1. Klee Tanpa Dodocco
โพโโคโโพ
Klee mengerjap tatkala Albedo mengemasi bom serta alat dan bahan untuk merakitnya. Tatapan gadis kecil itu kosong, otaknya masih berusaha memproses apa yang sedang terjadi.
Beberapa menit lalu, kakaknya menjelaskan cara ia terhindar dari hukuman hari ini dengan bahasa yang agak sulit dimengerti olehnya. Setelah ia mengiyakan penjelasan Albedo, pemuda itu langsung masuk ke dalam ruangan dan mengemasi bahan serta alat untuk merakit bom miliknya lalu memasukannya ke dalam sebuah kotak. Dia bahkan membawa dodocco-dodocco lain yang ada di ruangan tersebut!
" Tunggu!" teriak Klee sambil menarik ujung baju Albedo. " Kak Albedo mau membawa mereka kemana?!"
Jejaka bersurai pirang keabuan itu menoleh dan tersenyum simpul. " Aku akan membawa mereka untuk sepekan."
" Bagaimana dengan Klee? Klee akan kesepian tanpa dodocco," ujar Klee dengan nada sedih, matanya mulai berkaca-kaca.
Albedo tersenyum getir. Sang alkemis tak tega melihat si anak pirang bermuram durja, namun keputusannya sudah bulat dan tak bisa diubah. Ia akan tetap mengambil dan menahan barang-barang berbahaya berselimut tampilan imut tersebut selama seminggu.
Tak ingin Klee bersedih, Albedo menunduk dan kembali memberi elusan lembut di pucuk kepala gadis kecil itu. Bibirnya mengukir sebuah senyum hangat. " Jangan khawatir, aku berjanji akan menjaga dodocco dengan baik."
Perkataannya itu belum berhasil membuat Klee kembali tersenyum, raut wajah adiknya masih murung. Albedo menghela napas, tampaknya ia harus menghibur Klee dengan kalimat yang lebih meyakinkan.
Albedo meletakkan kotak yang dibawanya ke lantai dan berjongkokโ menyamakan tingginya dengan Klee. Tangannya meraih kedua pundak si gadis mata rubi. " Klee," panggilnya dengan suara lembut.
Klee menatap Albedo, memperlihatkan mata yang berkaca-kaca dan pipi yang basah akibat air mata. Gadis pirang itu langsung mengusap air matanya dengan punggung tangan, masih sedikit terisak. Sang pemuda bermata teal turut menyapu air mata yang tersisa dengan ibu jarinya sebelum menepuk lembut pucuk kepala gadis kecil di hadapan.
" Kau bisa bertemu dodocco lagi minggu depan. Jadi tidak perlu sedih, oke?"
Klee menggembungkan kedua pipinya. " Tapi, selama seminggu itu Klee tidak akan bisa memancing ikan atau bermain bersama dodocco. Tanpa dodocco, Klee akan bosan."
" Aku yakin kau akan baik-baik saja tanpa dodocco, Klee," balas Albedo masih dengan senyumnya. " Lagipula, kau bisa melakukan aktivitas lain bukan? Seperti menggambar atau berpetualang bersama pengembara dan Paimon. Bukankah itu aktivitas yang cukup menyenangkan?"
Albedo cukup akrab dengan si pengembara dan teman peri kecilnya. Kedua sobat petualang itu sering berkunjung ke Dragonspine untuk makan siang atau hanya untuk sekedar berkunjung, terkadang membawa buah tangan berupa masakan-masakan khas Liyue untuk dimakan bersama-sama. Benar-benar orang yang murah hati.
Saat makan, terkadang si pengembara dan teman sepetualangannya akan menceritakan perjalanan yang mereka alamiโ Paimon yang biasanya lebih sering mengisi obrolan. Mereka juga sering bercerita tentang Klee setelah berkunjung dari Mondstadtโ yang sebagian besar tentang betapa sulitnya menghindarkan Klee dari kemarahan sang acting grandmaster. Dari cerita-cerita tersebut, dapat diasumsikan jikalau dua kawan petualang itu termasuk orang yang akrab dengan adiknya.
Pemuda bersurai pirang keabuan itu menatap sang adik yang tengah menatap lantai dengan ekspresi berpikir, tampak mempertimbangkan perkataannya. Albedo harap adiknya akan menyetujui ucapannya barusan.
Klee mendongak, kembali menatap Albedo. Anak itu mengangguk dengan agak berat hati. " Jika Kak Albedo berkata begitu... baiklah, Klee akan mencobanya."
" Tapi, berjanjilah akan menjaga dodocco dengan sungguh-sungguh!" lanjutnya sembari mengangkat jari kelingkingnya. Raut wajahnya berubah serius dengan sorot mata tajam yang malah terkesan imut.
Albedo mengangguk dengan senyum yang belum pudar, tangannya mencubit pipi Klee gemas. " Ya, aku berjanji."
Gestur singkat tersebut membuat si gadis kecil tertawa pelan.
" Oh ya, Klee. Apakah kau lapar?" lanjut Albedo dengan nada bertanya. " Jika kau lapar, aku akan membawamu ke Good Hunter dan kita makan bersama disana."
Klee membuka mulut untuk mengiyakan ajakan sang kakak, namun suara nyaring terdengar dari arah perut kecilnya. Ya, gadis kecil itu terlambat sepersekian detik dari perut mungilnya tersebut. Si gadis manis hanya terkekeh pelan sembari menggaruk pipinya yang tak gatal.
