๐‘บ๐’‚๐’‘๐’‚๐’‚๐’ ๐‘ท๐’†๐’“๐’•๐’‚๐’Ž๐’‚

------------------------
แดฎแตƒแถœแตƒ แตแต˜หขสฐแตƒแถ โฟสธแตƒ แตˆแต˜หกแต˜ แต‡แตƒสณแต˜ แต‡แตƒแถœแตƒ แต‚แดพ
.
.
๐“ข๐“ฎ๐“ต๐“ช๐“ถ๐“ช๐“ฝ ๐“ถ๐“ฎ๐“ถ๐“ซ๐“ช๐“ฌ๐“ช
------------------------

Kikuk tak terperi.

Dari sekian banyaknya kata mengapa tidak ada satu kata pun yang tersirat dalam hati untuk mengawali suatu percakapan. Padahal hampir empat tahun ini aku selalu berdoa semoga Allah memberikan kesempatan untukku bisa bercakap walau hanya sekedar bertanya kabar. Itu sudah lebih dari cukup.

Grup alumni terbentuk, sepertinya jawaban Allah atas doa-doaku, menjembatani inginku untuk bersambung suara dengannya.

Allahu akbar, bibirku tersenyum saat mataku menekuri gambar yang tidak sama sekali menunjukkan dirinya. Profilnya hanya tumpukan buku di samping jendela saat hujan turun menyapa bumi.

Sepertinya tidak banyak yang berubah dari wanita yang ingin aku lengkapkan separuh agamanya. Mengerti bahwa ketika dia memasang foto dirinya meski tertutup pun semua mata akan tertuju padanya.

Mungkin aku menjadi salah satu yang beruntung bisa memilikinya. Meski aku mendapatkannya tanpa sengaja ketika kami masih SMA dulu. Aku jadi teringat kembali foto lama itu yang masih kusimpan dengan baik.

Calla, wanita yang membuatku selalu berusaha untuk memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi.

Melihat kembali foto-fotonya membuatku semakin kehilangan nyali untuk membangun komunikasi. Bagaimana mungkin aku bisa bersikap biasa saja ketika mata dan hatiku tidak sinkron. Saat kedua mataku ingin menikmati kecantikannya, hatiku selalu menekan untuk menunggu. Enam bulan lagi, jika Allah memberikan kemudahan aku akan menyelesaikan semua tanggung jawabku sebagai seorang mahasiswa di sini. Tentu aku akan pulang, bertemu kedua orangtuanya dan memintanya untuk kumiliki.


"Calla, aku yakin kamu masih menepati janjimu untuk menungguku. Enam bulan lagi, insyaallah aku akan menemui ayah dan ibumu." Aku bergumam lirih.

Dan lagi-lagi riuh rendah suara denting gawai milikku menandakan bahwa grup baru ini masih sedang hangat-hangatnya bernostalgia. Aku belum melihat Calla bersuara, masih teman-teman yang lainnya. Bibirku menjadi tertarik untuk tersenyum membaca banyolan lucu mereka. Ya Rabb padahal ini sudah hampir empat tahun berlalu namun tidak ada yang berubah dari semuanya. Tetap kompak hingga masalah ngecengin seseorang pun semua tetap kompak. Padahal aku tahu tidak ada yang janjian untuk melakukan itu.

Aku mencoba untuk membangun interaksi kembali, setelah aku pikir-pikir memang sebaiknya aku menjawab uluk salam mereka.

โ‚šโ‚•โ‚’โ‚œโ‚’gแตฃโ‚โ‚šโ‚•y โ‚โ‚—แตคโ‚˜โ‚™แตข

me
Assalamu'alaikum teman-teman, senang rasanya bisa sambung silaturahmi kembali. Alhamdulillah Madinah sekarang sedang musim dingin. Ayo siapa dari kalian yang ingin berkunjung kemari, calling aku saja. Insyaallah, jika Allah memberikan rezeki kita pasti akan dipertemukan.

Calla
Assalamu'alaikum teman-teman. Alhamdulillah, hape jadi ramai lagi kalau ada group ini. Bandung setiap hari hujan, udara jadi dingin. Kalian apa kabar semuanya?

Aku pun tidak janjian dengan Calla saat pesan yang kami kirimkan diterima teman-teman secara bersamaan. Hingga mereka kompak mengalihkan olokan kepada kami berdua.

Andalus
Ah, kompak sekali kalian. Lama tidak dijawab giliran menjawab barengan. Jangan-jangan jodoh, wkwk ๐Ÿ˜œ.
Eh Cal beneran lo udah merried kok kita ga diundang si?

Rani
Eh masa iya sih Cal yang gw denger slama ini?

me
@Calla sudah menikah?
Selamat ya, Dek

Meski dengan tangan bergetar aku menuliskan kalimat sapaan pertama untuknya yang mungkin kurang sopan. Tapi ya sudahlah, sudah terlanjur terkirim dan sungguh aku ingin memenjarakan hati namun bukan kepada pemilik hati yang telah termiliki. Aku butuh tahu sebelum akhirnya aku bisa melangkah maju.

Calla
Kalian dapat kabar dari mana itu ๐Ÿ™„
Fitnah itu lebih kejam daripada membunuh loh

Andalus
Berarti loh belum nikah dong Cal?
Wuih, boleh dong abang maju jalan.

Bang @__Arzaq Dizhwar, insyaallah belum. Semoga Allah memberikan kemudahan dan imam yang terbaik, aamiin. Abang apa kabar di Madinah?

Rani
Maju jalan sih maju jalan aja Bang, ngapain pake nungguin si Calla udah merried atau belum.

Andalus
Eh, ssstttt nyimak bang Zaqi sama Calla spik-spik.

Yolan
Nyimak

me
Alhamdulillah bi khair
Kuliah di Bandung sekarang, Dek?

Calla
Iya Bang alhamdulillah Allah beri kesempatan untuk bisa menyalurkan hobi.

Selain fotografi Calla memang suka sekali menggambar. Ketika mendaftar menjadi anggota eskul fotografi aku pernah bertanya apa yang menjadikan alasan ikut bergabung dengan eskul ini dan jawabnya cukup singkat tapi mengena. Ingin melanjutkan kuliah di arsitektur, sehingga dia membutuhkan skill awal bagaimana memadu padankan sesuatu agar terlihat lebih estetik. Dan fotografi adalah satu-satunya ekstra yang sangat mendukung untuk itu.

me
Arsitektur?

Calla
Alhamdulillah iya

Rasanya sudah seperti mendapat lotre ratusan milyar. Dahagaku seolah terobati dengan sentuhan oase yang menyejukkan. Mendengar kabar Calla seolah menjadikan satu jawaban dari sekian permintaan yang dikabulkan oleh Allah.

Terpacu untuk bergerak cepat. Menyelesaikan apa yang sudah menjadi tanggung jawab dan pulang untuk melaksanakan tanggung jawab baru lainnya.

Siapa yang bilang merahasiakan cinta itu selalu menyesakkan. Justru perasaan unik itu seringkali hadir dan menyapa. Jika boleh memilih jelas menginginkan untuk bisa menjadi manusia ekspresif yang bisa berkata rindu. Tapi sayang kebebasan ini tidak ada dalam kamusku. Belum memungkinkan, lebih tepatnya seperti itu.


----------------------------------------๐Ÿšฒ๐Ÿšฒ

__to be continued

Djogdjakarta, 26 November 2021

Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: AzTruyen.Top