[] ONE 🐊

Berikut ini beragam sebutan yang sudah dirangkum terhadap anak-anak di Indonesia sebagaimana yang kerap kita lihat. Pertama, gemar mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi seakan-akan sedang mengikuti kompetisi balap internasional tetapi sayangnya masih kalah dengan kemampuan Rossi. Apa sebutannya?

[The fastest]

Kedua, memiliki angan-angan dan pengharapan yang tinggi ketika mengikuti suatu kompetisi atau persaingan dan cukup berbahaya bila harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Apa sebutannya?

[The ambitions]

Ketiga, entah penyakit atau gangguan mental yakni anak-anak lebih mengutamakan emosi atau perasaan dalam diri ketimbang logika maka sering kali melahirkan beragam perkelahian dengan alasan tak masuk di akal dan alasan paling umum, "Cuma bercanda." Apa sebutannya?

[The hot-tempered]

Keempat, kasta tertinggi dalam hidup yang kerap diidam-idamkan oleh sebagian orang karena kekayaan mencerminkan kebahagiaan keluarga dan tidak jarang saking bahagianya pun jadi gila, anak-anak tidak akan jauh-jauh dari pusat perhatian dengan memanfaatkan pesonanya. Apa sebutannya?

[The crazy rich]

Kelima, masih tentang kasta tetapi levelnya sangat jauh ketimbang di atas ditambah lagi dengan rupa-rupa yang tidak menarik dan langganan ejekan oleh anak-anak nakal. Apa sebutannya?

[The poor]

Keenam, bagaimanapun aksi kekerasan fisik dan verbal di sekolah tak bisa dihilangkan seratus persen meski mengharapkan sembilan puluh sembilan persen tetapi tetap saja akan ada satu anak yang memiliki jiwa perusak dengan penyamaran sikap polos sempurna. Apa sebutannya?

[The bully]

Ketujuh, ada anak yang merasa tersakiti tetapi tidak mampu untuk melawan akhirnya secara diam-diam menyembunyikan segala luka dalam hati yang lama-lama akan menciptakan balas dendam. Apa sebutannya?

[The revenge]

Kedelapan, katanya anak-anak dibawah umur lima belas tahun adalah sosok manusia suci yang belum tersentuh oleh dosa dunia tetapi mulut mereka terkadang mengeluarkan hal-hal yang sejatinya tidak benar dengan menggunakan sikap polos dan lugu. Apa sebutannya?

[The lie]

Kesembilan, bagi pelaku bully yang menganggap lemah tentang sosok anak pendiam yang bisa dibully dengan sangat mudah, sebaiknya hilangkan anggapan itu sebab pertumpahan darah akan segera terjadi tanpa menunggu nanti. Apa sebutannya?

[The killer]

Omong-omong, kesembilan sebutan anak-anak ini bila digabungkan menjadi satu akan menjadi bumerang yang berbahaya dan menciptakan kasus kejahatan lebih mengerikan dan di luar batas. Mengapa? Suatu hari nanti pertanyaan tersebut akan terjawab setelah menuntaskan jurnal harian ini. Eh, apa nama jurnal hariannya?

T H E Y O U T H C R I M E

01

PINTAR TIDAKNYA seseorang dinilai dari seberapa rupawan seseorang tersebut.

Itulah fakta yang paling mendasari aturan dari salah satu jajaran sekolah terfavorit di Indonesia ini. SMA Nasional Jakarta atau biasa disingkat SMANJA adalah salah satu sekolah ternama dengan lulusan terbaik dari seluruh SMA di Indonesia. Memperoleh akreditasi A adalah sesuatu yang sangat membanggakan bagi sekolah bertaraf nasional ini.  Persentase siswa baru untuk mendaftar tiap tahunnya sangat luar biasa.

Maka tak heran, sekolah ini meraih kredibilitas yang sangat baik dan masa depan cerah dari tahun ke tahun.

Namun, memasuki era globalisasi di mana persaingan sekolah semakin ketat, sistem zonasi yang memberlakukan tiap sekolah untuk menerima siswa baru sesuai jarak tertentu dari rumah membuat kebanyakan orang tua mengeluh lantaran mereka kurang berminat dengan sekolah-sekolah terdekat meski digratiskan sekalipun. Misalkan ada anak yang ingin menjadi koki, tetapi karena sistem zonasi hanya sekolah kedokteran yang menjangkau jarak rumahnya. Apakah dia harus masuk ke sekolah kedokteran demi menggapai cita-cita semunya?

Pihak SMANJA memberlakukan sistem baru yakni menggratiskan biaya pendaftaran bagi siswa-siswi kurang mampu dan menerima seluruh siswa dari berbagai daerah.  Ada harga, ada barang. Bukan berarti anak-anak yang mendaftar gratis itu juga mendapat hak yang sama dengan anak-anak elite kebanyakan.

