22 - The Resolve

Ketetapan Hati

.

.

.



Tidak ada selongsong tali harapan yang bisa membuat ketenangannya timbul saat dia tak memiliki petunjuk apapun tentang keberadaan Jimin―begitulah yang Taehyung pikirkan tatkala menerima kenyataan pahit bahwa sahabatnya tersebut telah hilang, direnggut secara mendadak, lalu meninggalkan lubang kehampaan mengerikan di dalam dadanya yang tidak sanggup dia intip barang sedetik saja. Taehyung tidak ingin berada di dalam lubang yang hening ini sendiri. Dia tidak bisa menerimanya.

Lantai kedua di dorm mereka saat ini begitu sepi, bertolak belakang dengan gumam keributan yang menggema di lantai bawah―lebih banyak suara daripada yang seharusnya. Barangkali para pengincar berita mulai berdatangan, sebab kendati agensi telah berusaha menutup masalah ini rapat-rapat, rumor entah bagaimana akan terus bermunculan dari berbagai sisi. Taehyung nyaris tidak memiliki kesempatan untuk meributkan dirinya dengan semua itu. Dia ingin tenang, berharap sedetik saja tidak memikirkan apapun. Akan tetapi dia tidak bisa. Taehyung harus menemukan jalan keluar.

Dia hampir berbelok ke sebuah koridor di lantai kedua ketika tahu-tahu terdengar sepasang suara yang tengah berdiskusi datang dari ujung ruangan. Taehyung mengenalinya sebagai suara Song Chaewong―kepala polisi yang bertanggung jawab atas pengusutan kasus Jimin―dan pria lain bersuara agak serak yang kali ini pertama kalinya dia dengar.

Mulanya, Taehyung agak ragu untuk meneruskan langkahnya pergi ke kamar dan memilih kembali ke lantai utama, akan tetapi langkahnya langsung terhenti ketika dia mendengar bentakan kasar Chaewong. Taehyung bergeming sejenak, bertanya-tanya apakah mereka sedang membahas kasus Jimin, lalu akhirnya memutuskan bergerak merapatkan diri di dinding.

"... seorang pensiunan wartawan yang mengatakannya? Kau yakin dia tidak sedang menipumu?" Nada suara Chaewong yang terdengar resah menggema dari ujung ruangan.

"Orang itu menyuruh kita untuk pergi ke daerah Yangju, Pak. Dia bilang, di sanalah tempat komplotan itu bersembunyi―di pedalaman hutan yang berbatasan dengan sungai," jawab seorang pria dengan serius. Percakapan senyap beberapa sekon sebelum pria tersebut melanjutkan lagi dengan nada agak menggerutu. "Memang tidak ada bukti secara langsung, tetapi kalau kita tidak memeriksa tempat itu sekarang, aku menduga komplotan itu akan pergi sebab mereka pasti sudah menyadari tanda-tanda bahaya semenjak media memberitakan soal wartawan itu. Kita akan kehilangan jejak lagi, dan kasus-kasus orang hilang yang selama ini menjadi beban penyelidikan kita tidak akan pernah bisa terselesaikan."

Terdengar desah napas berat, lalu disusul suara Chaewong yang bernada kecewa. "Aku paham," katanya. "Tapi aku tidak bisa meninggalkan tempat ini begitu saja―kau tahu, aku masih harus menunggu beberapa laporan penyelidikan untuk tahu ke mana wanita itu membawa Jimin pergi."

Pria bersuara serak tersebut kemudian berkata pelan. "Pak, aku rasa penculikan Jimin kali ini juga ada hubungannya dengan kasus yang diceritakan Dongsun."

"Dongsun?" Chaewong merendahkan suaranya.

Sesuatu di dalam diri Taehyung bergejolak ketika dia mendengar nama Jimin disebut. Dia mendekatkan diri untuk mengintip dari balik tembok, ingin mengetahui lebih banyak lagi. Saat matanya menangkap bayangan suram lampu yang berpendar di antara tubuh keduanya, Taehyung bisa melihat dua orang itu lebih jelas. Chaewong tengah berdiri sambil berkacak pinggang, menatap pria di depannya dengan tatapan serius. Sementara lelaki bertubuh jangkung itu memiliki tipe wajah cemberut dan tidak ramah, tampak agak gelisah, namun pada satu waktu juga menakutkan.

"Dongsun―nama wartawan itu," desis sang pria parau. "Dia bilang kasus orang hilang yang selama ini terjadi adalah ulah komplotan penjahat yang bersembunyi di daerah Yangju. Jadi―anda tahu―tidak menutup kemungkinan apabila Park Jimin menjadi salah satu korban mereka. Barangkali jika kita pergi ke tempat yang dikatakan Dongsun, kita bisa menemukannya juga di sana."

