[] THIRTY-FOUR 🐊
T H E Y O U T H C R I M E
34
KONEKSI ITU penting untuk saling menghubungkan diri satu sama lain dengan mudah dan cepat tanpa halangan sama sekali. Sebagai kepala sekolah, Martinus mencari komunikasi dengan beberapa pejabat pemerintah dan membangun koneksi bersama mereka agar sama-sama untung, intinya simbiosis mutualisme.
Awalnya pihak sekolah akan segera melangsungkan acara atas kedatangan bupati dari Jakarta Selatan itu tetapi diketahui orang yang bersangkutan sedang melakukan diskusi tertutup bersama kepala sekolah, Martinus.
"Alasanku kemari untuk memberitahumu tentang satu hal, olimpiade internasional di Lithuania."
"Olimpiade di Lithuania?! Itu kabar yang sangat luar biasa!"
"Tentu saja, aku tahu kau sedang sibuk mengurusi kasus-kasus SMANJA selama ini pastilah itu sangat berat bukan? Semoga dengan olimpiade ini bisa memberi angin segar dan citra sekolah kembali membaik."
"Ya, ya, ya. Aku harap begitu."
"Aku lihat kompetensi dasar anak-anak di sini semakin bagus, lihat itu! Ten Angels. Perkembangan sekolah ini lebih baik ketimbang tahun lalu. Aku akan siapkan tiket pesawat khusus untuk mereka termasuk kau!"
Perlu diketahui SMANJA ikut berpartisipasi dalam lomba-lomba sains berskala internasional tiap tahunnya. Biasanya peserta didik yang dikirimkan cuma berjumlah dua sampai empat orang dikarenakan kurangnya kesiapan belajar dan mental. Namun, di tahun 2019 ini peningkatan daya belajar siswa naik begitu signifikan dan sangat potensial.
"Kau mau minta apa lagi?"
"Pintar, kau tahu maksudku. Untuk bimbel LC, aku akan berikan kunci jawaban semua mata pelajaran internasional Lithuania yang sudah aku dapatkan lewat lembaga resmi tentu saja berpura-pura bahwa kunci jawaban itu untuk dipakai belajar, bayarannya uang. Kemudian segala biaya transportasi dan akomodasi siswa sudah aku siapkan, bayarannya pun uang. Sekarang aku minta ... kau memberi aku setengah pendapatan dari bimbel LOSECO."
"Kenapa tiba-tiba begini--"
"Aku sudah bosan berbisnis lagi di situ. Jadi ini adalah terakhir kali bagiku untuk memberimu kesempatan gratis memulihkan citra sekolah lewat prestasi dan prestasi. Aku sudah banyak membantu kan selama ini? Dengan begini kontrakku dinyatakan selesai dengan bimbel LOSECO termasuk kau."
"Bagaimana kedepannya nanti? Bukankah LOSECO akan terancam turun kalau kau berhenti?"
"Martin, kau tahu aku ini tidak bodoh. Kau tidak usah khawatir karena penerus selanjutnya adalah asisten milikmu yang sangat bisa diandalkan itu. Dia perempuan misterius yang sangat hebat bukan?"
"Ya, kau benar. Wanita itu memang cerdas, dengan kecantikannya ia bisa menyihir anak-anak untuk mengikuti bimbel dan pundi-pundi uang mengalir terus ke rekeningku. Kalau dia tidak ada, aku tidak bisa melakukan apa-apa."
"Intinya kau harus selalu menjaga kerahasian dan berikan ultimatum pada orang tuanya masing-masing setiap waktu. Mereka benar-benar tidak akan pernah tahu, mencari kunci jawaban yang instan secara berlebihan pada akhirnya akan berdampak buruk juga. Itulah sebabnya bisnis LOSECO ini amat menguntungkan tetapi aku sudah pilih untuk berhenti. Mari kita kembali ke aula."
Di luar bertindak dengan formal dan bersemangat, di dalam bertindak secara informal dan dingin. Bambang Nasution terkenal karena aksinya dalam menyoroti kondisi pendidikan saat ini, menjanjikan beragam janji-janji manis dan diam-diam mempromosikan bimbel LOSECO terhadap anak-anak dengan kondisi mampu atau konglomerat tetapi dengan pendidikan sekolah yang rendah.
"Ini harganya seratus juta rupiah!"
Kunci jawaban telah mendarat di masing-masing rumah Ten Angels yang disambut dengan kegemparan orang tua bersama anak-anaknya. Adelia begitu terkejut ketika melihat sang ayah menggenggam sebuah amplop cokelat besar yang di dalamnya berisikan dokumen entah apa isinya. Ketika isi dokumen itu diambil, Adelia kembali terperangah. Dokumen itu dituliskan dalam bahasa Inggris yang berjudul:
Answer Key of Olympic Lithuania, Social Knowledge Theory, June 2019.
