๐Ÿ๐Ÿ“ | ๐‹๐ž๐ฅ๐š๐ก ๐Œ๐ž๐ง๐ ๐ ๐ž๐ซ๐จ๐ ๐จ๐ญ๐ข ๐๐ข๐ค๐ข๐ซ๐š๐ง ๐‡๐ข๐ง๐ ๐ ๐š ๐ค๐ž ๐“๐ฎ๐ฅ๐š๐ง๐ 

Memangnya, apa lagi yang bisa ia lakukan?

Ia tidak memiliki kemampuan untuk menolak, tidak pula memiliki kesanggupan untuk membela diri. Ketika ia sudah memuja, ia akan menjadi pemuja yang mematuhi dan memenuhi seluruh keinginan pujaannya. Kalaupun akan membuatnya sakit, selagi itu adalah hal yang diinginkan sang pujaan, maka ia tidak akan memiliki alasan untuk tidak memberikannya. Ia lakukan segala hal untuk seseorang yang ia puja dalam rahasia.

Lienna mungkin tidak pernah tahu seberapa besar Emir memujanya dalam jiwa, tidak pula tahu motif Emir mengikutinya selama ini dan mengunci mulutnya untuk tidak membocorkan isi hati.

Yang Lienna tahu Emir adalah penguntit. Emir mengawasinya. Emir ini, Emir itu. Tidak sekali pun Lienna tahu alasan Emir menyimpan segalanya di lubuk hati yang paling dalam, dan mengubur seluruh keinginannya untuk menjadi seorang pasangan. Lienna tidak tahu apa-apa.

Namun, barangkali Lienna memiliki alasanโ€”tentu semua orang memiliki alasan untuk menjauhi seseorang yang mengikutinyaโ€”Emir tidak akan protes jika pada akhirnya ia harus benar-benar meninggalkan Lienna. Meski mungkin terasa berat, tapi sungguh akan ia kuatkan dalam hati bahwa ia harus memberikan apa yang perempuannya inginkan.

Seorang lelaki tidak boleh menjadi egois dan mementingkan keinginannya sendiri.

Begitulah yang Eyang katakan kepada Emir kala ia menghabiskan malam di Rumah Eyang.

Di bawah derasnya hujan, Emir tak tahu harus ke mana membawa sedannya pergi selain ke kedai milik Keluarga Hattala. Hanya di sanalah satu-satunya tempat ia akan merasa tenang. Syukur, secara kebetulan, ia bertemu Eyang yang menyambut kedatangannya dengan tatapan hangat. Hingga segelintir curahan hati pun lolos dari bibir Emir dan tanpa sengaja mengganggu Eyang menikmati cerutunya malam-malam. Emir resapi seluruh perkataan dari seorang tetua yang masih kuat untuk duduk mengisap cerutu sambil memberinya nasihat. Teh sampai menjadi dingin, tidak sedikit pun Emir sentuh tatkala mendengarkan seluruh wejangan Eyang.

Jangan sampai kamu menyesal hanya karena mementingkan egomu.

Begitu kata Eyang, kakek Dona, Tjandra Hattala yang menyelimuti tubuhnya dengan selimut hangat setelah diterjang dingin hujan bulan November.

Ha ... Emir ... Emir ....

Emir hanya bisa tersenyum tipis, ujung bibirnya sedikit naik setelah mendengar dan melihat bagaimana Eyang menyebut namanya sambil bergeleng kepala. Barangkali Eyang sama herannya dengan Dion Danniswara ketika sekelebat-sekelebat ia bercerita tentang gadis pujaannya. Pemuja yang bodoh. Tapi, benarkah Eyang tega berpikir seperti itu tentangnya? Tidak, tidak mungkin.

Eyang adalah seorang penyayang. Seorang figur kakek yang didambakan seluruh cucu di dunia ini. Seorang pria tua yang menyayangi cucunya, teman cucunya, dan orang-orang di sekitar cucunya.

Lantas, seluruh nasihat Eyang pun terpatri dalam benak Emir Soerjotomo yang telah menganggap Tjandra Hattala seperti kakeknya sendiri.

Emir tidak peduli dengan bagaimana orang lain memandangnya malam itu. Ia tertunduk kedinginan, diselimuti, dan disajikan teh yang tak disentuh sampai mendingin sendiri, ditambah lagi ia duduk berhadap-hadapan di sudut kedai bersama Eyang yang begitu tenang dengan cerutu di tangan. Ia tidak peduli dengan seluruh mata yang memandang. Ia tidak peduli meski malam itu Andreaโ€”pemuda yang paling lekat dengan Eyangโ€”dan Donaโ€”cucu Eyang sendiriโ€”memandangnya dari kejauhan. Emir tidak mau peduli sama sekali.

Bagaimana mereka akan menilai, apa yang mereka pikirkan, Emir tidak mau menambah beban pikiran.

Dan secara natural, rasa hati Emir sedang enggan berbicara dengan dua cucu kesayangan Eyang. Dona yang baru dibahas oleh pamannya sendiri di Kedai Krisan, dan Andrea yang entah bagaimana bisa berhubungan dengan Lienna, Emir ingin sejenak rehat memikirkan mereka.

Lelah menggerogoti pikiran hingga ke tulang.

Lienna saja sudah cukup membuatnya mabuk kepayang.

to be continue


Author Note

First of all, I want to say sorry IF this chapter was TOO SHORT. Ini bagian dari rencana, karena minggu depan mungkin akan agak panjang. Hehehe.ย 

And by the way, aku bawa jawaban dari Q&A minggu lalu! Thank you untuk kalian semua! <3

__________

Q&A with TSOS Characterย 

#1 EMIR SOERJOTOMO

"You good, Bro?"

"Ngga mau cari cewek lain?"

#2 LIENNA ROSALINE

"Wetonmu apa? Asking for a friend."

#3 DONA HATTALA

"Have you ever listened to Leave Out All the Rest by Linkin Park?"

"You have a masc vibes. Is it comes naturally from your soul or something/someone has changed you?"

Aaaandddd, that's it! Thank you guys, see you next week! <3


Sincerely,ย 

Xadara Goe

Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: AzTruyen.Top