[] TWENTY-NINE 🐊

T H E Y O U T H C R I M E

29

BERIKAN PUJIAN untuk melemahkan seseorang agar menjadi polos, berikan kritikan untuk menguatkan seseorang agar menjadi kuat. Dan ini adalah fakta.

Olimpiade Sains Nasional bukan semata tentang mengerjakan soal-soal dengan tingkatan pelajaran yang lebih tinggi dengan materi yang tidak semuanya diajarkan di sekolah dan harus mengikuti pembinaan setiap hari untuk hasil maksimal. Bukan sekadar penguasaan teori peserta didik, ekonomi dan finansial tiap sekolah juga memengaruhi bagaimana perkembangan para siswa-siswi dalam mencari ilmu. Di sini pihak sekolah juga berpeluang begitu besar dalam menaikkan derajat dan citra sekolah terutama bagi sekolah-sekolah ternama yang sudah dikenal secara nasional.

Sekolah terkenal sudah pasti biaya pendaftaran mahal dan fasilitas yang lebih baik dari sekolah biasa. OSN bukan hanya melihat tentang kualitas peserta didik tetapi sekolah juga memengaruhi bagaimana kemampuan anak-anak yang telah dibina untuk menghasilkan bibit-bibit unggul yang lebih baik. Intinya uang dan kekuasaan begitu diperhatikan dalam OSN.

Begitulah kira-kira yang terlintas dibenak Adelia. SMANJA yang namanya sudah terkenal tidak perlu pusing-pusing menggelontorkan dana dan anggaran untuk persiapan olimpiade tiap tahunnya. Di tingkat nasional saja para siswanya selalu membawa medali kejuaraan apalagi tingkat internasional? Maka tidaklah heran juara umum OSN didominasi di pulau Jawa saja, daerah lain tidak pernah kebagian tempat. Finansial dan atensi sekolah memengaruhi kualitas peserta didik yang baik.

"Untuk apa OSN diciptakan kalau ujung-ujungnya yang menang cuma daerah itu-itu saja?"

"Justru untuk meningkatkan kualitas peserta didik di daerah itu-itu saja."

"Ini tidak adil!"

"Begitulah kenyataannya, Adel. Inti dari OSN adalah mencari peserta didik terbaik berdasarkan kualitas sekolah masing-masing. Persentase kemungkinan sekolah dari luar Jawa untuk bisa lolos sangatlah kecil. But, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini kan?"

"Omong-omong bagaimana menurut kalian tentang bimbel LOSECO?"

"Bimbel langganan anak-anak SMANJA itu? Bimbel elite itu dimiliki oleh Martinus seperti apa yang aku dengar."

"Terlebih sesuai janji yang diberikan bahwa kita harus menjaga kerahasiaan dengan tidak membicarakan bimbel LOSECO dengan orang lain karena bimbel ini sangat eksklusif. Di khususkan untuk kaum elite karena kalangan menengah ke bawah pendapatannya pasti sulit untuk mendaftar bimbel itu."

"Biaya mendaftar bimbel LOSECO itu tidak masuk akal bukan?"

"Bagi kami itu termasuk murah. Sebenarnya yang paling mahal di bimbel LOSECO selain pendaftaran dan biaya latihan penguasaan materi secara mendalam, adalah biaya kunci sukses."

"Kunci sukses?"

"Kunci yang bisa membawamu melewati segala rintangan dengan mudah, semacam cheat pada permainan online agar bisa membunuh musuh dengan sangat mudah dan tidak bisa mati. Aku tidak tahu apa yang ditawarkan di sini tetapi itu benar-benar harus dirahasiakan karena tidak semua orang bisa dapat."

Pigura foto yang terpasang di dinding kamar Adelia menampakkan sosok wanita bertubuh tinggi dengan kulit sehitam arang dan gaya rambut ikal khas orang-orang Maluku. Sang ibu yang sudah berpulang lima tahun silam. Menyisakan seberkas rasa rindu dan segumpal sesak di dada yang harus ditahannya setiap hari. Kini Adelia tinggal bersama Mario, sang ayah yang sibuk bekerja sebagai PNS yang pindah tempat. Semula ia bertugas di Maluku tetapi dipindahtugaskan ke Jakarta Selatan.

Adelia menutup kedua matanya yang dipenuhi dengan garis-garis kelelahan setelah mengikuti pembinaan OSN dari tanggal 15 Januari hingga sekarang, 1 Februari 2019. Dari informasi yang didapat bahwa OSN SMA/SMK tingkat provinsi akan dilaksanakan pada 20 Februari kemudian setelah pemilihan peserta didik di masing-masing 34 provinsi di seluruh Indonesia akan diarahkan menuju OSN tingkat nasional pada tanggal 28 Februari. Dengan jadwal sedemikian padatnya tidak mengherankan Adelia harus melawan rasa lelah dan kantuk.

