๐น 04. Yang Tersakiti ๐น
๐บ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ... ๐ฅฐ
๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ... ๐คญ
#๐๐๐๐๐ ... ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐.
๐จ๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ฝ๐๐๐๐ ๐
๐๐๐ ๐๐๐๐ ...
๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐
"Kamu itu sibuk terus sampai aku mau makan aja bingung," keluh Ramon di suatu siang. "Kerja nggak ada hasilnya gitu aja kamu teruskan. Buang-buang waktu, nggak guna."
Venus melirik Ramon sekilas. "Aku memang sibuk," cetus Venus. "Kalau nggak ada hasilnya, memangnya anakmu itu makan apa? Kamu juga makan apa, nganggurmu itu sudah kelamaan. Kamu kalau nggak mau bikin makanan ya beli aja, Mas. Repot amat."
"Nggak ada uang, Dik."
Venus membuka dompetnya dan memberikan selembar uang kertas berwarna biru kepada Ramon. Ramon menerima uang itu dan berlalu , tidak ada ucapan terima kasih yang dia ucapkan untuk Venus, bahkan senyum pun tidak.
Venus sedang membuat pesanan kue. Sudah hampir 2 hari ini dia tidur hanya sejam dan tidak bisa lebih. Pesanan kuenya sedang membanjir dan membuat istirahatnya berkurang, sementara untuk membayar orang tidak mungkin dia lakukan karena dia tidak cocok dengan pekerjaan orang lain jika menyangkut masalah pembuatan kue. Dia benar-benar tidak bisa beristirahat saat Hani turun tangan membantu seperti permintaannya. Entah bagaimana temannya itu bekerja hingga pesanan membludak melebihi kemampuannya.
Kalau seperti itu cara kerja Hani, mau tidak mau Venus harus mencari orang untuk membantunya atau dia akan ambruk kelelahan lalu mendapatkan omelan dari Ares. Lebih tepatnya bukan omelan, tetapi perkataan panjang yang menyarankan supaya dia berhenti melakukan apapun yang membuatnya lelah.
Sejauh ini hubungannya dengan Ares bisa dikatakan baik, bahkan lebih baik dari yang sudah-sudah. Ares mengirimkan pesan secara teratur padanya dan terus terang itu membuatnya senang. Kesenangannya melebihi apa yang sudah dia harapkan saat menjalani pernikahan itu sendiri. Ares ternyata tidak menyusahkannya dengan melarangnya melakukan kegiatan yang dia inginkan. Suaminya itu mengerti kalau dia harus tetap terlihat sibuk supaya Ramon tidak mencurigai pengeluarannya yang sesungguhnya telah terpenuhi menggunakan uang Ares.
"Selamat siang, Dik. Jangan lupa makan siang tepat waktu supaya kamu tetap sehat. Aku merindukanmu, Dik, istriku tersayang."
Ketika semua pesanan sudah dikirim dan diambil, Venus merebahkan tubuhnya di atas karpet ruang tengah. Dia tersenyum sendiri membaca pesan yang diterimanya dari Ares. Astaga ... suaminya itu sangat manis, benar-benar manis hingga rasanya Venus ingin berteriak pada dunia untuk mengabarkan kebahagiaannya.
"Jadi kamu sudah berselingkuh, Dik." Suara keras itu mengejutkan Venus dan langsung bangkit dari posisi rebahannya. Ramon setengah berjongkok melihat dengan penuh kemarahan kepadanya. Dari posisi jongkok Ramon, Venus tahu kalau pria itu sudah ikut membaca pesan yang dikirimkan Ares kepadanya. Venus menyembunyikan tangannya ke belakang tubuh dan memasukkan ponselnya ke saku belakang jeans-nya.
"Aku nggak selingkuh," cetus Venus berani."
Ramon meradang, mencengkeram pipi Venus dengan sebelah tangannya. "Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu membaca pesan dari selingkuhanmu itu. Dia memanggilmu istriku. Apa itu namanya kalau bukan perselingkuhan?" tanyanya garang.
Venus mendorong Ramon menjauh dan memundurkan tubuhnya. "Dia memang suamiku, benar-benar suamiku dan bukan selingkuhanku seperti yang kamu tuduhkan."
"Dik, kamu ...."
