan oleh bibinya.
"Mau! Aku ingin lihat wajahnya!" Ujar Wafa.
"Baiklah." Bibinya menuntunnya ke kursi yang ada di samping ranjang tidur dan mendudukkannya di kursi itu.
"Bisa kita berdua bicara sebentar?" Tanya pria paruh baya itu yang ada di sofa pada adiknya.
"Tentu." Jawab adiknya. "Wafa-chan tunggu disini dulu ya." Wafa hanya mengangguk mengiyakan dan dirinya ditinggalkan berdua bersama kakak sepupunya di dalam.
Suasana kembali hening, Wafa hanya memperhatikan wajah kakak sepupunya yang sedang tidur.
"Cantik."
Pandangannya tidak teralihkan kemana-mana sama sekali, hingga ada pergerakan mata yang ditutup dari anak lelaki di depannya. Perlahan kelopak matanya terbuka dan melihat ke sekeliling. Matanya berhenti tepat saat melihat kearah Wafa yang ada di sampingnya.
"A! Aku bukan orang jahat kok! Eng... Etto..." Ujar Wafa sedikit panik.
Anak lelaki yang ada di hadapannya hanya tertawa kecil melihat wajah Wafa yang panik. "Seharusnya aku yang bilang seperti itu. Apa kau datang sendiri?"
Wafa menggelengkan kepalanya. "Tadi aku bersama paman, sekalian periksa ke dokter."
"Hm? Pamanmu sakit?" Tanya Anak lelaki- Eichi.
"Bukan bukan, aku yang sakit tapi sekarang sudah baikan." Jawab Wafa dengan cepat.
Eichi hanya mengangguk sebagai jawaban dan melihat keluar jendela. Terlihat butiran butiran salju mulai turun.
"Em... Eichi nii-sama..." Panggil Wafa.
Eichi menoleh. "Kau tahu namaku?" Tanya nya.
"Um! Tadi bibi yang memberitahu." Jawab Wafa.
"Kalau begitu, namamu?" Tanya Eichi lagi.
"Hm? Ah! Namaku Akashi Wafa, panggil saja Wafa." Jawab Wafa.
"Akashi ya..." Gumam Eichi lalu tersenyum. "Ternyata sepupu."
"Nii-sama, apa nii-sama sudah lama di rumah sakit?" Tanya Wafa.
Eichi tidak langsung menjawab, membuat Wafa menjadi merasa sedikit bersalah telah menanyakan itu. "Ah! Nii-sama tidak perlu menjawabnya. Lupakan saja." Ujar Wafa dengan mengecilkan suaranya di dua kata terakhir.
"Tak apa. Aku juga tidak tau sudah berapa lama berada di kamar ini." Jawab Eichi sembari mengusap kepala Wafa supaya tidak perlu merasa bersalah.
"Begitu ya..."
"Permisi, saya membawakan makan siang untuk tuan muda. Sudah saatnya untuk makan." Ujar seorang suster yang membawa nampan yang berisikan berbagai makanan.
"Letakkan saja di situ." Tunjuk Eichi.
"Baik." Suster itu menuruti dan menyimpan nampannya di meja kecil sebelah kasur pasien. "Kalau begitu, saya izin permisi." Dan keluar.
Wafa melihat kearah pintu sampai sang suster itu menghilang dari pandangan dan mengalihkan pandangannya pada makanan yang ada di meja kecil.
"Nii-sama tidak makan?"
"Aku tidak suka makanan rumah sakit. Hambar."
"Tapi nii-sama harus makan supaya sembuh!"
"Tapi..."
"Tidak tidak! Nii-sama harus makan!"
Eichi tidak bisa berkata apa-apa lagi, sepertinya kali ini dia akan memakannya.
"Baiklah, aku akan memakannya." Mendengar itu senyum di wajah Wafa mengembang.
Wafa terus menerus mengoceh sembari menemani Eichi yang sedang makan, terkadang Eichi menanggapi. Sampai Eichi selesai makan pun, Wafa masih saja mengoceh, bercerita apa yang dia alami selama seminggu ini. Eichi tidak keberatan mendengar ocehannya, malahan ia merasa senang saat Wafa datang. Ia merasa hangat ketika mendengarkan ceritanya.
Wafa/Fai✧˖*°࿐
[15/03/23]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top