๐Ÿ๐Ÿ‘ | ๐‹๐จ๐ฏ๐ž ๐จ๐Ÿ ๐Œ๐ฒ ๐‹๐ข๐Ÿ๐ž

MALAM di Rumah Eyang.

Seperti yang Andrea katakan di pertemuan-tanpa-sengaja waktu makan siang bersama Lienna, Emir pun datang untuk turut meramaikan Rumah Eyang.

Katanya, Dona malam ini akan tampil. Andrea bilang, Dona akan bernyanyi. Suara selembut angin itu akan menyejukkan malam di Rumah Eyang, siapa yang akan melewatkannya?

Pasca diskusi resital selesai di sore hari tepat setelah perpustakaan tutup, Emir pun berpisah dengan Lienna di anak tangga terakhir Gedung Ali Sadikin.

Sebetulnya, Emir ingin mengajak Lienna ke Rumah Eyang. Namun, apa daya jika gadis itu tidak menunjukkan ketertarikan. Bahkan sebelum Emir sempat mengajaknya, Lienna sudah lebih dulu memutuskan untuk berpisah di depan Gedung Ali Sadikin.

Jadi, ya ... begitulah. Emir dan Lienna akhirnya berpisah. Emir berbelok ke kanan menuju Rumah Eyang, dan ketika Emir menoleh ke belakang, Lienna sedang berjalan memasuki area Taman Ismail Marzuki lebih dalam.

Mereka berpisah di sore hari.

Dan di sinilah Emir malam ini.

Di Rumah Eyang.

Tamu-tamu sudah banyak yang berkunjung. Mereka duduk dengan kudapan dan gelas-gelas kopi di meja. Ada sekelompok muda-mudi yang bercengkerama, ada juga kakek tua yang santai membaca koran dengan asap cerutu di sekitarnya. Rumah Eyang memiliki macam-macam tamu yang berkunjung, dan Emir tidak pernah merasa tidak nyaman dengan suasana ini. Tua muda bergabung, bersantai, tak ada musik kencang, tak ada keriuhan.

"Tes ... tes ...."

Suara itu.ย 

Hingga sampai suara itu datang, barulah terdengar suara sorakan ramai nan gembira dari para tamu Rumah Eyang.

"Dona."

Tersenyumlah Emir melihatnya, Dona sudah mendudukkan diri di satu kursi bar yang ditarik ke area panggung musisi. Di sampingnya ada piano tua yang tidak dimainkan, lantaran Dona duduk di sana dengan sebuah gitar. Gitar yang sudah menemaninya bertahun-tahun lamanya, melewati suka dan duka. Dan Emir tidak pernah melihat Dona memetik gitar lain di Rumah Eyang, hanya ada satu yang dia sayang.

Tatkala dawai-dawai itu mulai dipetik, nada-nada pedih namun indah pun mulai terdengar. Alunannya seolah tengah meromantisasi luka.

"Love of my life ... you've hurt me."

Baru satu lirik pertama, sudah cukup mampu membuat senyum Emir meluruh tipis tatkala mendengar suara Dona. Suara yang selembut angin itu, mulai berubah menjadi sedalam samudra setiap kali Dona bicara dengan nada. Perempuan bersurai hitam kelam itu selalu mampu membuat lagu yang dibawakannya menyampaikan rasa tertentu kepada para tamu yang mendengar. Rasa sakit yang entah datang dari luka mana.

"You've broken my heart ... and now you leave me. Love of my life ... can't you see?"

"...."

"Bring it back, bring it back ... don't take it away from me, because you don't know ...."

Oh, tidak.

"What it means to me."

Remuk sudah hati mereka yang pernah mencinta.

Suara-suara apresiasi atas persembahan Dona mulai terdengar setelah perempuan itu menyelesaikan bait pertama. Alunan gitar kembali mendominasi, namun suaranya sedikit redup tertelan suara tepukan tangan. Agaknya, mereka semua para tamu Rumah Eyang merasa bangga dengan persembahan penuh kesedihan dari seorang Dona Hattala.