"Mas ... ingat nggak sih, kamu udah pulangin aku ke rumah orang tuaku. Nggak Cuma tiga kali, tapi lima kali dan apa yang kamu mau bilang apa sekarang?"
"Itu bukan talak, Dik. Tapi aku lagi nggak sadar." Ramon mencoba membela diri.
"Nggak sadar kok bisa mulangin aku, ngomong ke papaku kalau udah nggak sanggup sama aku dan mengembalikan aku pada mereka."
"Itu aku lagi marah, Dik."
"Marahmu itu fatal."
"Kamu masih istriku, titik," ujar Ramon.
"Istri dari mana jika kamu udah balikin aku 3 kali ke rumah orang tuaku dan masih 2 kali lagi kamu balikin aku di depan rumah mereka, di pinggir jalan pula."
"Aku hanya khilaf, Dik."
"Tidak. Aku bukan lagi istrimu dan aku bersyukur talakmu itu akhirnya membebaskan aku. Aku sudah muak bertahan dalam rumah ini dan ...."
Plak.
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Venus. Venus terdiam seketika, tubuhnya terhuyung ke belakang dan langsung tersandar ke dinding. Venus memegangi pipinya dan merasakan darah segar meleleh dari sudut bibirnya. Matanya terpejam, menahan sakit dari kerasnya tamparan Ramon.
Kejadian yang sama terulang kembali. Sama seperti waktu mereka masih tinggal di Jakarta, apartemen mereka yang mereka beli dengan uang dari mamanya Venus. Saat itu Ramon pulang setelah empat hari kepergiannya. Membawa oleh-oleh untuk anak mereka yang Venus tahu pasti itu bukan barang murah. Dengan enteng dan tanpa rasa bersalah, Ramon mengatakan dia baru saja pulang dari Singapore dengan kliennya. Klien apa jika itu perempuan dan hanya pergi berdua saja, membawa kartu ATM milik Venus.
Venus meminta kembali kartu ATM nya, tetapi betapa kecewanya dia ketika mendapati uangnya telah terkuras habis. Venus berteriak mengapa Ramon menggunakan uangnya untuk berlibur dengan wanita lain sementara dia banting tulang di Jakarta demi kelangsungan hidup mereka.
Tidak terima dengan teriakan Venus, ramon menamparnya hingga tubuh kurus Venus terhuyung membentur dinding dan kehilangan kesadaran. Venus sadar beberapa saat kemudian dengan tubuh tetap terbaring di lantai bersama Nora dan Krista yang memeluknya sambil menangis sementara Ramon pergi entah kemana. Dia yang mengumpulkan uang sedikit demi sedikit dengan menjual kue pada penghuni apartemen di gedung yang sama dengan unit mereka dan dengan seenaknya Ramon menggunakan uang itu untuk berlibur bersama wanita lain.
Venus menangis tertahan sembari memeluk dua gadis kesayangannya itu. Memberikan pengertian kepada mereka berdua bahwa apa yang mereka lihat hanyalah sebuah candaan papa dan mama mereka. Siapa yang percaya? Nora dan Krista yang meskipun anak-anak, tetapi mereka sangat pintar dan mengerti segala sesuatunya dengan gamblang.
"Itu bukan bercanda, Ma. Papa berteriak sama mukul mama sampai pingsan." Nora berujar dengan penjelasan masuk akal yang tidak bisa disanggah lagi oleh Venus.
"Iya, kakak bener. Aku nggak suka sama papa." Krista menimpali dengan anggukan dan mempererat pelukannya pada Venus.
Venus memeluk Nora dan Krista makin erat. "Kakak sama Adek nggak boleh benci sama papa. Nanti bisa durhaka, jadi batu kayak Malin Kundang. Gimana?"
Keduanya menangis memeluk Venus. Venus mengusap kepala anaknya bersamaan, membisikkan penghiburan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahwa papanya akan kembali menjadi baik seperti biasanya. Bercanda dan membeli apapun kemauan mereka serta mengantar mereka berenang di lantai 2. Anaknya mengangguk dan membuat Venus sedikit lega. Lega meski dia merasa pandangannya agak buram dan pendengarannya yang rasanya agak tidak nyaman ... sedikit tidak dengar, mungkin.
"Dik ... maaf, aku nggak sengaja. Aku khilaf," kata Ramon sambil memeluk Venus yang masih bersandar di dinding.