Ketika baru menyelam dalam lautan mimpi, suara derap langkah kaki membisiki telinga Adelia dengan keras tanpa permisi. Ayahnya baru saja pulang dari bekerja. Namun, suara langkah kaki itu semakin ramai saja seolah rumahnya sedang didatangi oleh beberapa orang yang ingin meminta wawancara atau apalah itu. Rasa penasaran yang memuncak akhirnya Adelia terpaksa bangun, membatalkan tidur nyenyak. Ia berjalan terhuyung-huyung seraya menatap sang ayah sedang membuka koper dan menampakkan uang berwarna kemerahan, seratus ribu rupiah. Jumlahnya lebih dari satu, sudah pasti Mario sedang membeli sesuatu entah apa itu.

Adelia memilih enggan menemui sang ayah yang sepertinya sedang membeli sesuatu yang tidak ia ketahui. Tidak biasanya Mario mengundang orang asing dan membeli barang padahal ia adalah orang yang sangat hemat. Sejak bergabung di bimbel LOSECO, sang ayah jadi lebih sering tersenyum pada Adelia. Di ruang tamu itu terlihat guru pengajar bimbel LOSECO yang sempat ia temui tadi bersama ketiga orang laki-laki berbadan besar--seperti bodyguard yang sedang mengawasi--seorang pria berkumis dengan mengenakan seragam dinas dan ayahnya sedang tertawa terbahak-bahak. Ia menguping percakapan itu.

"Totalnya dua puluh lima juta rupiah. Perlu aku tambahkan lagi nominalnya?"

"Ini sudah lebih dari cukup. Sudah pasti anakmu akan meraih medali emas!"

"Nah, aku senang kalau begini! Hasilnya sudah pasti!"

"Simpan baik-baik ya, Adelia pasti bangga punya Ayah yang sangat pengertian dengan kondisinya sekarang!"

Setelah gerombolan orang asing itu benar-benar pergi, Adelia mendekati Mario yang sedang mengecek sebuah map besar berisi puluhan kertas. Sang ayah tersenyum manis ketika Adelia duduk dan melontarkan pertanyaan padanya dengan nada bingung.

"Apa yang ayah lakukan tadi dengan orang-orang asing itu?"

"Ini. Lihat dulu!"

Adelia mengambil map besar tersebut, mengambil isinya dan terperangah setelah membaca tulisan yang tercetak tebal di setiap lembaran kertas dengan ukuran yang besar-besar itu. Di sana tertulis:

KUNCI JAWABAN LENGKAP OSN SMA/SMK 2019 TINGKAT PROVINSI & NASIONAL BIDANG IPS|SANGAT RAHASIA

"Cuma dua puluh lima juta rupiah kamu sudah dapat kunci jawaban selengkap ini! Bapak yakin OSN nanti kamu sudah pasti membawa pulang medali!"

"Ayah, dua puluh lima juta ... itu angka yang nggak sedikit kan—"

"Jangan pikirkan harganya, pikirkan bahwa dengan begini kamu sudah pasti lolos. Mulai besok kamu bisa jawab latihan soal dengan mudah pakai kunci jawaban ini!"

Adelia tersenyum senang. Benar juga. Dengan begini ia tidak perlu lagi pusing tujuh keliling untuk mempersiapkan diri. Uang adalah segalanya, apa-apa bisa dibeli bahkan kunci jawaban OSN sekalipun. Zaman silih berganti dan pendidikan kini menjadi ladang bisnis yang sangat menguntungkan untuk mencari uang sebanyak-banyaknya bukan lagi meningkatkan kualitas pendidik dan gedung sekolah.

Bermodalkan kunci jawaban, Adelia dan Aksan berhasil lolos dalam OSN tingkat provinsi. Keduanya akan bersiap dalam menghadapi olimpiade sesungguhnya yang telah menanti di depan mata mereka berdua yakni OSN tingkat nasional yang akan dilaksanakan di Manado Independent School yang berada di Kabupaten Minahasa Utara.

"Kalau ditanya apa sih rahasianya supaya bisa lolos OSN sampai ke tingkat nasional? Jawabannya cuma satu. Uang."

Pihak SMANJA memfasilitasi keberangkatan Adelia dan Aksan menuju Manado dengan tiket pesawat gratis dengan segala kebutuhan yang sudah disiapkan oleh sekolah. Mario melambai-lambaikan tangannya ke arah Adelia yang kini tengah membawa koper besar berisi pakaian dan atribut sekolah, berdiri di area administrasi bandara. Kalau orang lain melihat ada dua anak-anak yang sedang liburan ke Manado padahal sebetulnya tidak.

Selama perjalanan udara yang diperkirakan mereka berdua akan tiba di Manado sekitar pukul empat sore setelah pihak bandara menginformasikan adanya keberadaan badai yang bisa mengganggu penerbangan. Adelia sibuk membaca kunci jawaban, menulisnya pada sebuah kertas kecil dan melipatnya jadi kecil.

"Peraih medali emas! Adelia Syifa dari SMA Nasional Jakarta!"

"Bagaimana perasaannya nih setelah meraih medali emas?"

"Saya tentu merasa sangat bangga pada diri saya sendiri dan tentunya untuk keluarga tercinta yang ada di rumah!" Adelia tersenyum dengan bangga.

Mimpi telah menjadi kenyataan. Siapa yang tidak senang? Bila itu berasal dari kerja keras selama ini tentu sangatlah membahagiakan. Bagaimana jika berasal dari kesempatan lewat uang agar bisa mewujudkan mimpi tersebut? Malah terkesan munafik.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top