"Saya Martinus selaku kepala sekolah SMA Nasional Jakarta, mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta didik baru. Menginjak halaman sekolah ini artinya kalian telah menjadi bagian dari kami, SMANJA!" 

Sang kepala sekolah nyentrik nan bongsor, Martinus Stefanus menyerukan kata-kata bersemangat di lapangan basket SMANJA yang telah dipadati oleh para peserta didik bersama orang tua. Para guru lengkap dengan rambut klimis dan pakaian dinas yang necis berdiri gagah dan berbaris rapi. Sebentar lagi MPLS akan segera dimulai.

"Apa semua guru sudah hadir?" tanya Martinus kepada Fransisca selaku wakil kepala sekolah.

"Kurang lagi satu orang Pak, katanya masih dalam perjalanan."

Seorang pria setinggi 175 senti dengan kumis yang masih dipelihara berlari dari gang kecil menuju gang lainnya. Dia melangkah tergesa-gesa, tidak peduli seberapa banyak semut yang tak sengaja terinjak olehnya. Setelah nampak gerbang sekolah dari jauh, sesegera mungkin dia menyeberang jalan dan menunjukkan name-tag yang terpasang di dada ke beberapa pihak keamanan dan memperbolehkan dirinya masuk.

Mahendra Wicaksana, pria yang melamar sebagai guru honorer di SMANJA. Sebagai orang yang hidup serba salah, dia tidak pernah jauh-jauh dari masalah. Contohnya saja seperti sekarang ini. Kemarin malam sehabis berbelanja mie instan dan mengendarai motor ninja kesayangannya di tengah jalan kota Jakarta yang sudah menyepi dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba seekor anjing melintas tepat di hadapan Mahendra. Otomatis dia segera menarik rem depan dan belakang sekuat tenaga tetapi karena situasi yang sangat mendadak maka tubuhnya terpental ke depan. Bokongnya merasakan sakit yang teramat sangat, sialnya mie instan yang dibelinya itu berantakan di tengah jalan. Bagaimana dengan anjingnya?

Syukur saja, anjing itu tidak terluka. Namun, rupa-rupanya dia menyusun siasat dengan memanggil sekawanan spesiesnya dan buru-buru menggigit mie instan yang berserakan dan membawanya pergi entah ke mana. Badan sudah sakit, perut pun makin terlilit saking laparnya. Sial. Kemudian Mahendra menghubungi Abe, teman bengkelnya dan jadilah motor miliknya dirawat semalaman. Akhirnya dia terpaksa berlari menuju sekolah akibat bangun terlambat.

Mahendra bergabung bersama guru-guru lain untuk mengikuti kegiatan MPLS. Dari ujung pintu gerbang sampai ujung pagar sekolah, pandangan Mahendra tak henti-hentinya menangkap polesan semen dan beton yang menutupi seluruh tanah berlumpur kecuali area kebun dan taman, tentu saja. Seolah warga sekolah di kota ini sangat phobia kalau menginjak tanah.

"Pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah SMA Nasional Jakarta tahun pelajaran 2016/2017 resmi dibuka!"

Kegiatan MPLS  ialah persiapan untuk membiasakan diri bagi para siswa agar cepat beradaptasi dengan sekolah baru. Semula kegiatan ini diberi nama MOS (Masa Orientasi Sekolah) yang belakangan ini menyebabkan cukup banyak konflik antara kakak kelas senior dengan adik kelas akibat tindakan perpeloncoan dan kekerasan. Maka dari itu MOS dihapus dan diganti menjadi MPLS.

Mahendra yang semula asyik melihat denah sekolah yang terpasang di dinding salah satu kelas, seketika tersentak saat mendengar pengeras suara. Para siswa-siswi baru bersama para guru pembimbing diarahkan menuju aula besar dan akan segera dilakukan sosialisasi program sekolah. 

Aula sekolah mampu menampung ribuan orang yang menjadi pusat kegiatan kesenian, budaya, rapat, pergelaran musik atau orkestra serta acara perpisahan. Dengan dilengkapi interior khas budaya Indonesia dan simbol SMANJA makin menumbuhkan rasa kebanggaan diri. Mahendra bersama guru-guru duduk di area kursi aula paling depan bersama kepala sekolah. Situasi berubah kondusif ketika pembawa acara masuk dengan langkah lemah gemulai seraya membacakan susunan acara. Kemudian dilanjutkan dengan pengenalan program sekolah.

Seusai melewati pidato demi pidato, bokong Mahendra akhirnya bisa dingin sejenak ketika pembawa acara membacakan agenda selanjutnya yang sedikit mengejutkannya. 

"Inilah sepuluh siswa terbaik, Ten Angels! Beri tepuk tangan meriah!" 