"Ayah, apa ini tidak berlebihan? Maksudku ... seratus juta rupiah hanya untuk kunci jawaban ini?! Bagaimana kalau aku tidak menang?"
"Adel! Waktu ini kamu ikut OSN dan berhasil bawa medali emas. Sekarang kamu juga harus bisa bawa pulang medali!"
"Ayah! Ini bukan tingkat nasional tapi internasional! Paham kan, internasional! Aku kurang yakin bisa meraih medali lagi dengan melawan kontestan dari berbagai negara."
"Sudah, sudah! Kamu jangan banyak bicara, Adel! Intinya pelajari kunci jawaban ini sebaik mungkin, katanya kamu mau membahagiakan orang tua?! Pelajari kunci jawaban yang sudah ayah belikan ini, mengerti kan!"
"Me–mengerti, Yah."
Adelia saat ini sedang belajar di kamar, melihat-lihat sekilas dokumen kunci jawaban yang semuanya berbahasa Inggris. Masalah terbesar bagi Adelia bukan pada penggunaan bahasa asing yang mengharuskannya untuk belajar grammar atau mengikuti tes TOEFL untuk lolos seleksi bahasa Inggris, tidak! Namun, paling krusial adalah kejujuran.
Internasional tentunya lebih ketat daripada nasional oleh karena itu Adelia harus berpikir keras dalam mempersiapkan diri terutama kunci jawaban yang telah dibeli oleh ayahnya seharga seratus juta rupiah dari bimbel LOSECO, angka yang fantastis. Mengerjakan soal lewat jalur kebohongan bagi Adelia memang asyik, medali sudah dipastikan akan tergenggam di tangan tetapi itupun bergantung pada kesigapannya sendiri. Ia rela mengorbankan kejujuran demi membahagiakan sang ayah yang kerap mengejek dan menghina dirinya sewaktu SD.
Kala itu Adelia acap kali dicap sebagai anak yang tidak berguna oleh ayahnya tetapi sang ibu tidak demikian. Ibunya selalu mengatakan bahwa nilai bukanlah yang utama tetapi jujur dan tanggung jawab adalah paling utama dari apa pun. Ketika ia mendapat kekerasan fisik dan verbal, kepalanya dipukul sekeras mungkin dengan umpatan kasar maka Adelia akan memeluk sang ibu untuk mencari kehangatan.
Sekarang pelukan itu telah sirna dalam tanah pemakaman yang telah basah. Adelia selalu merindukan kehadirannyanya tiap kali memandang pigura foto sang ibu sewaktu potret bersama di acara pernikahan, dua puluh tahun silam. Sudah cukup lama bagi Adelia untuk mengerti tentang hidup selama bersama sang ibu hingga akhir hayat.
Bandara Soekarno-Hatta dipadati oleh para wisatawan yang akan berkunjung ke negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand dan pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia untuk sekadar menikmati keindahan alam. Kalau mau tahu keindahan sisi lain dari pulau yang ada di Indonesia diantaranya, Bali, Bunaken, NTT dan NTB. Tempat-tempat itu wajib dikunjungi sekali seumur hidup tetapi saat ini Ten Angels bersama para guru lebih fokus melihat jadwal penerbangan menuju Lithuania yang sebelumnya akan transit terlebih dahulu di Singapura.
"Barang-barang sudah lengkap? Tidak ada yang ketinggalan kan?"
"Lengkap, Pak!"
"Saya mau pipis sebentar, Pak."
"Kembali ke sini satu menit lagi maka aku akan berikan majalah kesukaanmu!"
"Huh, siapa takut?"
Adelia buru-buru mencari toilet bandara yang berada di dekat area kantin. Sesudah menyelesaikan ritual, Adelia beranjak secepatnya menuju tempat semula. Namun, pandangannya tertarik oleh segerombolan orang-orang berseragam hitam yang kini sedang mengawasi sesuatu. Entah apa yang sedang mereka lakukan intinya Adelia tidak mau tahu.
Akibat tidak fokus melangkah, Adelia menabrak seorang wanita bergaun hitam yang sedang membawa koper. Sontak saja Adelia membungkuk berkali-kali untuk meminta maaf dan wanita itu hanya tersenyum. Wanita seksi yang mengenakan kacamata hitam itu lantas menatap Adelia dengan sorot mata setajam silet, lantas berucap sepatah kata yang membekukan kaki gadis tersebut.
"Adelia ... bersiaplah karena kau akan jatuh miskin."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top