Emir sendiri duduk di tengah-tengah Rumah Eyang, tidak berhadapan lurus dengan temannya yang sedang tampil dan menjadi pusat perhatian. Pandangan Emir sedikit tertutupi oleh meja-meja yang menghalangi. Namun, sudah cukup jelas bagi Emir untuk melihat bagaimana ekspresi Dona tatkala mengalun melodi penuh luka dengan gitarnya.

Gadis itu ... memiliki kesedihan yang tidak Emir tahu. Malam ini, jelas sekali tergambar di wajahnya yang jarang berekspresi. Ada semburat rasa yang mengait pada lagu yang dibawakannya. Ada sesuatu yang tidak Emir tahu, dan agaknya ... Dona tengahโ€”atau mungkin pernahโ€”mengalami patah sepatah-patahnya.

"You will remember when this is blown over ... and everything's all by the way."

"...."

"When I grow older, I will be there at your side to remind you ... how I still love you ...."

Dan para tamu pun turut bersedih bersama Dona Hattala, "I still love you ...."

Dona memejamkan mata, menikmati bagaimana mereka turut bersedih bersama dirinya.ย 

"Bring it back, bring it back ... don't take it away from me becauseโ€”"

Dia terhenti, di saat yang sama matanya kembali terbuka. Air mukanya berubah seketika. Dan para tamu Rumah Eyang-lah yang melanjutkan bait terakhirnya.

"You don't know ... what it means to me."

Mata segelap obsidian itu menatap lurus tertuju kepada seseorang yang jauh di belakang. Emir menoleh, penasaran dengan siapa yang Dona lihat hingga membuat gadis itu tertegun tak mampu mengakhiri lagu.

Dan sungguh sebuah misteri dalam kehidupan ini. Dia adalah ....

Lienna Rosaline.

Entah sejak kapan gadis itu sudah berdiri di depan pintu masuk Rumah Eyang. Tepat di atas keset 'Selamat Datang', gadis pujaannya terpaku dengan ekspresi datar menatap lurus ke arah sang pelantun lagu legendaris;ย Love of My Life dari Queen.

Lienna berada di sana.

Dan pikiran Emir kosong seketika. Tidak ada sekilas pun ide yang memberikan jawaban atas kehadiran Lienna, dan mengapa gadis itu terpaku di sana. Dia tidak bergerak, dia hanya berdiri di atas sepatu Mary Jane-nya, dengan rok yang jatuh sepanjang betis dan blus putih yang sama yang dia kenakan saat bertemu Emir di perpustakaan. Dia tidak duduk di kursi kayu Rumah Eyang, pun tampaknya dia tidak memiliki pikiran untuk memilih kursi. Dia hanya berdiri. Dia tertegun. Dia membuat Emir tidak mengerti tentang apa yang tengah terjadi.

Apakah gadis pujaannya baru saja dibuat terperangah dan terhanyut karena keindahan nada dan suara? Atau karena ... hanya karena ... itu adalah Dona Hattala?

Emir tidak tahu. Namun sekali ia lirik ke arah Dona, dan sekali ia lirik ke arah Lienna, dua perempuan itu saling bertukar tatapan lurus nan dalam tanpa peduli dengan sekitar yang mulai memandang mereka.

Agaknya, kehadiran Lienna membuat suasana kedai berubah dalam sekejap mata. Tidak. Hanya Emir yang merasakan suasana kedai mulai berubah. Yang lain hanya memandang mereka untuk sekilas saja, sebelum kembali berbincang dengan teman duduk masing-masing seolah tak terjadi apa-apa.ย 

Hanya Emir yang merasakan dengan jelas hingga ia pun bisa mengerti suasana hati Dona sungguh tidak sebaik sebelumnya. Dan Emir sungguh khawatir, akankah terjadi kekacauan setelah insiden tatap menatap Dona Hattala dan Lienna Rosaline?

to be continue

Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: AzTruyen.Top