Venus menolak pelukan Ramon. "Menjauh, Mas. Berikan kartu ATM yang kamu ambil. Kebiasaan burukmu itu benar-benar membuatku jengkel."
Ramon menjauh seperti permintaan Venus. "Tapi, Dik ...." Ramon tidak bisa meneruskan ucapannya.
Venus paham dengan apa yang sudah terjadi. "Nggak papa kalau memang uangku sudah habis. Kembalikan saja kartuku," pinta Venus.
Ramon menarik dompetnya dari saku belakang celana. Membukanya dan mengambil kartu berwarna biru dan ragu-ragu mengulurkannya pada Venus. "Uangnya aku pakai buat membayar ...."
"Aku nggak mau tau," potong Venus. Dari dulu kamu hanya bisa ngabisin uangku." Venus kehilangan kesabaran. "Jangan berharap apa pun sekarang, aku akan pergi dari rumah ini."
"Kamu mau ke mana, Dik? Ini rumah kontrakan kita."
"Lebih tepatnya kontrakanku karena aku yang membayarnya. Aku sudah lelah mengumpulkan uang dengan susah payah sementara kamu dengan tanpa rasa bersalah menghabiskannya. Kamu lupa kalau ada anak-anak yang harus kita pikirkan masa depannya."
"Jangan bilang kamu mau pergi menemui selingkuhanmu itu." Ramon kembali tersulut emosinya.
"Terserah apa yang kamu pikirkan. Aku bosan menjadi sapi perahmu. Membayar semua hutang-hutangmu sementara aku nggak pernah kamu hidupi dengan layak."
"Kamu hitung-hitungan sama aku?" suara Ramon meninggi.
"Iya. Kamu mau apa? Ngaku sebagai suamiku tapi belanjain aku aja nunggu aku minta. Itu pun pelit, nggak cukup buat beli beras."
"Tapi aku ada hanya segitu, Dik."
"Hanya segitu buat aku sama anak-anak, tapi bisa bayarin belanjaan klien perempuan. Pasti kamu yang selingkuh. Pergi dari hadapanku dan kembalilah ke ruanganmu. Aku sudah nggak mau rame lagi sama kamu. Aku khawatir anak-anak bangun dan melihat kita saling berteriak begini."
Ramon pergi dengan langkah pelan menuju dapur dan akan naik tangga menuju ruangannya yang ada di atas garasi. Venus salah jika mengira anak-anaknya masih tidur. Keduanya langsung menghambur memeluknya begitu Ramon berlalu dari sana.
"Kakak sama adek nggak usah nangis. Bantu mama, ya?" pinta Venus. "Tolong hubungi tante Hani dan suruh ke sini naik mobil. Kakak bisa?" tanya Venus pada Nora.
"Bisa, Ma ...."
"Pintar, lakukan sekarang sementara mama beresin semuanya."
Secepat yang dia bisa Venus memasukkan seluruh pakaian dan memasukkannya ke dalam koper. Tidak sampai satu jam dia mendengar mobil berhenti di depan rumahnya. Venus melihat kamarnya, menyapu seluruh ruangan tempatnya tinggal selama 2 tahun terakhir, meninggalkan kunci di meja dan melangkah mengeluarkan kopernya.
Bersyukur Hani tidak bertanya apapun saat melihat wajahnya. Temannya itu hanya mengambil dua kopernya dalam sekali angkat lalu memasukkannya ke bagasi. Kembali lagi lalu menuntun Nora dan Krista yang menurut saat dibimbing masuk ke mobilnya.
Sebentar saja Hani telah mengemudikan mobilnya keluar dari perumahan tempat Venus tinggal. Tidak ada kata yang diucapkan oleh temannya itu. Nora dan Krista tidur di jok belakang setelah kenyang minum susu yang diberikan oleh Hani.
Aku ikut trenyuh ๐ฅ๐ฅ
Semoga tetap semangat ya temans.
Btw makasih yang selalu komen meski kadang aku gak bisa balas satuยฒ. Tapi aku baca semuanya kok๐ฅฐ๐ฅฐ.
Makasih juga yang udah masukin ceritaku ke dalam daftar baca kalian, itu sesuatu buat aku. Love you so much๐๐
Love, Rainโค
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: AzTruyen.Top