"Bagaimana mungkin?" Chaewong langsung menyahut dengan ngotot, berdiri dengan gelisah sembari mengusap jenggot halus di dagunya. "Jimin artis terkenal, sementara para korban yang selama ini hilang adalah pengangguran sebatang kara!" Dia kemudian menuding dada pria itu dengan telunjuk gemuknya, melanjutkannya dengan kasar, "dari laporanmu saja aku sudah bisa menebak sedikit rahasia kelompok itu. Mereka pasti menipu orang-orang miskin yang kehilangan harapan untuk mengikuti sekte sesat karena suatu alasan, sehingga rasanya sungguh tidak mungkin bila Park Jimin yang seorang artis terkenal menjadi korban yang terlibat dalam kasus mereka―maksudku, Jimin bukan orang yang kelihatan depresi dengan hidupnya!" Chaewong mengakhiri dengan nada menantang.

Pria itu tampak ragu untuk melanjutkan, namun akhirnya berkata juga dengan buru-buru, seakan dia tidak ingin udara disekelilingnya sekalipun ikut mendengar namun pada satu waktu juga mengharapkan Chaewong untuk percaya.

"Pak, Nona bernama Kim Mijin itu memberikan sebuah informasi mengejutkan tentang identitas penculik Jimin―Lee Gong Joo."

Taehyung merasakan tubuhnya menegang sedetik seakan-akan kelewatan melewati satu anak tangga.

Pria berwajah cemberut tersebut melanjutkan dengan gelisah. "Gong Joo menderita penyakit langka yang membuat keberadaannya sulit diterima di masyarakat. Hal itu juga membuat kondisi mentalnya menurun. Kim Mijin mengatakan kalau Gong Joo sedang mendalami sesuatu. Dia berasumsi Gong Joo sedang berusaha menyembuhkan dirinya dari tekanan mental yang sangat berat. Akan tetapi perilakunya belakangan justru semakin janggal. Gong Joo seringkali kedapatan berkata melantur―menggumam sesuatu tentang Nirwana, reinkarnasi, dan hari pembebasan. Dia juga gemar mengoleksi benda-benda aneh ...."

Pernah. Taehyung pernah mendengar hal yang sama dari Mijin, kecuali bagian perilaku janggal Gong Joo yang tampaknya punya makna lain dalam latar belakang kasus ini. Mijin tidak berbohong soal penyakitnya, dan barangkali wanita itu memang tidak tahu apapun soal rencana Gong Joo. Taehyung ingin memikirkan hal ini lebih jauh, mengoreksi kesalahannya atas kemarahan dirinya kepada Mijin, akan tetapi dia tidak memiliki daya lebih ketika tahu-tahu mendengar suara polisi itu menggema kembali dalam sunyi ruangan yang suram.

"Pak, aku menduga Gong Joo lah orang yang selama ini terlibat dengan komplotan penjahat berkedok sekte ajaran sesat itu, lalu entah bagaimana menyeret Jimin ke dalam masalahnya pula."

Taehyung membeku di tempatnya.

Selang beberapa saat, bantahan Chaewong tiba-tiba terdengar seperti gedebuk menyakitkan di dalam telinga Taehyung. "Aku bisa menangkap maksudmu, Yoonwoo. Tetapi kita tetap harus mengikuti prosedur penyelidikan," dia memberitahu sembari membetulkan kerah kemejanya dengan jengah, sementara Taehyung merasakan napasnya tercekat di tenggorokan. "Akan kutunggu laporan dari pusat CCTV yang sebentar lagi datang, lalu memutuskan apakah ini adalah cara yang tepat untuk mencari Jimin ke tempat yang kau maksud. Sebab kita tidak bisa percaya begitu saja kepada pasien yang hasil diagnosisnya membuktikan dia terkena serangan trauma mental parah yang―"

"Tapi Pak, anda harus segera ...."

Tetapi Taehyung tidak bisa lagi mendengar keseluruhan isi cerita. Aliran listrik panas mengalir di dalam diri Taehyung. Dia merasakan darah menggelora di kepalanya, dan sekali lagi menemukan amarah merenggut ketenangan dirinya berkali-kali lipat lebih besar dari kenyataan yang menampar dirinya berjam-jam lalu. Gong Joo adalah satu-satunya pelaku tunggal yang melibatkan Jimin dalam rencana keparatnya, dan bukti sedemikian akurat masih belum cukup membuat Chaewong tergerak untuk melakukan sesuatu?

Taehyung jelas mengerti bahwa apa yang diucapkan oleh pria berwajah cemberut kepada Chaewong itu adalah salah satu petunjuk yang nyata. Jimin dalam bahaya, dan tidak ada seorangpun yang tahu bagaimana nasibnya sekarang, serta tampak dari berbagai sisi yang tidak menguntungkan, dua orang polisi di ujung ruangan tersebut sepertinya tidak memiliki niat lebih untuk menyelidiki tempat itu.

Tempat itu.

Taehyung berpikir lebih jauh di dalam benaknya, meyakinkan dirinya bahwa ini adalah sebuah perang keberanian hati yang abadi.

"Yangju," dia berbisik lirih. Gelombang kemarahan dan ketekatan melebur di kedalaman matanya.[]






















a/n

Ada yg nungguin aksi penyelamatan Taehyung?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top