Albedo mengerjap sebelum tertawa kecil. "Aku anggap itu sebagai iya."
โคโคโค
" Hm~ sweet madame ini enak sekali! Kak Albedo harus mencobanya juga!" ujar seorang gadis pirang berkuncir dua yang tengah menikmati hidangan di hadapannya.
Pemuda bersurai pirang pucat di seberang meja hanya tersenyum dan mengambil garpu serta sendok. " Tentu, Klee."
Setelah mengonfirmasi perihal hukuman Klee dan penyitaan bom-- maksudnya dodocco, Albedo mengajak Klee untuk makan siang bersama. Dan disinilah mereka sekarang, menikmati hidangan berbahan dasar daging unggas dan sweet flowers di kursi pelanggan kedai Good Hunter.
Klee mengginggit potongan paha ayam yang ada di genggamannya, gumaman senang lolos dari bibirnya tiap kali gigitan daging masuk ke dalam mulutnya. Sedangkan Albedo hanya tersenyum saat melihat ekspresi lucu dari gadis kecil di hadapannya. Pemuda itu turut memasukan potongan daging ke dalam mulutnya, memakannya dengan tenang.
" Kak Albedo."
" Hm?" Albedo menelan makanan di dalam mulutnya. " Ada apa?"
" Kapan-kapan, Klee ingin makan bersama dengan Kak Albedo dan Kak Pengembara!" ujar Klee sebelum kembali menggigit olahan paha unggas di tangannya.
Si pemuda memejamkan matanya, tampak berpikir sejenak sebelum mengangguk dan tersenyum. Hal itu membuat gadis kecil di seberang meja bersorak girang.
" Bagaimana dengan Paimon? Kita tidak mengajaknya?"
Pertanyaan tiba-tiba dari sang kakak mebuat Klee berhenti mengunyah makanan di dalam mulutnya. Ah, dia hampir melupakan makhluk kecil cerewet itu.
" Soal itu...," Klee mengalihkan pandangan ke samping lalu menatap Albedo kembali dengan rona wajah cerah. " Kita akan memasaknya!"
Albedo membalas perkataan si ksatria kecil dengan kekehan geli. Sang pengembara memang sering menyebut Paimon dengan sebutan makanan darurat, tapi ia tak menyangka Klee akan menanggapi candaan Pahlawan Liyue itu dengan serius. Walau tak dapat dipungkiri ia sendiri penasaran apakah makhluk kecil mengambang tersebut benar-benar bisa dimasak atau tidak.
โคโคโค
Sesi makan itu berakhir dengan Albedo membayar seluruh pesanan pada Sara. Pria muda tersebut pergi beberapa saat kemudian setelah memberi tepukan lembut di pucuk kepala Klee, ia berkata masih sibuk dengan penelitiannya dan harus segera kembali ke Dragonspineโ meninggalkan si gadis kecil yang memasam wajah muram itu dengan berat hati.
Klee tidak memaksa Albedo untuk tinggal, membiarkannya pergi untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan penelitian. Klee adalah gadis baik, karena itu ia tak bisa selamanya memaksakan egoismenya dan membuat kakaknya kerepotan.
Menghela napas, Klee melangkahkan kaki kecilnya menelusuri jalanan kota seraya mengadah ke angkasa raya sesekaliโ memperhatikan burung-burung yang terbang bebas di angkasa. Apa yang harus dilakukannya untuk mengisi waktu sangat luang ini?
" Lagipula, kau bisa melakukan aktivitas lain bukan?" Suara Albedo kembali menggema di telinganya.
Klee bergumam pelan. " Aktivitas lain, ya...."
Gadis berkuncir dua itu menggeram sambil memejamkan mata sejenak sambil memasang pose berpikir. Menggambar? Ia tidak dalam suasana hati untuk melakukannya. Bermain dengan anggota Knight of Favonious? Mereka pasti tidak mau karena sibuk dengan urusan masing-masing. Bertualang dengan sang pengembara? Masih mustahil. Perempuan muda dengan pakaian mencolok dan kawan perinya itu bahkan belum menampakkan batang hidungnya di Mondstadt.
Klee menggembungkan kedua pipinya, ia benar-benar kehabisan ide. Bertahan satu minggu tanpa dodocco terdengar semakin mustahil.
Dalam kekalutan itu, melodi-melodi indah kecapi yang dipetik memasuki rungunya. Gadis kecil itu langsung menolehkan kepalanya ke segala arahโ berusaha mencari asal musik merdu tersebut. Pandangannya langsung tertuju ke arah alun-alun kota, lebih tepatnya ke arah kerumunan di bawah patung agung Sang Archon Anemo.
Diliputi rasa penasaran yang membuncah, Klee mulai melangkahkan kaki ke arah kerumunan itu dengan kedua tungkai kecilnya. Senyum tanpa sadar terulas di bibir mungil miliknya.
Halo! Ini Hana lagi (*๏ผพ๏ผพ*)//
Mohon maaf, update-nya telat banget. Hana sering buntu pas merangkai kalimat soalnya โฅ๏นโฅ
Thank you very much to Kianana15 for make such beautiful banner and cover (*ยดโฝ๏ฝ)๏พ๏พ
Anyways, jangan lupa untuk mengingatkan jika ada kesalahan pengetikan atau typo, ya!
Sampai jumpa di chapter berikutnya(โงโโฆ)/
-Aohana Mashiro
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: AzTruyen.Top