Kondisi aula yang semula hening nan kondusif berubah jadi riuh dan bersemangat. Tepuk tangan dan sorak-sorai mengiringi jalan siswa-siswi dengan langkah tegap dan mantap memasuki area panggung. Mereka tersenyum bangga menatap ratusan pasang mata yang mengelu-elukan namanya. Kemudian layar proyektor raksasa menampilkan nama-nama peserta didik yang tergabung di Ten Angels dengan masing-masing perolehan nilai. 

Seusai menjalani hari yang melelahkan, Mahendra bersama siswa-siswi lainnya dipersilakan untuk pulang dengan jemputan orang tua yang berdatangan di gerbang sekolah.

Perempatan lampu merah yang berbatasan langsung dengan area gerbang SMANJA terpantau ramai dan macet. Matahari mulai menenggelamkan wujudnya di ufuk barat ketika orang-orang sibuk mengemudikan setir mobil di jalan raya beraspal yang didominasi oleh kendaraan bermotor. Asap hitam pekat nampak membumbung tinggi tanpa bilang permisi, tatkala beberapa truk besar mengangkut kayu gelondongan segera tancap gas saat lampu lalu lintas berubah warna. 

Mahendra berjalan kaki ke gang-gang kecil bersama puluhan anak-anak sekolah. Langit hampir gelap tetapi matahari masih ingin untuk menyinari keruwetan duniawi. Akhir-akhir ini kota Jakarta diselimuti kabut tipis yang kerap menghantui gedung-gedung tinggi yang biasanya terlihat megah kini seperti tumpukan kardus raksasa yang siap terbakar. Menyeramkan.

Burung dara terbang bergerombol sembari menciptakan melodi lembut dari pita suara nyaring meski cuaca kurang bersahabat dan lesu. Mereka melewati layang-layang beragam bentuk yang melayang tinggi di udara bersama tawa cekikikan dari anak-anak kompleks, bermain tanpa memikul beban apa pun.

Di tengah perjalanan pulang, pandangan Mahendra terpaku pada salah satu lorong gang. Dia mengikuti langkah seorang anak kecil setinggi seratus tiga puluh lima sentimeter sedang menggenggam dua lembar uang yang masing-masing berwarna biru. Mahendra berbincang-bincang sejenak bersama anak kecil berseragam SMP yang diketahui bernama Arifin. Biasa disapa Ari, ia merupakan siswa SMP Negeri 50 Jakarta Selatan yang sehari-harinya tinggal bersama sang ayah.

"Ari, kenapa setiap hari kamu beli pulpen? Pulpen zaman sekarang sekali pakai ya?"

"Bukan begitu, Pak. Tinta pulpennya memang masih banyak tapi saya tidak mau bercerita secara lengkap."

"Bapak akan senang kalau kamu jujur, Ari."

Setelah membeli sebotol air mineral, Mahendra mengajak Ari untuk duduk di teras warung yang cukup sepi. Anak laki-laki itu tampak menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal lantas menceritakan apa saja masalah yang selama ini dipendamnya sendirian. Kekerasan di rumah dan di sekolah, hati yang selalu tersakiti dan tidak pernah merasakan apa itu bahagia. Sontak saja Mahendra mengelus punggung laki-laki yang sedang menanggung banyak beban tersebut.

"Kamu adalah orang yang kuat, Ari. Buktinya kamu masih tetap hidup sampai sekarang."

Ari tersenyum tipis ketika Mahendra berucap demikian. "Pak, apa saya boleh bertanya?"

"Silakan. Apa yang ingin kamu tanyakan?"

Ari memberikan sebotol bensin yang baru saja dibelinya untuk diserahkan kepada sang ayah sebagai keperluan bahan bakar mesin di bengkel. Mahendra mengerutkan kening ketika Ari menyentuh permukaan botol bensin itu yang sifatnya sangat mudah terbakar.

"Apakah bensin ini bisa terbakar, Pak?"

"Benar, Ari. Bensin itu merupakan cairan kimia yang sangat mudah terbakar jika berada didekat api karena itu harus berhati-hati ketika menggunakan barang ini. Omong-omong kenapa kamu bertanya begitu?"

"Saya cuma penasaran. Terima kasih, Pak. Kapan-kapan kita bertemu lagi."

Mahendra menatap kepergian Ari yang sedang membawa sebotol bensin  berjalan pulang melewati gang sempit. Bayangan anak itu makin memanjang ketika sudah lenyap dari pandangan Mahendra dan memunculkan firasat negatif.

Entahlah, tiba-tiba saja Mahendra merasakan ada sesuatu yang mengganjal dari sebotol bensin itu. Seolah-olah akan memprediksi kejadian yang tidak diinginkan dari cairan mudah terbakar tersebut. Hanya waktu yang tahu dan ia akan menjawab segala pertanyaan hari ini entah esok, dua hari lagi, sebulan lagi atau beberapa bulan kemudian. Tunggu saja.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top